Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Jumat, 23 Mei 2014
Senin, 03 Februari 2014
Supri Udin Muaniz
KATEGORI PUISI
Inginku jala buih di lautan
Dan ku ukir cinta di kelikir pantai
Ku jinak ombak
Ku seru angin
Sampaikan dariku rindu matiku padanya
Menghitung buih di laut menjala angin rindu di lipatan ombak kasih
cintaku terhanyut ke pulau impian
Dalam tepukkan gelombang
Rinduku terdampar dalam angan
Melukis cinta di ambang awang
Berdesah hati tak jua bertandang
Menjerit lantang suaraku hilang dalam gemuruh
Tak nampak hasrat kian berkarat
Lenyap sudah tersapu riak
Meracik mimpi di dermaga sepi.
sum.
Sabtu, 01 Februari 2014
Rahman Syaifoel
: tangisku dalam nada C#min
ketika kau katakan akan segera pergi
akhiri hidupmu bersamaku yang sepi
angkat kaki untuk pergi menyendiri
jauhi diriku, tutup pintu tak akan kembali
tangisi nasibku, tinggalkan aku bernyanyi
lagu kepedihan dalam nada-nada sunyi
nyanyian pahit dalam nada Cis minor
dengan syair kerlap-kerlip cahaya obor
mataku basah bagaikan gelas bocor
menukik cepat seperti burung kondor
mukaku kuyu, lusuh dan tanpa pamor
banyak tangis kulit mukaku jadi kendor
marahmu padaku aku mengerti
aku terlalu sibuk urus diri sendiri
lupa tugas sebagai seorang suami
pentingkan urusan karir dan posisi
pentingkan segala urusan ekonomi
lupa beri nafkah dalam tatanan emosi
yang juga diperlukan kau, seorang istri
ku lupa itu sebagai suami yang sejati!
pura-pura terkejut dengan krisis perkawinan?
padahal aku tahu, ini akibat ketidaktelatenan
baru-baru ini aku jadi punya pekerjaan
tiap hari kugubah syair dan lagu kepedihan
dalam nada cis minor yang penuh pengulangan
seperti bait refrain, yang dipenuhi penantian
tanpa terlihat satu titik terang di ujung terowongan
hidupku gelap, sinarku redup, malamku kelam
seperti tanpa nyala lampu ketika menyelam
merasakan pahit getir seperti tenggelam
aku terhimpit beratnya air, tanpa zat asam
oh, aku nyanyikan lagi itu refrain yang kejam
penyesalanku aku ulang-ulangi tiap malam!
kasih, kuucapkan padamu selamat malam!
ceriaku kini telah pudar dan padam
Angling Darma
KATEGORI PUISI
Inilah Kisah NegriKU
Negri ta Bertuan
Hukum sudah ta sejalan
Korupsi merajalela seperti budaya
Moralitas sdh tergadaikan dgn hinanya
Matrialistis Individualistis
Bencana
Banjir...
Longsor...
puting beliung gunung dgn abu panasnya
Mungkin Alam mulai bosan
bersahabat dengan kita
Apakah Bumi harus menggoncangkan dgn Skala rihternya yg besar untuk menyadarkan kita???
Salam senja
Negri ku
Inilah Kisah NegriKU
Negri ta Bertuan
Hukum sudah ta sejalan
Korupsi merajalela seperti budaya
Moralitas sdh tergadaikan dgn hinanya
Matrialistis Individualistis
Bencana
Banjir...
Longsor...
puting beliung gunung dgn abu panasnya
Mungkin Alam mulai bosan
bersahabat dengan kita
Apakah Bumi harus menggoncangkan dgn Skala rihternya yg besar untuk menyadarkan kita???
Salam senja
Negri ku
Firo Alhadi
Malam merayap penuh misteri
Musik dari pinggir desa menciutkan nyali
Suara cambuk terdengar memecah sunyi
mantera mantera gaib terucap dari bibir sang ahli
asap dupa menyebar diantara wajah wajah seram
menyebarkan bau yang memuakan
beberapa orang duduk bersila
sambil menggoyangkan kepala kiri kanan,..perlahan
hingga lambat laun mengencang kejang
berdiri bagai kesetanan..
berlari diantara alunan musik yang kian menjadi
seringai tak wajar terlihat bagai kuda binal
tungtong...tungdung...tungtongtung..
orang yang ada di sekitar menarik nafas dalam
pecahan kaca di santap bagai kerupuk udang
berlari, menari, berjingkrakan
hingga terjatuh berjumpalitan
dan alunan musik perlahan memudar
tungtong,,,tungdung...tungtongtung...
suara itu makin perlahan..
lalu hilang ditelan hembusan angin dan deburan ombak laut selatan
malam kembali merapat dalam kesunyian
sejuta misteri melintasi alam pikiran
Cipatujah, sept'98
Okta Dalam Goresan
Aku yang telah menggenggamnya
Hilang dalam balutan rasa
Entah mengapa
Cahaya yang menerpa
Hanya terang yang menghasilkan bayangan
Tanpa sentuhan, warnanya pun mulai silau diruang mata.
"Θ, sekejap ucap tak menyakinkan
antara tarian balet dan dansa hanya peluk dan dekap dalam ritme tempo beradap"
Lampulampu theater, ramai tiket menjaja sandiwara dalam roman lama
Engkau
"Memerankan antagonis lugu. berdarah sembilu mungkin naskah atau hanya dialog?"
Entah..
Sutradara jelas bukan aku
Peran pun tiada laku
Aku ragukan akan kamu
Ruang matamu
Layu lalu kuyu
Hanya itu yang aku tahu
Engkau!
Supri Udin Muaniz
KATEGORI PUISI
KU TAU
Tentangmu yang terbelenggu lara
Aku tau dari desah nafasmu yang melantun kidung_kidung sunyi
Resah yang kau toreh menelungkan hasrat
Malam tanpa gemintang
kelam dalam kehampaan
Merintih di kedalaman relung sukma
Menetaskan bening duka air mata
Ku ciumi desah wangimu di keheningan
Luruhku meratap bisu menepis segala keraguan
Aku rasa di stiap rindu yang bergolak
Menggetarkan dinding_dinding hati
Di tepi hari
Akupun merindui
Akupun ingini
Sehangat kasih mengaliri denyut nadi
Selembut puisi
Akupun menanti dalam sepi..
sum.
KU TAU
Tentangmu yang terbelenggu lara
Aku tau dari desah nafasmu yang melantun kidung_kidung sunyi
Resah yang kau toreh menelungkan hasrat
Malam tanpa gemintang
kelam dalam kehampaan
Merintih di kedalaman relung sukma
Menetaskan bening duka air mata
Ku ciumi desah wangimu di keheningan
Luruhku meratap bisu menepis segala keraguan
Aku rasa di stiap rindu yang bergolak
Menggetarkan dinding_dinding hati
Di tepi hari
Akupun merindui
Akupun ingini
Sehangat kasih mengaliri denyut nadi
Selembut puisi
Akupun menanti dalam sepi..
sum.
Senin, 04 November 2013
*SEMANGAT 45*
kemaha besaran tuhan yang maha esa
menerbangkang sang garuda di puncak dunia
dan aungan macan asia yang di takuti dunia
berasal dari lautan darah manusia
berjuang demi ibu pertiwi tercinta
menumpahkan darah penjajah dari penjuru dunia
namun pemuda lupa siapa dirinya
dengarlah pemuda indonesia
kaulah garuda yang terbang di angkasa
kaulah macan,aunganmu membelah samudra biru
jangan biarkan kau di putar dunia
tapi putarlah dunia ini
agar dunia tahu siapa pemuda indonesia
*DOA ORANG PATAH HATI*
andai cintamu bukan sekedar kata
andai cintamu juga bukan hanya sebatas janji
yang ku kenang sepanjang masa
dan ku lantunkan janji cintamu sepanjang hari
janji cinta yang kau beri kini kau tinggalkan
kau beri aku bingkisan kalbu
luka dan perihlah isinya
beribu ribu kenangan kita
terbakar habis oleh api cemburu dari hatiku
oh tuhan berikanlah hujan untuk memadamkan
api cemburu yang membakarku setiap waktu
bukan air dari langit atau dari dalam tanah
tetapi seseorang yang akan mencintaiku
namun aku takut hujan yang kau beri
akan membanjiri hatiku hinnga aku tenggelam
tenggelam jauh di dasar kenistaan cinta yang buta
jika itu terjadi sadarkanlah aku ya tuhan
dan beri cinta yang terbaik untukku
AMI.......N
*mimpi anak jalanan*
merajut sehelai mimpi kecilmu
setiap saat kau rajut helai demi helai benang mimpi
demi selembar harapan dalam kalbu
dalam kerasnya hidup yang berhiaskan asap dan debu
kau pastikan langkah kecilmu
melangkah di bawah cahya mentari
meski panas mentari membakar ragamu
walau kau dengar tiap waktu suara sinis kepadamu
dan butiran debu mengusik angan dalam kalbu
memupuskan harapmu terkadang juga hujan membasahi benang mimpi yang kau dapat
terbayang dalam benakmu kesedihan dan ketakutan
mungkin rajutan dari benang mimpi akan putus
di bawah derasnya hujan yang seolah menangisi hidupmu
dan kaupun terdiam di bawah jembatan
merenungi sulitnya meraih
tetapi kau slalu berharap dalam doa
dunia akan menyambut dengan senyuman
Jumat, 18 Oktober 2013
*MALANGNYA NASIBMU*
si kecil yang lugu
bermandikan keringat dan bersabun debu
terus berlari mengejar angan dalam kalbu
menggapai sejuta harapan yang tak tentu
berjalan dalam duka di negri tercinta
si kecil yang malang
kaulah anak yang di buang
bukan orang tuamu yang membuang
tetapi gelombang kemiskinan yang menghempasmu ke jalanan
hujan menghantarmu pulang kekolom jembatan
kau tidur dalam dinginya malam berselimut kardus
tanpa dekapan hangat ayah dan ibumu
bermandikan keringat dan bersabun debu
terus berlari mengejar angan dalam kalbu
menggapai sejuta harapan yang tak tentu
berjalan dalam duka di negri tercinta
si kecil yang malang
kaulah anak yang di buang
bukan orang tuamu yang membuang
tetapi gelombang kemiskinan yang menghempasmu ke jalanan
hujan menghantarmu pulang kekolom jembatan
kau tidur dalam dinginya malam berselimut kardus
tanpa dekapan hangat ayah dan ibumu
Langganan:
Postingan (Atom)