Pages

Subscribe:

Sabtu, 15 Maret 2014

Kisah Meng jiang nu dan Tembok Besar China



Kisah ini terjadi pada masa Dinasti Qin (清朝 Chao Qing, 221SM-206SM). Ada seorang tua bernama Meng (孟 meng) yang hidup bersama istrinya di Negara bagian selatan Tingkok. Pada musim semi, Meng menabur biji benih labu di halaman rumahnya. Labu tumbuh sedikit demi sedikit, merambat sampai dinding dan masuk halaman tetangga.
Tetangganya yang bernama Jiang, juga sama dengan Meng yaitu sama-sama tidak mempunyai anak. Mereka bersama-sama menyiram dan merawat pohon labu setiap hari sehingga pohon ini tumbuh besar dan menghasilkan buah yang cantik pada musim gugur.
Kemudian Jiang memetik buah Labu tersebut dan membaginya sama rata. Betapa terkejutnya mereka ketika memotong buah Labu tersebut, dari labu itu muncul seorang gadis cantik yang sedang berbaring.
Mereka sangat senang karena sekarang telah memiliki seorang anak, mereka sangat mencintainya dan memberi nama Meng Jiangnu (nǚ meng jiang 孟姜女), yang berarti putri Meng dan Jiang.
Seiring waktu, Meng Jiangnu tumbuh dan menjadi gadis muda yang cantik. Dia sangat cerdas dan rajin. Ia merawat Meng dan Jiang, mencuci pakaian dan melakukan pekerjaan rumah. Orang-orang tahu Meng Jiangnu adalah gadis baik dan mereka sangat menyukainya. Suatu hari saat bermain di halaman, Meng Jiangnu melihat seorang pemuda bersembunyi di kebun. Dia memanggil orang tuanya, dan pemuda itu akhirnya keluar.
Pada waktu itu, Kaisar Qin Shihuang (Qin shǐ 秦始皇 Huang, kaisar pertama Qin) mengumumkan untuk membangun Tembok Besar (长城 chang cheng). Jadi banyak pria ditangkap oleh para pejabat untuk kerja paksa dalam pembuatan tembok besar tersebut. Fan Xiliang (Fan xǐ Liang 范喜良) adalah seorang terpelajar dan sangat takut ditangkap, jadi ia pergi ke kebun penduduk untuk bersembunyi, ternyata ia ditemukan oleh Meng Jiangu.
Orangtua Meng Jiangnu, yaitu Meng dan Jiang menyukai pemuda ini, tampan, jujur, dan ramah. Mereka memutuskan untuk menikahkan putri mereka dengannya. Baik Fan Xiliang dan Meng Jiangnu menerima dengan gembira, beberapa hari kemudian mereka melangsungkan pernikahan. Namun, tiga hari setelah perkawinan mereka, pejabat tiba-tiba datang dan mengambil paksa Fan Xiliang untuk membangun Tembok Besar di utara Tingkok.
Ini adalah masa yang sulit bagi Meng Jiangnu, Dia sangat merindukan suaminya, hampir setiap hari dia menangisi kepergiannya. Ia lalu membuat baju hangat untuk suaminya dan memutuskan pergi mencarinya. Berpamitan dengan orangtuanya, mengemas perbekalan dan memulai perjalanan yang panjang. Berjalan siang dan malam, naik-turun gunung, menyeberangi sungai, tergelincir dan jatuh berkali-kali. Akhirnya, dia sampai di kaki Tempok Besar, sekarang bernama Tonggak Shabhaiguan (shan hǎi Guan 山海关).
Saat itu juga, dia bertanya tentang keberadaan suaminya kepada para pekerja disana. Setelah bertanya kesana-kesini dia mendapatkan berita buruk bahwa suaminya telah tewas karena kerja paksa tersebut dan dimakamkan di Tembok Besar! Meng Jiangnu tidak bisa menahan tangis. Ia terduduk di tanah dan menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba dengan suara yang luar biasa, sepanjang 400 kilometer (248 mil) Tembok Besar runtuh bersamaan dengan ratapan tangis Meng Jiangnu. Para pekerja dan penjaga terheran-heran. Kaisar Qin Shihuang tepat saat itu sedang meninjau Tembok Besar, dia marah dan siap menghukum Meng Jiangnu.
Namun, pada pandangan pertama Kaisar Jiangmu langsung jatuh hati melihat kecantikan Meng Jiangnu. Alih-alih membunuhnya, Kaisar malah meminta Meng Jiangnu menikah dengannya. Menahan amarah, Meng Jiangu setuju tapi dengan tiga syarat.
Syarat pertama adalah Kaisar harus menemukan jenazah Fan Xiliang suaminya. Kedua, mengadakan pemakaman kenegaraan bagi suaminya dan yang terakhir memakai tanda hitam sebagai tanda bergabung serta menghadiri pemakaman secara pribadi. Kaisar berpikir sejenak dan dengan setengah hati menyetujuinya. Setelah semua persyaratan dilaksanakan oleh Kaisar, ia sudah bersiap untuk membawa putri cantik ini ke istananya. Namun ketika pengawal lengah, Meng Jiangnu berbalik dan melompat ke Laut Bohai (bo hǎi 渤海).
Kisah Tangisan Pahit Meng Jiangnu, menceritakan tentang kerja keras rakyat Tiongkok, memperlihatkan sistem yang kejam pada masa pemerintahan Qing Shinhuang. Untuk mengenang Meng Jiangnu, dibangun sebuak kuil bernama Kuil Jiangnu beserta patungnya di kaki Tembok Besar dan cerita ini telah diwariskan dari generasi ke generasi. (Erabaru/ngrh)

0 comments: