Gambar-156: RESI RAMABARGAWA (MEMBAWA BARGAWASTRA)
Gambar-157: RESI RAMABARGAWA (MEMBAWA WADUNG/KAMPAK)
Gambar-158: BATARA RAMAPARASU
Dalam cerita Ramabargawa mempunyai umur yang sangat panjang, sehingga dari zaman lakon Arjuna Sasrabahu, Ramayana sampai dengan Baratayuda masih sering dikeluarkan dalam pergelaran. Dalam cerita tokoh ini tidak mati kalau tidak dengan titisan Batara Wisnu. Pada waktu mencari titisan Batara Wisnu Resi Ramabargawa yang disebut juga Resi Ramaparasu atau Jamadagni bertemu dengan Prabu Arjuna Sasrabahu. Karena Prabu Arjuna Sasrabahu telah hilang Wisnunya, maka Prabu Arjuna Sasrabahu kalah dan mati melawan Resi Ramaparasu/Jamadagni. Kemudian Resi Ramabargawa melanglang dunia untuk mencari titisan Batara Wisnu dan akhirnya bertemulah dengan Raden Rama Wijaya yang sedang memboyong putri dari negara Mantilireja/Mantilidirja/Mantiliradya setelah menang dalam sayembara yang diadakan oleh raja Mantilireja Prabu Janaka. Dalam pertemuan ini karena Resi Ramabargawa dengan senjatanya yang terkenal Bargawastra dan Kampak selama ini selalu menang, tetapi karena yang dihadapi adalah benar-benar titisan Batara Wisnu yaitu Raden Rama Wijaya maka kalah dan matilah di tangan Raden Rama Wijaya dan selanjutnya menjadi Dewa di Suralaya dengan sebutan Batara Ramaparasu. Batara Ramaparasu akan keluar di pakeliran bersama Batara Narada, Kanwa, dan Janaka dalam lakon Kresna Duta, hanya saja kostumnya tentunya harus seperti Dewa memakai jubah (terkenal dalam sulukan: lengleng gati nikang hawan sabha-sabha niking Hastina, samantara tekeng tegal Kuru nararya Kresna laku, sirang Paracurama Kanwa Janakadulur Narada, kapanggih irikang tegal miluri karyya sang Bhupati), di sini disajikan dua wayang. Di desa-desa wayang ini biasanya tidak dilengkapi, namun biasanya digantikan dengan wayang Bratasena hitam.
Wayang Ramabargawa berhidung dempak, bermata telengan, kumis dan godek dibludri untuk yang hitam, rambut terurai/bodolan sampai di pundak, selalu membawa gendewa atau wadung oleh karena itu sering disebut juga Rama Wadung, muka/tubuhnya disungging warna hitam atau prada dan bercawat untuk yang masih melanglang buana, berbaju dan berkain rapekan Dewa untuk yang sudah menjadi Dewa.
0 comments:
Posting Komentar