Pages

Subscribe:
Tampilkan postingan dengan label puisi sedih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi sedih. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Februari 2014

Supri Udin Muaniz

PERIH

Nyata sudah luka menganga

Diam terpasung dalam gelisah
Melepuh hasrat tak jua terjamah

Gemerincing angan kian terbenam
Merintih lebam di tengkuk kalbu

Merontak gejolak hilang sudah malam menepikan angan

Untaian mimpi hanyalah bahasa buram
kala tersemat di lahan gersang

Perihku kian denyutkan kembali asmara yang terbekukan

Begitu rupa lara menjelma seperti keresahan dalam bimbang

Hanya sementara senyummu membayang lentik di sudut pandang

Tak jua terengkuh rindu terpuruk
Yang ada hanya hambar di rasa jiwa

Dan biarlah rindu dan cinta ini menyaksi di kedalaman hati

Tersimpan rapat ruang jiwa

Sebab cinta yang di rasa kini telah karam

Terperosok jatuh di jurang hampa

Yang tergenggam kini hanyah tetesan duka yang menggenang di sudut kelam.

by_sum.

Sabtu, 01 Februari 2014

Rahman Syaifoel

: tangisku dalam nada C#min
ketika kau katakan akan segera pergi
akhiri hidupmu bersamaku yang sepi
angkat kaki untuk pergi menyendiri
jauhi diriku, tutup pintu tak akan kembali
tangisi nasibku, tinggalkan aku bernyanyi
lagu kepedihan dalam nada-nada sunyi

nyanyian pahit dalam nada Cis minor
dengan syair kerlap-kerlip cahaya obor
mataku basah bagaikan gelas bocor
menukik cepat seperti burung kondor
mukaku kuyu, lusuh dan tanpa pamor
banyak tangis kulit mukaku jadi kendor

marahmu padaku aku mengerti
aku terlalu sibuk urus diri sendiri
lupa tugas sebagai seorang suami
pentingkan urusan karir dan posisi
pentingkan segala urusan ekonomi
lupa beri nafkah dalam tatanan emosi
yang juga diperlukan kau, seorang istri
ku lupa itu sebagai suami yang sejati!

pura-pura terkejut dengan krisis perkawinan?
padahal aku tahu, ini akibat ketidaktelatenan
baru-baru ini aku jadi punya pekerjaan
tiap hari kugubah syair dan lagu kepedihan
dalam nada cis minor yang penuh pengulangan
seperti bait refrain, yang dipenuhi penantian
tanpa terlihat satu titik terang di ujung terowongan

hidupku gelap, sinarku redup, malamku kelam
seperti tanpa nyala lampu ketika menyelam
merasakan pahit getir seperti tenggelam
aku terhimpit beratnya air, tanpa zat asam
oh, aku nyanyikan lagi itu refrain yang kejam
penyesalanku aku ulang-ulangi tiap malam!
kasih, kuucapkan padamu selamat malam!
ceriaku kini telah pudar dan padam

Supri Udin Muaniz

KATEGORI PUISI


KU TAU

Tentangmu yang terbelenggu lara

Aku tau dari desah nafasmu yang melantun kidung_kidung sunyi

Resah yang kau toreh menelungkan hasrat

Malam tanpa gemintang
kelam dalam kehampaan

Merintih di kedalaman relung sukma

Menetaskan bening duka air mata

Ku ciumi desah wangimu di keheningan

Luruhku meratap bisu menepis segala keraguan

Aku rasa di stiap rindu yang bergolak

Menggetarkan dinding_dinding hati

Di tepi hari
Akupun merindui
Akupun ingini

Sehangat kasih mengaliri denyut nadi

Selembut puisi
Akupun menanti dalam sepi..

sum.

Kamis, 05 Desember 2013

Agus Sang Penghibur

        Assalamu alaikum wr wb hari ini aku khusus posting puisi dari temen2 dari grup puisi di fb,habis kepala puyer mikirin semesteran ganjil mending aku copy paste saja ya.silakan di baca ..!

Cintaku terlerai olehnya

Aku terhimpit dalam rasaku
Di terpa mentari senja
Terdiam dan tak bersuara
Ketika cinta enggan menyapa

Ketika rindu tak ada labuhan
Ku hempaskan saja rasa rinduku itu
Pada pelangi senja buram warnanya
Dan akan hilang di telan malam

Pertahankan jika kau berat melepasnya
Aku akan pergi dengan sekeping luka
Tak sadar cintaku terlerai olehnya
Aku bukanlah yang sempurna

Aku kan melangkah...
Meski berat langkah ku beranjak
Lupakan saja aku...
Hempaskan semua bayang bayangku


''lilin nostalgia"

Nurul Isnaya
redup
redup sudah ruangan ini
tiada lagi lilin nostalgia yang gemerlap didinding gedung yang mulai roboh ini
roboh...
dan terus roboh
terjatuhpun tak ada yang peduli
lilin nostalgia pun enggan mewarnai gedung itu...
canda tawa serasa bagai hantu
bayangan semu tak terlihat lagi
redup..
redup sudah ruangan ini
tiada lagi syair yang mengalun se sendu saat itu
derai tangispun bagai suara yang gemuruh tak berwujud
banjir darah hitam pun mewarnai kegelapan ruangan ini
ruang waktu yang berlalu
kini terus iringi langkahku
gelap sayu pandanganku
membuatku tak se damai dulu
nostalgia....gedung itu mulai roboh karena gelapmu
redup sudah iringi kerobohan gedung itu bersama robohku tanpamu..