Ikan Redfin adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki keindahan dari segi warna dan bentuk tubuhnya, maka tedak heran ikan redfin banyak
juga penggemarnya. Ikan yang indah ini adalah ikan asli dari negara
Vietnam namun sekarang sudah banyak yang membudidayakannya di Indonesia.
Ikan hias air tawar ini sangat menyukai lumut, tetapi apabila
kita kesulitan untuk menyediakan lumut kita juga bisa memberikannya cuk
merah / cacing darah atau cacing sutra dengan pakan yang sperti itu maka
tidak sulit untuk kita apabila kita ingin memelihara atau merawatnya.
Namun bagi anda yang berencana beternak ataupun sekaligus budidaya ikan redfin ini, di postingan kali ini akan di bahas secara singkat tahpannya, ok langsung saja lihat tahapan cara ternak atau budidaya ikan hias redfin di bawah ini:
Persiapamn wadah pemijahan
Sebelum pemijahan induk, sebaiknya dilakukan persiapan wadah yang baik
agar proses pemijahan dapat berlangsung dengan sempurna. Dalam
penggunaan box sterofoam yang sangat di nilai adalah dari segi
kestabilan suhu dalam waktu pemijahan dan penetasan.
Factor suhu sangat penting dalam proses pemijahan, karena perubahan
suhu akan mempengaruhi pemijahan. Persiapan wadah diawali pencucian
wadah pemjahan berupa box stereofoam yang bertujuan untuk meminimalisir
serangan bakteri pathogen akibat wadah yang kotor. Box sterofoam yang
digunakan berukuran 80 x 40 x 30 cm.
Box terlebih dahulu dicuci dengan air bersih sampai kotoran yang
menempel tidak ada. Setelah pencucian, box di bilas dengan air bersih.
Box yang sudah bersih di susun rapat pada tempat yang sudah ditentukan.
Setelah box disusun dilakukan pengisian air dan pengaturan aerasi. Air
dipompa langsung dari tendon dan dialirkan melalui selang yang
berukuran ¾ inch. Air diisi dengan ketinggian 20 cm.
Seleksi induk
Kegiatan seleksi induk dilakukan untuk memilih induk yang matang gonad
dan siap dipijahkan. Induk betina matang gonad, secara fisik ditandai
dengan perut yang membundar, lembek bila diraba. Bobot induk sekitar
antara 28-35 gr, panjang sekitar 8-12 cm dan berumur minimal 8 bulan.
Sedangkan induk jantan, ditandai dengan adanya sperma waktu dilakukan
penyitripiingan. Bobot indukan jantan sekitar 23-28 gr,panjang sekitar
6-9 cm dan berumur minimal 6 bulan.
Pemberokan
Pemberokan bertujuan untuk menggosongkan isi perut sehingga nduk yang
ada benar-benar membesar perutnya karena berisi telur, bukan karena
kekenyangan atau karena lemak. Induk-induk hasil seleksi kemudian
diberok(dipuaskan). Pemberokan dilakukan selama 24 jam dalam akuarium
pemberokan, berukuran 60x 40x30cm. pemberokan dilakukan secara terpisah
antara induk jantan dan betina untuk menghindari pemijahan yang tidak
diinginkan.
Rangsangan pemijahan
Tekhnik pemijahan secara semi alami, yaitu dengan melakukan
menyuntikan hormone pada induk betina dan jantan. Pada induk betina
penyuntikan dilakukan untuk merangsang ovulasi dan pada induk jantan
untuk merangsang sperma. Sebelum penyuntikan, dilakukan penimbangan
induk yang akan dipijahkan.
Berdasarkan berat induk ini, dapat dihitung volume larutan ovaprim yang
telah diencerkan, yaitu 0,5 ml/ kg bobot induk tubuh induk betina,
sedangkan pada induk jantan 0,3 ml/kg bobot tubuh. Pengenceran ovaprim
menggunakan Larutan fisiologis (naCl 0,9%). Untuk memperoleh dosis
larutan fisiologis yaitu dengan menghitung seberapa banyak ovaprim yang
digunakan, karena perbandingan ovaprim dan larfis 1 : 1.
Jadi dalam satu siklus pemijahan, penyuntikan dilakukan pada 2 pasang
indukan sebesar 0,09 ml yang terdiri dari ovaprim dan NaCl 0,9 %.
Penyuntikan dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB atau pukul
20.30 WIB. Penyuntikan dilakukan satu kali secara intramuscular, yaitu
penyuntikan pada bagian punggung ikan.
Rentag waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur yaitu 10-14 jam
pada suhu 23-260C. Setelah dilakukan penyuntikan terhadap induk jantan
dan betina dicampurkan pada box sterofoam berukuran 90x40x30 cm dengan
dosis 1 pasang induk dalam 1 box. Selang waktu 10-14 jam setelah
penyuntikan, terjadi pemijahan.
Penetasan Telur
Telur Redfin albino akan menetas dalam jangka waktu 40-50 jam. Telur
menetas tetap di dalam akuarium pemijahan. Induk dikeluarkan setelah
induk mengeluarkan telur secara kaseluruhan.Induk dipindahkan ke
akuarium pemeliharaan.Telur yang tidak menetas segera disifon untuk
menjaga kualitas air agar tidak tercemar karena pembusukan telur yang
tidak menetas. Telur yang menetas akan di kasi makan setelah kuning
telur habis atau setelah 2-3 hari setelah menetas. Pakan pertama yang
diberi pada larva yakni kuning telur yang direbus terlebih dahulu.
Pemeliharaan larva
Larva dipelihara di box sterefoam sampai berumur 10 hari. Setelah
berumur 10 hari larva di hitung dan padat tebar dikecilkan dengan
manambah 8 buah box sterefoam sebagai pemeliharaan lanjutan.
Manajemen pemberian pakan
Larva mulai diberi pakan pada hari ketiga atau menjelang kuning telur di
tubuh habis (perubahan endogenous ke eksogeneus). Pakan pertama yang
diberi berupa rebusan kuning telur. Pemberian kuning telur pada larva
selama 3 hari, atau larva dari umur 3 hari sampai berumur 5 hari.
Pemberian pakan kuning telur 2 kali sehari dalam 8 jam dan 4 jam sore.
Pada umur ke 6 larva diberi pakan artemia.
Peberian pakan artemia dilakukan selama 7 hari. Artemia diberikan dengan
dosis pemberian 4 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 21.00
WIB. Dosis artemia yan diberikan sebanyak 0,25 gr/hari.larva yang akan
diberi terlebih dahulu di kultur pada bak kultur pakan alami. Artemia
dikultur sehari sebelum pemberian pakan. Pemberian artemia akan berhenti
setelah larva berumur 12 hari. Setelah pemberian artemin atau larva
berumur 12 hari dilakuakn penjarangan. Penjarangan dilakukan dengan
menambah 8 buah.
Box sterefoam untuk pemeliharaan larva. Box sterefoam diisi sir sehari
sebelum dilakukan penjarangan. Pada proses penjarangan juga dilakukan
penghitungan agar dapat menentukan derajat penetasan redfin albino. Pada
penghitungan di dapat jumlah larva sebanyak 10.125 ekor. Pada umur 13
hari larva redfin diberi pakan kutu air.
Pemberian kutu air dilakukan selama 14 hari. Pemberian kutu air berguna
untuk penyeragaman ukuran benih. Kutu air yang diberikan berupa kutu
air beku. Pemberian kutu air sebanyak 4 sendok makan/ hari. Pemberian
kutu air dua kali sehari yakni pada pukul 07.00, dan pukul 21.00 WIB.
Kutu air diberikan dengan cara melarutkan kutu air terlebih dahulu
dengan air. Kutu air beku yang digunakan harus dilarutkan agar kutu air
dapat dimakan oleh larva.
Pengelolaan kualitas air
Dalam pengelolaan kaulitas air yang dilakuakn seperti penyifonan kotoran
bekas pakan dan larva yang mati. Pengecekkan kualitas air dilakukan
setiap hari. Penyifonan hanya dilakukan jika air sudah kelihatan jusam
karena sisa pakan. Untuk penambahan air dilakuakn menggunakan selang air
kecil berukuran ¼ inch yang langsung dipompa dari tendon.
Pemanenan larva
Larva dipanen atau dipindahkan dari box penetasan ke bak terpal setelah
berumur 30 hari, sekaligus dilakukan grading. Larva dipanen dengan cara
menggunakan serokan yang halus agar tidak membahayakan pada larva. Larva
dipindahkan pada baskom kecil dan dilakukan penggradingan sekaligus
penghitungan. Sebelum larva ditebar dlakukan pengecekan aerasi pada bak.
Air di dalam bak sudah di isi sehari sebelum dilakukan penebaran. Larva
yang sudah degrading langsung ditebar pada 2 buah bak terpal dengan
aklimatisasi terlebih dahulu.
Penebaran benih
Larva ditebar ke bak terpal saat mencapai umur 30 hari setelah menetas,
atau ketika larva sudah dapat makan cacing. Pemberian pakan sebelumnya
berupa kuning telur selama 2 hari, artemia selama 7 hari, dan kutu air
(daphnia sp.). penebaran larva dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB
dengan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu untuk penyesuaian suhu air
pada bak pendederan. Aklimatisasi yang dilakukan dengan memasukan air
kolam ke dalam wadah larva sedikit demi sedikit selama 10-15 menit, dan
barulah benih ditebar dilakuakn grading agar tidak terdapat ukuran yang
mencolok dalm pemeliharaan. Benih yang ditebar berukuran 1-15 cm.
Pakan selama pendederan berupa cacing cacah yang diberikan pada larva
selama 7 hari dan cacing yang tidak dicacah selama 7 hari. Jadi
pemberian cacing dilakukan sampai benih dipanen yakni berumur 45 hari
yang mencapai ukuran ¾ inch. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari,
pada pukul 08.00, dan 16.00 WIB.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah pendederan selama 14 hari pemeliharaan atau
benih berumur 45 hari dari telur. Pemanenan dilakukan pada waktu pagi
hari pukul 07.00-09.00 WIB bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian
pada benih, karena stress akibat suhu yang terlalu tinggi. Pemanenan
menghasilkan benih ukuran rata-rata ¾ inch. Ciri morfologi yang dapat
diamati, bentuk ikan yang telah definitive, gerakan dari kondisi ikan
sehat.
Sumber: Buku "Untung Besar Bisnis & Budidaya Ikan Hias Paling Top Markotop" Pnerbit: Araska
Sumber Gambar: http://zonaikan.wordpress.com
0 comments:
Posting Komentar