Batara Bayu adalah putra keempat Batara Guru dengan Dewi Uma. Batara Bayu disebut juga Batara Pawana, ia adalah Dewa angin dan Dewa kekuatan. Berkedudukan di Kahayangan Swarga Panglawung atau Kahayangan Puserbuwana. Isterinya bernama Dewi Sumi. Batara Bayu berputra: Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sadama, dan Batara Bismakara. Di samping keempat putra tersebut, Batara Bayu mempunyai putra-putra angkat yaitu: Raden Werkodara, Maruti/Anoman, Jajahwreka, Gajah Situbanda, Gunung Maenaka dan Naga Kuwera. Oleh karena itu enam putra angkat Batara Bayu ini dapat disebut saudara tunggal Bayu, demikian dalam pedalangan. Batara Bayu dan putra-putra angkat inilah yang ditampilkan dalam akhir pergelaran sebagai tanda penutup yang disebut "tayungan"yaitu menari tanda kemenangan. Dalam lakon zaman Dewa-Dewa tayungan dilakukan oleh Batara Bayu, dalam lakon Ramayana tayungan dilakukan oleh Anoman, dalam lakon Mahabarata tayungan dilakukan oleh Werkodara/Bratasena. Sebagai tanda putra Batara Bayu, Anoman dan Bratasena berkain poleng sebagai tanda memiliki kekuatan angin.
Wayang Batara Bayu berhidung dempak, bermata telengan, kumis dibludri, berjanggut wok, muka disungging warna hitam. Berjamang tiga susun, bermahkota, bergaruda membelakang, bersumping pudak sinumpet. Rambut terurai di pundak, berbaju dan berkalung selendang. Berpontoh candrakirana, bergelang, berkeris terselip di depan, berkain rapekan Dewa disungging poleng sebagai lambang Dewa angin. Berkuku pancanaka, berkeroncong dan bersepatu.
Ada kalanya wayang Batara Bayu ini dipinjamkam wayang Tugu Wasesa, mengingat wayang Batara Bayu dalam perangkat satu kotak wayang yang disediakan tidak dilengkapi dengan wayang ini.
0 comments:
Posting Komentar