langkah ku percepat
pada lantai marmer mengkilat
mata merendah kian lekat
enggan menatap makhluk laknat
mereka menyapa..
tapi aku acuh diam saja
lalu mereka bicara :
"jangan pura-pura.."
keringat deras mulai mengalir
tak lepas do'a berayun di bibir
mereka hanya mencibir
berlalu seraya tersenyum getir
pada lantai marmer mengkilat
mata merendah kian lekat
enggan menatap makhluk laknat
mereka menyapa..
tapi aku acuh diam saja
lalu mereka bicara :
"jangan pura-pura.."
keringat deras mulai mengalir
tak lepas do'a berayun di bibir
mereka hanya mencibir
berlalu seraya tersenyum getir
bathinku sedikit lega..
karena mereka sudah tidak ada
tapi tiba-tiba..
mereka muncul lagi sambil tertawa
"apa mau mu..??"
teriakku menderu..
"darahku pahit dan badanku bau"
"jadi..jangan makan aku..!!"
mereka bisu, tertunduk lesu
mata merah berubah jadi abu-abu
tangannya bergetar lidah menjulur kelu
tawa pudar menjadi ratap pilu
"mana bayaranku..?"
"bayaran shooting malam lalu.."
bisik mereka setengah sayu
"lama kami menunggu.."
"terkenal, kami tak perlu.."
"jangan manfaatkan kami.."
"hanya demi rating tinggi.."
"dan jangan samakan kami.."
"dengan badut televisi.."
kini giliran aku..
tertunduk layu
malu..
padamu..
hantu..
karena mereka sudah tidak ada
tapi tiba-tiba..
mereka muncul lagi sambil tertawa
"apa mau mu..??"
teriakku menderu..
"darahku pahit dan badanku bau"
"jadi..jangan makan aku..!!"
mereka bisu, tertunduk lesu
mata merah berubah jadi abu-abu
tangannya bergetar lidah menjulur kelu
tawa pudar menjadi ratap pilu
"mana bayaranku..?"
"bayaran shooting malam lalu.."
bisik mereka setengah sayu
"lama kami menunggu.."
"terkenal, kami tak perlu.."
"jangan manfaatkan kami.."
"hanya demi rating tinggi.."
"dan jangan samakan kami.."
"dengan badut televisi.."
kini giliran aku..
tertunduk layu
malu..
padamu..
hantu..