Pages

Subscribe:

Selasa, 30 Juni 2015

Perlawanan Pattimura Terhadap Kolonial Belanda (VOC)

Kedatangan bangsa Belanda di Kepulauan Maluku dan pendirian persekutuan dagang VOC hingga pemberlakuan sistem monopoli perdagangan banyak menimbulkan penderitaan, kegelisahan, dan permusuhan untuk rakyat Maluku. Penindasan VOC terhadap rakyat Maluku terasa semakin berat, apalagi ketika sistem monopoli diawasi dengan pelayaran Hongi dan diberlakukannya hak esktirpasi*.


Pada bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Benteng kompeni Duurstede di Saparua diserbu dan direbut rakyat Maluku hingga banyak pasukan dan penghuni di benteng terbunuh.

Perlawanan Pattimura Terhadap Kolonial Belanda (VOC)

Perlawanan rakyat Maluku berikutnya meluas hingga ke Ambon dan ke pulau-pulau sekitarnya, yang berlangsung hingga beberapa bulan lamanya dan dikuasai oleh rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-Paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah, dan Thomas Pattiwael.

Pasukan Belanda mengalami kewalahan dalam menghadapi perlawanan rakyat Pattimura hingga pada bulan Juli 1817 dan bulan September 1817, Belanda mendatangkan pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet.

Pada bulan Oktober 1817, pasukan Belanda mulai menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran hingga dapat memadamkan perlawanan rakyat dan menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) yang kemudian dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.

Sebelum menghadapi eksekusi hukuman gantung, Pattimura masih sempat memberi semangat perlawanan terhadap rakyat Maluku, yaitu "Pattimura tua boleh mati, tetapi akan muncul Pattimura-Pattimura muda."

* Salah satu contoh bentuk pelaksanaan hak ekstirpasi adalah penanaman pohon cengkih yang hanya boleh dilakukan di Pulau Ambon dan sekitarnya, serta penanaman pohon pala yang hanya boleh dilakukan di Pulau Banda.

0 comments: