Gunung Kemukus menjadi legenda wisata
paling eksotis dan erotis di Indonesia. Betapa tidak, perbukitan yang
terletak 30 kilometer arah utara kota Surakarta ini, dipercaya
masyarakat sebagai tempat paling utama untuk mengadakan ritual guna
mencari kekayaan. Terlebih karena ritualnya harus melakukan hubungan
seks dengan lawan jenis yang bukan pasangan resminya.
Seseorang
yang ingin mendapat berkah dari tempat ini, harus bisa mencari partner
yang bersedia diajak berhubungan seks. Partner ini haruslah seseorang
yang dikenalnya di Gunung Kemukus dan memiliki maksud yang sama.
Hubungan seks ini wajib dilakukan hingga tujuh kali berturut-turut
setiap malam Jumat Pon di Gunung Kemukus.
Penting
untuk diperhatikan, hubungan seks ini harus dilakukan dengan orang yang
sama. Jadi bila ganti orang, terpaksa harus mengulang ritual ini dari
awal. Maka tidak mengherankan jika
Gunung Kemukus menjadi semakin ramai dikunjungi orang yang benar-benar
ingin mengejar kekayaan ataupun sekadar mencari kesenangan.
Bahkan
dalam perkembangan terakhir, tempat ini juga mulai marak juga dengan
praktik prostitusi. Namun, bagaimana sebenarnya asal mula tradisi ziarah
seks bebas ini bermula?
Legenda Wisata Gunung Kemukus
Legenda
Gunung Kemukus, bermula dari kisah cinta terlarang antara anak tiri
dengan ibu tirinya. Seperti cerita sintreon, skandal cinta ini pun
berjalan secara sembunyi-sembunyi.
Berawal
dari Pangeran Samodra yang jatuh cinta kepada ibu tirinya sendiri, Dewi
Ontrowulan. Dewi Ontrowulan yang memang masih muda, seksi, dan cantik
itu pun menerima cinta Pangeran Samodra. Maka
kelanjutannya bisa ditebak. Pangeran Samodra dan Dewi Ontrowulan pun
menjalin hubungan cinta. Mereka menjalani hubungan ini secara diam-diam.
Setiap kali ada kesempatan, mereka berdua selalu melampiaskan
gairahnya.
Namun,
setiap kebusukan yang disimpan, pastilah akan tercium juga. Demikian
pula halnya dengan kisah percintaan ini, mereka terpergok sedang
berhubungan badan. Raja sangat murka menjumpai pengkhianatan istri muda dan anak kandungnya itu.
Rasa
sakit dan kemarahan karena dikhianati oleh orang-orang yang dicintainya
ini, untungnya tidak dilampiaskan dengan memberikan hukuman yang kejam.
Raja hanya mengusir Pangeran Samodra untuk segera meninggalkan istana,
dan menjalani pengasingan di Gunung Kemusuk.
Namun,
setelah sekian lama terpisah dari Pangeran Samodra, Dewi Ontrowulan
tidak sanggup lagi menahan kerinduan. Dewi Ontrowulan pun akhirnya
melarikan diri dari istana, menyusul kekasih hatinya, Pangeran Samodra
yang sedang diasingkan di Gunung Kemukus.
Namun
malang baginya, setelah susah payah melarikan diri dari Istana, hatinya
justru makin teriris menjumpai kenyataan bahwa Pangeran Samodra telah
meninggal dunia. Dia hanya menjumpai gundukan tanah kuburan Pangeran
Samodra. Hatinya sedih bukan kepalang, dengan air mata yang mengucur deras Dewi Ontrowulan meratap-ratap mengiba.
Setelah puas dengan ratapannya, Dewi Ontrowulan pun berkata, “Andaikata
tanah makam ini bisa merekah terbuka, maka aku ingin dia menelan
tubuhku, agar aku bisa tetap bersama dengan kekasihku.”
Ratapan
Dewi Ontrowulan ini, ternyata mendapat jawaban dari dalam tanah. Secara
gaib kemudian terdengar suara yang memerintahkan agar Dewi Ontrowulan
mensucikan dirinya terlebih dahulu agar bisa bersama lagi dengan
kekasihnya, Pangeran Samodra di alam kubur.
Selang
berapa lama, Dewi Ontrowulan pun bersuci di sebuah sendang (mata air).
Selesai bersuci Dewi Ontrowulan kembali menghampiri gundukan tanah
kuburan Pangeran Samodra. Begitu sampai di kuburan Pangeran Samodra, mendadak terdengar suara gaib lagi.
“Barang siapa yang ingin dikabulkan apa yang jadi kehendaknya, maka kenanglah dan ikuti kisah cinta kami.”.
Seiring
dengan menghilangnya suara itu, mendadak bumi berderak terbuka lebar
dan dalam waktu sekejap langsung menelan tubuh Dewi Ontrowulan untuk
dipersatukan dengan tubuh Pangeran Samodra di alam kubur
0 comments:
Posting Komentar