Pages

Subscribe:
Tampilkan postingan dengan label sejarah nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah nasional. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Juni 2015

Pemalang dalam Sejarah : Pemberontakan Tiga Daerah

Revolusi tiga daerah yaitu Tegal, Pemalang, dan Brebes (karisidenan Pakalongan) yang terjadi pada bulan Oktober sampai Desember 1945. Peristiwa ini terjadi setelah seluruh elite birokrat, pangreh praja (residen, bupati, wedana, camat), dan sebagain besar kepala desa diganti oleh aparatur pemerintah yang baru. Pergantian seluruh aparatur pemerintah ini berasal dari berbagai aliran yang pada waktu itu berkembang dan diakui oleh pemerintah, yaitu Islam, komunis, serta sosialis. Disinilah mulai terjadi pertentangan antara golongan kiri dan golongan Islam ataupun golongan lain yang merasa dirugikan.


Revolusi Tiga Daerah merupakan salah satu revolusi lokal Indonesia yang mempunyai ciri dan keunikan khusus karena dianggap sebagai sebuah revolusi rakyat untuk mengubah struktur masyarakat kolonial dan feodal menjadi sebuah masyarakat dengan hidup yang lebih demokratis tanpa penindasan dan eksploitatif dari pemeritah kolonial. Terjadinya revolusi ini merupakan wujud ketidakpuasan rakyat terhadap kehidupan saat itu yang didominasi oleh kemerosotan ekonomi dan kemelaratan, sehingga membuat rakyat melakukan berbagai perlawanan terhadap elite birokrat. Perlawanan-perlawanan di karisedenan Pekalongan sebenarnya sudah dirintis sejak lama, antara lain Sarekat Rakyat Pekalongan tahun 1918 dan Sarekat Rakyat tahun 1926.
Peristiwa tiga daerah ini dimulai dari adanya aksi protes terhadap tanam paksa di pabrik gula dan beban wajib kerja (corvee) yang menjadi inti tanam paksa Belanda. Selanjutnya terjadi berbagai macam pemerontakan kecil, diantaranya “ Brandal Mas Cilik” di Tegal yang merupakan pemberontakan petani tahun 1864, pemberontakan ini dipimpin oleh dukun yang bernama Mas Cilik yang menyerang dan membunuh pegawai pabrik gula milik Belanda di Tegal. Selain itu, pada tahun 1926 di Tegal terjadi pemberontakan petani yang berideologi komunis sebagai aksi protes untuk melawan corvee. Akibat pemberontakan petani dengan payung komunis ini mengalami kegagalan, maka para pemimpin yang terlibat dalam aksi masa tersebut banyak dipenjarakan dan dibuang di Boven Digul. Setelah kembali dari pembuangan, mereka kembali mengorganisasi masa di Tiga Daerah untuk melakukan revolusi yang bertujuan mengubah struktur pemerintahan pada tahun 1945.
Peristiwa Tiga Daerah bukan hanya revolusi sosial untuk melakukan protes terhadap eksploitasi yang dilakukan Belanda, namun selain latar belakang sosial dan politik, serta ekonomi masih banyak sekali latar belakang lain sehingga peristiwa ini meletus dan menjadi peristiwa revolusi lokal. Faktor-faktor ini dapat diidentifikasi sebagai faktor kepemimpinan, ideologi dan konteks kebudayaanya.

Latar belakang peristiwa tiga daerah juga dapat ditinjau dari segi fisik, yaitu Brebes yang berbatasan dengan Jawa barat yang berbahasa sunda dan daerah pedalaman Banyumas selatan, bukan saja secara geografi terpecah belah, melainkan adat istiadat dan bahasa ditarik kedua arah yaitu bahasa Jawa dan Sunda. Tegal sebuah kota dengan kondisi masyarakat dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dari pada wilayah tetangganya juga melakukan revolusi lokal, meskipun demikian Tegal mempunyai kebanggaan karena dikuasai oleh seseorang yang mengerti perwatakan di wilayah ini. Pemalang sebuah kawasan yang cukup kaya dibandingkan dengan dua wilayah lainya. Revolusi yang terjadi di Pemalang ini merupakan pengaruh dari Brebes, Tegal atau Pekalongan.                                                                    Ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk memahami Peristiwa Tiga Daerah. Pertama, ialah perubahan sebelum tahun 1945, yaitu dalam bidang ekonomi dan politik sebelum Perang Dunia Kedua. Hal ini harus dikaitkan dengan perubahan ekonomi akibat masuknya modal asing (Eropa) di abad sembilan belas dan sistem Tanam Paksa yang berpengaruh besar terhadap kehidupan petani. Di tempat yang memiliki pabrik gula, golongan elit birokrat maupun kepala desa sering bertindak sebagi pejabat kapitalis Eropa, seperti dalam soal sewa tanah, penarikan pajak dan corvee (kerja paksa). Hal ini menyebabkan masyarakat kecil terutama para petani menjadi semakin menderita. Dari penderitaan ini lahir semangat revolusi untuk melawan kolonial Belanda maupun birokrat pemerintah di masing-masing daerah.

Kedua, dampak pendudukan Jepang yang membebani rakyat dengan wajib pajak dalam wujud menyetorkan hasil padi, romusha, tanam paksa, dan penjarahan bahan pokok. Walaupun dampak sistem pelaksanaan pengambilan bahan pokok dalam romusha berbeda menurut tempatnya masing-masing, yaitu tergantung pada sikap pejabat-pejabat lokal dan para pemimpin perjuangan setempat, namun pelaksanaan peraturan peraturan setoran padi merupakan beban yang berat dalam bidang ekonomi di masa penjajahan Jepang. Akibat kebijakan ini, telah menyebabkan terjadinya kelaparan dimana-mana termasuk juga di tiga daerah tersebut. Oleh sebab itu, muncul perasaan kebencian yang mendalam terhadap para elite birokrat, yang menurut rakyat dianggap sebagai penyebab utaman terjadinya berbagai kasus kelaparan yang diakibatkan kesewenang-wenangan dalam menarik setoran padi.
Ketiga, terlihat daru ciri-ciri revolusi sosial di masa revolusi di Pekalongan, yaitu pembagian kekayaan, pengusiran atau pergeseran elite lama dan pemimpim tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan setia kepada Belanda atau Jepang. Dalam hal ini revolusi di wilayah Pekalongan punya ciri khas tersendiri, yaitu dengan adanya kekerasan terhadap golongan Cina, Indo-Belanda, Pangreh Praja dan Lurah. Namun pembahasan mengenai kekerasan terhadap orang-orang Cina ini belum dapat dikatakan sebagai gerakan anti Cina sebab banyak juga orang-orang Cina yang menjadi pemimpin pejuang revolusi, khususnya di Pemalang. Mereka juga menjadi penyumbang dana terbesar untuk membantu revolusi ini.
Peristiwa Tiga Daerah bukan hanya dari sektor ekonomi maupun politik, tetapi juga dapat dilihat dari faktor budaya. Menurut pandangan kaum priyayi, kepemimpinan revolusi sosial itu adalah sesuatu yang berasal dari luar atau asing, namun menurut golongan kiri revolusioner, tujuan utama revolusi mereka adalah penghapusan hierarki sosial dalam penggunaaan bahasa. Mereka menghendaki dihapusnya sebutan-sebutan untuk kaum priyayi dan menggunakan bahasa Jawa rendah dalam berkomunikasi. Hal ini merupakan suatu gerakan radikal yang mendasar di dalam konteks kebudayaan Jawa dan didasarkan tujuan dari ideologi komunis, yaitu persamaan diantara seluruh rakyat.
diambil dari buku Peristiwa Tiga Daerah karya Robert Cribb

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok Singkat dan Lengkap


Peristiwa Rengasdengklok terjadi dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua tentang masalah kapan dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian tersebut berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945. Golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke rengasdengklok dengan tujuan untuk mengamankan keduanya dari intervensi pihak luar. Daaerah Rengasdengklok dipilih karena menurut perhitungan militer, tempat tersebut jauh dari jalan raya Jakarta-Cirebon. Di samping itu, mereka dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok dari arah Bandung maupun Jakarta.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh. Usaha dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin bangsa Indonesia itu agar cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang tidak dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa Rengasdengklok tersebut tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar sehingga para pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi melakukan penekanan. Namun, melalui pembicaraan antara Shodanco Singgih dengan Soekarno, menyatakan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta.
Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari Shodanco Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-kawannya dan para pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Achmad Subardjo (mewakili golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan ia bersedia menjamin keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia itu.

Akhir Peristiwa Rengasdengklok

Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beserta rombongan untuk kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30 WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan.

Jumat, 01 Mei 2015

Pengertian Globalisasi Serta Pengaruh atau Dampak Globalisasi

     Pengertian globalisasi menurut beberapa ahli di berbagai bidang  dan pengaruh serta manfaat globalisasi, inilah yang akan diulas pada tulisan berjudul pengertian globalisasi serta pengaruh atau dampak globalisasi ini.
Globalisasi secara umum dan singkat adalah sebuah proses terbentuknya dunia tanpa batas. Akan tetapi, Globalisasi bukanlah sebuah konsep yang dapat didefinisikan dan dirumuskan dalam satu rangkaian kejadian atau sebuah proses yang dapat diartikan secara jelas mulai dari awal hingga akhir. Lebih jauh lagi, pengertian globalisasi tidak dapat digunakan untuk keseluruhan manusia dan semua situasi. 
(Apa Pengertian Ahli) Globalisasi berhubungan dengan integrasi ekonomi, kebijakan internasional dan lintas wilayah, pertukaran atau aliran ilmu pengetahuan, kestabilan dan keseimbagan kebudayaan, perkembangbiakan, hubungan dan penggunaan kekuasaan. Oleh karena pengertian globalisasi yang berbeda untuk setiap situasi, Martin Khor, mendefinisikan globalisasi sebagai colonization concurrently
(Apa Pengertian Ahli) Sedangkan Thomas Larsson dalam bukunya The Race to The top: The real story of globalization: Pengertian globalisasi adalah adalah proses penyusutan dunia, jarak yang semakin pendek, hal-hal bergerak lebih dekat. Ini berkenaan dengan meningkatnya kemudahan seseorang dari satu sisi dunia berinteraksi dengan seseorang di sisi dunia lain dengan saling menguntungkan "is the process of world shrinkage, of distances getting shorter, things moving closer. It pertains to the increasing ease with which somebody on one side of the world can interact, to mutual benefit, with somebody on the other side of the world"
Pengertian globalisasi serta pengaruh atau dampak globalisasi
Ilustrasi pengertian globalisasi 

 Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli

Untuk memudahkan anda memahami apa itu globalisasi, mari simak pengertian globalisasi menurut para ahli dibawah ini:



  1. Menurut Immanuel Wallerstein, Globalisasi adalah representasi dari kemenangan kapitalis terhadap ekonomi dunia yang diikat bersama oleh divisi kerja secara global “globalization represents the triumph of a capitalist world economy tied together by a global division of labour.”
  2. David Harvey, Pengertian Globalisasi adalah pengecilan ukuran waktu dan tempat, "the compression of time and space"
  3. Martin Albrow, pengertian globalisasi adalah semua proses yang berhubungan dengan penyatuan antara masyarakat (all the peoples) bersatu menjadi satu masyarakat dunia (single world society).
  4. Anthony giddens mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi di lokasi yang satu dengan yang lain serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya “Globalization can thus be defined as the intensification of worldwide social relations which link distant localities in such a way that local happenings are shaped by events occurring many miles away and vice versa.”
  5. Arjun Appadurai, Pengertian globalisasi adalah sebuah titik kritis sehingga dua sisi koin proses budaya global (dunia) sekarang ini menghasilkan banyak hal dan variatif yang dapat sama dan atau berbeda yang dikarakterisasi oleh perbedaan disjunctures radikal antara aliran global dan ketidakjelasan batas batas wilayah akibat gangguan tersebut (“The critical point is that both sides of the coin of global cultural process today are products of the infinitely varied mutual contest of sameness and difference on a stage characterized by radical disjunctures between different sorts of global flows and the uncertain landscapes created in and through these disjunctures.”)
  6. Peter Dicken dalam Global Shift: Pengertian globalisasi adalah perbedaan kualtitatif dari internasionalisasi. Globalisasi mewakili internasionalisasi yang lebih maju dan kompleks yang diperlakukan pada tingkat integrasi antara aktivitas pergerakan ekonomi internasional (“…globalization is ‘qualitatively different’ from internationalization… it represents ‘a more advanced and complex form of internationalization which implies a degree of functional integration between internationally dispersed economic activities.’” (p. 1) … “‘the degree of interdependence and integration between national economies.’)
  7. Kenichi Ohmae, globalisasi dapat diartikan sebagai terjadinya dunia tanpa batas.
  8. Pengertian Globalisasi menurut Thomas L. Friedman : Globalisasi mempunyai dimensi ideologi (baca pengertian ideologi) dan teknologi. Dimensi Ideologi (baca pengertian ideologi) adalah pasar bebas dan kapitalisme, sedangkan dimensi teknologi ialah teknologi informasi yang sudah mempersatukan dunia .
  9. Pengertian Globalisasi menurut Malcom Waters : Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berdampak terhadap kurang pentingnya pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya, yang terjelma didalam kesadaran setiap individu .
  10. Pengertian Globalisasi menurut Emanuel Ritcher : Globalisasi adalah jaringan kerja global (global network) secara bersamaan menyatukan masyarakat (society) yang sebelumnya tersebar dimana mana dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia .
  11. Definisi Globalisasi Achmad Suparman : Globalisasi adalah sebuah proses membuat setiap individu di dunia ini memiliki ciri dari benda atau perilaku tanpa dipengaruhi oleh batasan wilayah.
  12. Pengertian Globalisasi menurut Martin Albrown : Globalisasi merupakan kaitan dan akumulasi dari seluruh proses dimana penduduk dunia terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, komunitas global .

(Apa Pengertian Ahli) Globalisasi adalah proses yang meliputi penyebab, dan tentu saja,konsekuensi dari integrasi transnasional dan transkultural kegiatan manusia dan non-manusia
Globalization is a process that encompasses the causes, course, and consequences of transnational and transcultural integration of human and non-human activities.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pengertian Globalisasi adalah "Proses menyatukan hasil pemikiran dan atau tindakan manusia baik itu individu maupun kelompok ataupun sebuah komunitas (masyarakat) terhadap seluruh wilayah di dunia ini
Pengertian globalisasi serta pengaruh atau dampak globalisasi 2
Ilustrasi pengertian globalisasi

(Pengertian globalisasi) Sesuatu terjadi pasti karena ada faktor penyebab, begitu pula dengan globalisasi. Faktor penyebab terjadinya globalisasi yang paling utama adalah kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi komunikasi. Selain faktor penyebab globalisasi diatas, masih ada beberapa faktor-faktor penyebab globalisasi yaitu:

  1. Kemudahan pelaksanaan transaksi ekonomi dan keuangan lintas wilayah seperti individu dari negara dari benua Asia dapat melakukan transaksi dengan individu di benua Eropa. Hal disebabkan oleh berkembang pesatnya kemajuan teknologi informasi.
  2. Kemudahan distribusi barang-barang (goods) dan jasa (service) lintas wilayah atau negara dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sekarang ini, Barang yang berada di negara lain, dapat individu atau masyarakat dari negara seperti Indonesia melakukan transaksi pembelian ataupun penjualan. 
  3. Makin gampangnya kerja sama ekonomi dan terjadinya kesepakatan-kesepakatan ekonomi antarnegara.
Pengertian globalisasi serta pengaruh atau dampak globalisasi 3
Ilustrasi dampak dan pengaruh globalisasi

Arus Globalisasi yang setiap waktu hingga sekarang ini yang terus berkembang pastilah memberikan dampak terhadap kehidupan manusia dari berbagai segi  dan lingkup sosial yang ada. Dampak Globalisasi tersebut dapat bersifat positif ataupun negatif.

Dampak Globalisasi

Berikut beberapa dampak positif globalisasi:
  1. Adanya pola hidup yang serba cepat atau semakin instan. Pola hidup ini merupakan dampak dari perkembangan teknologi yang diakibatkan oleh pengaruh pertukaran teknologi dan ilmu pengetahuan antar negara. Contoh langsung dari dampak positif globalisasi ini adalah pada pembuatan makanan, dalam bidang pertanian seperti padi dan jagung serta tanaman palawija lainnya yang semakin lama waktu panennnya semakin cepat, ada yang 4 bulan dan bahkan ada yang 3 bulan sekali. Begitupun dengan masuknya teknologi dari luar negara Indonesia, proses dalam mengerjakan sesuatu semakin cepat dan mudah.
  2. Perkembangan informasi dan teknologi yang lebih pesat dan advance: Perkembangan ini merupakan dampak posifit globalisasi dikarenakan dengan adanya globalisasi, pertukaran informasi dan teknologi dapat terwujud, yang akan menghasilkan penemuan penemuan yang dapat digunakan oleh manusia sedunia. Internet merupakan kunci dari pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemudian , dampak negatif globalisasi, yaitu:
  1. Terjadinya pengurangan tenaga kerja atau pemecatan dan perampingan tenaga kerja pada sebuah perusahaan. Hal ini merupakan dampak dari globalisasi dikarenakan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mesinisasi atau penggunaan mesin dan komputer yang akan menggantikan fungsi manusia sebagai tenaga kerja. Hal ini terjadi dikarenakan pertimbangan manusia yang kurang efisien dan terlalu banyak biaya.
  2. Individu bersifat lebih individualis dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan privasi individu dalam globalisasi dapat dengan mudah terekspos bila bersifat lebih sosial dibandingkan sebelumnya. 
  3. Masuknya pola hidup ataupun budaya yang tidak sesuai dengan budaya kita. Dampak negatif globalisasi ini akan semakin besar apabila budaya yang masuk dapat menyerap dan dijadikan sebagai salah satu nilai dalam kebudayaan kita. Contoh, budaya barat yang mengizinkan terjadinya perzinahan akan sangat merusak moral tiap individu yang ada dalam masyarakat Indonesia.

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM TAUHID

     Tauhid menurut bahasa adalah meng-Esakan. Sedangkan menurut syariat adalah meyakini keesaan Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil ada yang mampu menyamai-Nya. Dalilnya dari firman-firman Allah, di samping dalil-dalil aqliyah :
“Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan, dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
(QS 42:11)
Seluruh alam semesta ini diciptakan oleh Allah, dan tidak ada pelaku yang bertindak sendiri dan merdeka sepenuhnya selain Allah.
Di bawah ini akan dibahas macam-macam tauhid, diantaranya Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ Wa Sifat.

  1. 1.     Tauhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk-Nya. Dan alam semesta ini diatur oleh Mudabbir (Pengelola), Pengendali Tunggal, Tak disekutui oleh siapa dan apapun dalam pengelolaan-Nya. Allah menciptakan semua makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musrik yang menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainnya. Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakini-Nya.
Alam semesta dan fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah. Sesungguhnya alam semesta ini (langit, bumu, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan, malaikat, serta manusia) seluruhnya tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah. Tidak satupun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. Penciptanya sama sekali tidak mempunyai sifat kurang, lemah, dan cacat. Tidak satupun dari makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan qadha’-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin Allah. Dia adalah Pencipta dan Penguasa alam, semua adalah milik-Nya. Semua adalah ciptaan-Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah, membutuhkan, dan dikendalikan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al-Fatihah : 1)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Engkau adalah Rabb di langit dan di bumi” (Mutafaqqun ‘Alaih)

Tauhid Rububiyah mengharuskan adanya Tauhid Uluhiyah. Hal ini berarti siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki, dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah. Dan itulah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Jadi tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiyah. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah.

  1. 2.     Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah yaitu ibadah. Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul. Disebut demikian, karena tauhid uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah” yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah), dan juga karena tauhid uluhiyah merupakan pondasi dan asas tempat dibangunnya seluruh amal. Juga disebut sebagai tauhid ibadah karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (makhluknya) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah : 163)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maka hendaklah apa yang kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah” (Mutafaqqun ‘Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari,“Sampai mereka mentauhidkan Allah”.

Manusia ditentukan oleh tingkatan din. Din sendiri berarti ketaatan. Di bawah ini adalah tingkatan din :
  • Islam
Islam menurut bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut syara’, Islam berarti pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepada-Nya,  taat, dan membebaskan diri dari syirik dan pengikutnya.
  • Iman
Iman menurut bahasa berarti membenarkan disertai percaya dan amanah. Sedangkan menurut syara’, iman berarti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan perbuatan dengan anggota badan.
  • Ihsan
Ihsan menurut bahasa berarti kebaikan, yakni segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji. Sedangkan menurut syara’ adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh baginda Nabi yang artinya “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bias melihay-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Taimiyah berkata “Ihsan itu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada Allah dan perbuatan baik yang dicintai oleh Allah”.

Rasulullah menjadikan din itu adalah Islam, Iman, dan Ihsan. Maka jelaslah bahwa din itu bertingkat, dan sebagian tingkatannya lebih tinggi dari yang lainnya. Tingkatan yang pertama adalah Islam, tingkatan yang kedua adalah Iman, dan tingkatan yang paling tinggi adalah Ihsan.

  1. Tauhid Asma’ Wa Sifat.
Tauhid Asma’ Wa Sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul-Nya. Maka barang siapa yang mengingkari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya atau menamai Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya atau menakwilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasulnya.
Allah Ta’ala berfirman
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. Asy-Syuura : 11)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam” (Mutafaqqun ‘Alaih). Di sini turunnya Allah tidak sama dengan turunnya makhluk-Nya, namun turunnya Allah sesuai dengan kebesaran dan keagungan dzat Allah.


Sifat-sifat Allah dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
  • Sifat Dzatiyah
Sifat Dzatiyah yaitu sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya. Sifat ini berpisah dengan dzat-Nya. Seperti berilmu, kuasa atau mampu, mendengar, bijaksana, melihat, dll.
  • Sifat Fi’liyah
Sifat Fi’liyah adalah sifat yang Dia perbuat jika berkehendak. Seperti bersemayam di atas ‘Arasy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga akhir malam, dan dating pada Hari Kiamat.

Tauhid asma’ wa sifat ini juga berpengaruh dalam bermuamalah dengan Allah. Di bawah ini contoh-contohnya :
  • Jika seseorang mengetahui asma’ dan sifat-Nya, juga mengetahui arti dan maksudnya secara benar maka yang demikian itu akan memperkenalkannya dengan Rabbnya beserta keagungan-Nya. Sehingga ia tunduk, patuh, dan khusyu’ kepada-Nya, takut dan mengharapkan-Nya, serta bertawassul kepada-Nya.
  • Jika ia mengetahui jika Rabbnya sangat dahsyat azab-Nya maka hal itu akan membuatnya merasa diawasi Allah, takut, dan menjauhi maksiat terhadap-Nya.
  • Jika ia mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun, Penyayang, dan Bijaksana maka hal itu akan membawanya kepada taubat dan istighfar, juga membuatnya bersangka baik kepada Rabbnya dan tidak akan berputus asa dari rahmat-Nya.
  • Manusia akan mencari apa yang ada di sisi-Nya dan akan berbuat baik kepada sesamanya.

PIAGAM MADINAH

         Saat sudah menetap di Madinah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mulai mengatur hubungan antar individu di Madinah. Berkait tujuan ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menulis sebuah peraturan yang dikenal dengan sebutan Shahîfah atau kitâb atau lebih dikenal sekarang dengan sebutan watsîqah (piagam). Mengingat betapa penting piagam ini dalam menata masyarakat Madinah yang beraneka ragam, maka banyak ahli sejarah yang berusaha membahas dan meneliti piagam ini guna mengetahui strategi dan peraturan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menata masyarakatnya. Dari hasil penelitian mereka ini, mereka berbeda pendapat tentang keabsahannya. Penulis kitab as Sîratun Nabawiyah Fi Dhauil Mashâdiril Ashliyyah, setelah membawakan banyak riwayat tentang piagam ini berkesimpulan bahwa riwayat tentang Piagam Madinah derajatnya hasan lighairihi [1].

SEJARAH PENULISAN PIAGAM
Penulis kitab as Sîratun Nabawiyah as Shahîhah mengatakan : “Pendapat yang kuat mengatakan bahwa piagam ini pada dasarnya terdiri dari dua piagam yang disatukan oleh para ulama ahli sejarah. Yang satu berisi perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan bagian yang lain menjelaskan kewajiban dan hak kaum muslimin, baik Anshâr maupun Muhâjirîn. Dan menurutku, pendapat yang lebih kuat yang menyatakan bahwa perjanjian dengan Yahudi ini ditulis sebelum perang Badar berkobar. Sedangkan piagam antara kaum Muhâjirîn dan Anshâr ditulis pasca perang Badar[2]. At Thabariy rahimahullah mengatakan : “Setelah selesai perang Badar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tinggal di Madinah. Sebelum perang Badar berkecamuk, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah membuat perjanjian dengan Yahudi Madinah agar kaum Yahudi tidak membantu siapapun untuk melawan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, (sebaliknya-pent) jika ada musuh yang menyerang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah, maka kaum Yahudi harus membantu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah Rasulullah berhasil membunuh orang-orang kafir Quraisy dalam perang Badar , kaum Yahudi mulai menampakkan kedengkian ….. dan mulai melanggar perjanjian.[3] ”

Sedangkan kisah yang dibawakan dalam Sunan Abu Daud rahimahullah yang menceritakan, bahwa setelah pembunuhan terhadap Ka’ab bin al Asyrâf (seorang Yahudi yang sering menyakiti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah) dan orang-orang Yahudi dan musyrik madinah mengeluhkan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak mereka untuk membuat sebuah perjanjian yang harus mereka patuhi. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menulis perjanjian antara kaum Yahudi dan kaum muslimin.

Ada kemungkinan ini adalah penulisan ulang terhadap perjanjian tersebut. Dengan demikian, kedua riwayat tersebut bisa dipertemukan [4], riwayat pertama yang dibawakan oleh para ahli sejarah yang menyatakan kejadian itu sebelum perang Badar dan riwayat kedua yang dibawakan oleh Imam Abu Daud rahimahullah yang menyatakan kejadian itu setelah perang Badar.

ISI PIAGAM
Berikut ini adalah point-poin piagam yang kami bawakan secara ringkas [5] :

A. Point-Point Yang Berkait Dengan Kaum Muslimin
1. Kaum mukminin yang berasal dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang bergabung dan berjuang bersama mereka adalah satu umat, yang lain tidak.

2. Kaum mukminin yang berasal dari Muhâjirîn , bani Sa’idah, Bani ‘Auf, Bani al Hârits, Bani Jusyam, Bani Najjâr, Bani Amr bin ‘Auf, Bani an Nabît dan al Aus boleh tetap berada dalam kebiasaan mereka yaitu tolong-menolong dalam membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

3. Sesungguhnya kaum mukminin tidak boleh membiarkan orang yang menanggung beban berat karena memiliki keluarga besar atau utang diantara mereka (tetapi mereka harus-pent) membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat.

4. Orang-orang mukmin yang bertaqwa harus menentang orang yang zalim diantara mereka. Kekuatan mereka bersatu dalam menentang yang zhalim, meskipun orang yang zhalim adalah anak dari salah seorang diantara mereka.

5. Jaminan Allah itu satu. Allah k memberikan jaminan kepada kaum muslimin yang paling rendah. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu diantara mereka, tidak dengan yang lain.

6. Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kaum mukminin berhak mendapatkan pertolongan dan santunan selama kaum Yahudi ini tidak menzhalimi kaum muslimin dan tidak bergabung dengan musuh dalam memerangi kaum muslimin

B. Point Yang Berkait Dengan Kaum Musyrik
Kaum musyrik Madinah tidak boleh melindungi harta atau jiwa kaum kafir Quraisy (Makkah) dan juga tidak boleh menghalangi kaum muslimin darinya.

C. Point Yang Berkait Dengan Yahudi
1. Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

2. Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin. Kaum Yahudi berhak atas agama, budak-budak dan jiwa-jiwa mereka. Ketentuan ini juga berlaku bagi kaum Yahudi yang lain yang berasal dari bani Najjâr, bani Hârits, Bani Sâ’idah, Bani Jusyam, Bani al Aus, Bani dan Bani Tsa’labah. Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

3. Tidak ada seorang Yahudi pun yang dibenarkan ikut berperang, kecuali dengan idzin Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam

4. Kaum Yahudi berkewajiban menanggung biaya perang mereka dan kaum muslimin juga berkewajiban menanggung biaya perang mereka. Kaum muslimin dan Yahudi harus saling membantu dalam menghadapi orang yang memusuhi pendukung piagam ini, saling memberi nasehat serta membela pihak yang terzhalimi

D. Point-Point Yang Berkait Dengan Ketentuan Umum
1. Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga pendukung piagam ini. Dan sesungguhnya orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dan tidak khianat . Jaminan tidak boleh tidak boleh diberikan kecuali dengan seizin pendukung piagam ini

2. Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, maka penyelesaiannya menurut Allah Azza wa Jalla, dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam

3. Kaum kafir Quraisy (Mekkah) dan juga pendukung mereka tidak boleh diberikan jaminan keselamatan

4. Para pendukung piagam harus saling membantu dalam menghadapi musuh yang menyerang kota Yatsrib

5. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah juga aman, kecuali orang yang zhalim dan khianat. Dan Allah Azza wa Jalla adalah penjamin bagi orang yang baik dan bertakwa juga Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pelajaran Dari Piagam Madinah
1. Piagam ini dianggap sebagai peraturan tertulis pertama di dunia

2. Para ulama tidak mengatakan bahwa diantara hukum-hukum yang tercantum dalam piagam ini ada yang di nasakh kecuali perjanjian dengan Yahudi atau non muslim dengan tanpa kewajiban membayar jizyah (pajak). Hukum ini terhapus dengan firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat at Taubah/9 : 29

3. Sebagian para ulama mengatakan bahwa hubungan kaum muslimin dengan Yahudi yang terdapat dalam piagam tersebut sejalan dengan firman Allah dalam al Qur’an Surat al Mumtahanah/60 : 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

4. Piagam ini telah mengatur berbagai sisi kehidupan umat

5. Dalam piagam ini terdapat landasan perundang-undangan, misalnya :
a. Pembentukan umat berdasarkan aqidah dan agama sehingga mencakup seluruh kaum muslimin dimanapun berada
b. Pembentukan umat atau jama’ah berdasarkan tempat tinggal, sehingga mencakup muslim dan non muslim yang tinggal disana
c. Adanya persamaan dalam pergaulan secara umum
d. Larangan melindungi pelaku kriminal
e. Larangan bagi kaum Yahudi untuk ikut berperang kecuali dengan idzin Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
f. Larangan perbuatan zhalim pada harta, kehormatan dan lain sebagainya
g. Larangan melakukan perjanjian damai secara pribadi dengan musuh
h. Larangan melindungi pihak musuh
i. Keharusan ikut andil dalam pembiayaan yang diperlukan dalam rangka membela negara
j. Keharusan membayar diyat dari yang melakukan pembunuhan
k. Tebusan tawanan
l. Melestarikan kebiasaan yang baik

Dinukil dari :
- as Sîratun Nabawiyah as Shahihah, DR Akram Dhiya’ al Umariy
- as Sîratun Nabawiyah Fi Dhauil Mashâdiril Ashliyyah, DR Mahdi Rizqullah Ahmad

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnotes
[1]. as Sîratun Nabawiyah Fi Dhauil Mashâdiril ashliyyah, hlm. 312
[2]. As sîratun nabawiyah as Shahîhah, hlm. 277
[3]. Târîkhur Rusul wal Mulûk. Lihat as Sîratun Nabawiyah as Shahîhah, hlm. 278
[4]. as Sîratun Nabawiyah as Shahihah, hlm. 278
[5]. Ringkasan ini kami nukilkan dari as Sîratun Nabawiyah Fi Dhauil Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 306-307

KI Hajar dewantoro "Makna Semboyan Tut wuri handayani"


      Makna dan arti Tut Wuri Handayani – Ing Ngarso Sun Tulodo – Ing Madyo Mangun Karso, Terdiri dari 3 kalimat ungkapan atau slogan yang dibut oleh bapak pendidikan kita sekaligus Pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara.
Kalimat ini sering kita dengar pada waktu sekolah atau bisa dilihat pada sebuah gambar/logo Tut wuri Handayani. Meski kalimat ini terlihat sederhana sebenarnya tersimpan makna mendalam sebagai sebuah ungkapan penting dari sebuah keteladanan bagi seorang pendidik atau pemimpin baik moral maupun semangat bagi anak didiknya.
Semboyan “Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Sehingga Tercipta kalimat :
Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan.
Ki Hadjar Dewantara

SISINGAMANGARAJA XII, PERANG TAPANULI DAN PERLAWANAN TERHADAP BELANDA


      Sisingamangaraja XII adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Nama-Nama Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional tanggal 19 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan ‘mangaraja’. ‘Si’ adalah kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah Baka, sedangkan ‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi Sisingamangaraja berarti Maharaja orang Batak.
Ada dua versi tentang asal-usul Sisingamangaraja dan kerjaan Batak. versi pertama mengatakan Sisingamanagaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling ke Sumatera Utara untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung.
Sedangkan versi kedua berasal dari mitos rakyat yang diceritakan dalam berbagai versi lagi, namun secara garis besar versi itu menyatakan Manghuntal (Sisingamanagaraja I) adalah keturunan Bona Ni Onan bermarga Sinambela. Sebelum kelahirannya Sisingamaraja I telah diramalkan bahwa ia adalah titisan dari Batara Guru dan akan menjadi seorang raja besar. Setelah dewasa Manguntal akhirnya menjadi raja setelah berhasil mencabut keris yang bernama Piso Gaja Dompak (Pisau Gajah Penangkal). Piso Gaja Dompak dinyakini tidak akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki kesaktian, kecuali oleh orang yang memiliki kesaktian dan orang yang menjadi titisan Batara Guru (orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi Raja).
Berikut ini adalah silsilah Raja Sisingamangaraja dari urutan 1 sampai ke 12 adalah sebagai berikut:
1. Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I
2. Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II
3. Raja Itubungna / Sisingamangaraja III
4. Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV
5. Ampallongos / Sisingamangaraja V
6. Amangulbuk / Sisingamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII
8. Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX
10. Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X
11. Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI
12. Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru menembus dadanya, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung, setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba. Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.
2.2 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perang Tapanuli
Perang Tapanuli (1878-1907) terjadi karena kebijakan Belanda di Nusantara, dan berlaku juga di Tapanuli, membuat rakyat mengalami penderitaan yang hebat. Banyak para petani yang kehilangan tanah dan pekerjaannya karena diberlakukannya politik liberal yang membebaskan kepada para pengusaha Eropa untuk dapat menyewa tanah penduduk pribumi. Dan dalam pelaksanaanya banyak penduduk pribumi yang dipaksakan untuk menyewakan tanahnya dengan harga murah. Untuk itu Sisingamangaraja mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
1. Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
2. Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di Tapanuli dan sekitarnya
3. Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.
Sedangkan penyebab khusus perlawanan adalah kemarahan sisingamangaraja atas penempatan pasukan Belanda di Tarutung.
2.3 Jalannya Perang Tapanuli
Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas Sisingamangaraja XII di Bangkara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1 Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja yang tertinggal di Bangkara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.
Walaupun Bangkara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda.
Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam latihan perang Keumala. Karena Belanda selalu unggul dalam persenjataan, maka taktik perang perjuangan Batak dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip dengan taktik perang Gerilya.
Pada tahun 1888, pejuang-pejuang Batak melakukan penyerangan ke Kota Tua. Mereka dibantu orang-orang Aceh yang datang dari Trumon. Perlawanan ini dapat dihentikan oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh J. A. Visser, namun Belanda juga menghadapi kesulitan melawan perjuangan di Aceh. Sehingga Belanda terpaksa mengurangi kegiatan untuk melawan Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari berkurangnya pasukan Belanda yang tewas dalam peperangan.
Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan Sisingamangaraja XII kembali menyerang Belanda. Seorang prajurit Belanda tewas, dan Belanda harus mundur dari Lobu Talu. Namun Belanda mendatangkan bala bantuan dari Padang, sehingga Lobu Talu dapat direbut kembali. Pada tanggal 4 September 1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda. Pasukan Batak terpaksa ditarik mundur ke Passinguran. Pasukan Belanda terus mengejar pasukan Batak sehingga ketika tiba di Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan Belanda ditembaki oleh pasukan Batak, dan Belanda membalasnya terus menerus dengan peluru dan altileri, sehingga pasukan Batak mundur ke daerah Horion.
Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan di seluruh Sumatra Utara. Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji akan menobatkan Sisingamangaraja XII menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja XII tegas menolak iming-iming tersebut, baginya lebih baik mati daripada menghianati bangsa sendiri. Belanda semakin geram, sehingga mendatangkan regu pencari jejak dari Afrika, untuk mencari persembunyian Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si Gurbak Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung. Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang Belanda menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang, Huta Paung, Parsingguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini terjadi pada tahun 1906.
Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam, putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.
Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang, gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel. Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus mengadakan perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup ditawan, dihina dan dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya Sisingamangaraja XII merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda. 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun setelah ayahnya wafat pada tahun 1876.
Berikut ini adalah silsilah Raja Sisingamangaraja dari urutan 1 sampai ke 12 adalah sebagai berikut:
1. Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I
2. Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II
3. Raja Itubungna / Sisingamangaraja III
4. Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV
5. Ampallongos / Sisingamangaraja V
6. Amangulbuk / Sisingamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII
8. Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX
10. Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X
11. Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI
12. Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII
Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
1. Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
2. Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di Tapanuli dan sekitarnya
3. Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.
Perang Tapanuli terjadi selama 29 tahun. Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para misionaris di Silindung dan Bahal Batu kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Dan berakhir dengan gugurnya Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon.
Daftar Pustaka
Ajisaka, Arya. 2010. Mengenal Pahlawan Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka.
Akmad F. dan W. Elfiati. 2007. Perjuangan Sisingamangaraja XII. Jakarta: CV Utan Kayu Sejati
Sidjabat, Bonar W. 2007. Ahu Sisingamangaraja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
http://id.wikipedia.org/wiki/sisingamangarajaxii. Diunduh tanggal 23 Oktober 2013
Rickleft, M.C. 1998.Sejarah Indonesia Modern(terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sejarah Perang Paderi (Padri 1821-1837)


      Sejarah Perang Paderi (Padri 1821-1837)|Perang Paderi atau Padri memiliki penyebab/Latar belakang terjadinya Perang padri, Perang Padri merupakan perang yang Panjang dari tahun 1821-1837 sekitar 26 tahun lamanya berlangsungnya Perang Padri, Dalam Peperangan tersebut memiliki berbagai Perjanjian-perjanjian, dan  Perang Padri berasal dari Perjuangan rakyat di daerah Sumatera Barat (Minangkabau), Nama Perang Padri diambil dari Kota yang ada di Sumatera barat dan berbagai bahasa-bahasa Asing sehingga terbentuk nama Perang Paderi (Padri), Dalam Peperangan ini memiliki tahap-tahap yang membuat Perang Padri sangat panjang, Dalam Perang Padri terkenal seorang nama yang sangat terkenal karena keberaniannya menegakkan kebenaran dan meluruskan ke jalan agama yang merupakan seorang tokoh yang sangat penting dalam peperangan tersebut. Untuk Mengetahu lebih jelas Sejarah Perang Paderi (Paderi) dan berbagai macam yang menyangkut Perang Padri , Mari kita lihat pembahasannya dibawah ini

PERANG PADERI  (PADRI) TAHUN 1821 - 1837

Perjuangan rakyat di daerah Sumatera Barat (Minangkabau) melawan pihak Belanda sering disebut dengan nama Perang Padri yang berlangsung dan tahun 1821 - 1837.
Adapun asal-usul nama Padri terdapat dua pendapat yaitu :
a Pedir atau Pideri yaitu sebuah kota kecil di pantai Barat Sumatera Utara tempat dimana mereka berangkat dan pulang dan naik haji. 
b. Berasal dari bahasa Portugis. Padre atau dalam bahasa Belanda Vader yang berarti “Ayah” atau “Pendeta”. Jadi dengan demikian kaum Padri adalah kaum pendeta.
Perang Padri ini dapat dibagi atau berlangsung tiga tahap yaitu:
a. Kaum Padrii melawan kaum adat.
b. Kaum Padri melawan kaum adat dan Belanda
c. Kaum Padri dan kaum adat melawan Belanda. 
Latar Belakang Terjadinya Perang Padri
Sejarah Perang Paderi (Padri 1821-1837) dan Latar Belakang Perang Padri serta Penyebab terjadinya perang padri Di daerah Minangkabau terdapat beberapa orang Haji yang kembali dari Mekah dan akan mengadakan pelaksanaan hidup yang sesuai menurut ajaran agama slam secara murni. Mereka yang baru pulang dari naik haji itu ialah Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang, mereka beraliran Wahabi Menurut ajaran agama banyak adat istiadat daerah Sumatera Barat (Minangkabau) yang harus ditinggalkan seperti: minum-minuman keras,.(minum tuak), menyambung ayam, berjudi, dan lain -lain.

Maksud kaum Padri untuk mengajarkan agama Islam secara murni dengan menghilangkan adat-istiadat yang jelek itu telah mendapat tantangan yang sangat hebat dan pemimpin-pemimpin kaum adat dan juga para bangsawan. Oleh sebab itu terjadinya peperangan antara kaum Padri dengan kaum adat tidak dapat dielakkan. Di dalam peperangan tersebut kaum Padri mengenakan pakaian serba putih (disebut kaum putth) dan kaum adat mengenakan pakaian serba hitam (kaum hitam).

Di dalam peperangan itu pada awalnya kaum Padri mendapat kemenangan dimana-mana, sehingga kedudukan kau adat terdesak dengan hebat. Karena adat-adat terdesak dengan hebat maka pimpinan-pimpinan kaum adat yaitu Tuanku Suroso memerintahkan meminta batuan kepada pihak Belanda di Padang. Permintaan ini sangat menyewakan pihak Belanda, sebab dengan demikian Belanda dapat meluaskan kekuasaannya ke daerah minangkabau.

Pada tahun 1824, Belanda dan kaum Padri mengadakan perdamaian di masang (perjanjian masang) yang isinya : .
Isi Perjanjian Masang :
1. Penetapan batas daerah kedua belah pihak.
2. Kaum Padri harus mengadakan perdagangan hanya dengan pihak belanda.
Tetapi ternyata pihak belanda tidak dapat menetapi perjanjiannya yang telah dibuatnya itu, sehingga peperangan tidak dapat dihindari lagi/berkobar lagi. Masyarakat Minangkabau dengan sangat giginya melawan serangan Belanda yang menggunakan senjata modern

Akhirnya kaum adat menyadari bahwa pihak Belanda sebenarnya tidak sungguh-sungguh/berhasrat untuk menolongnya, melainkan hendak menjajah seluruh daerah Minangkabau (Sumatera Barat). Hal ini dibuktikan dengan tindakan pihak Belanda seperti tersebut di bawah ini:
Tindakan-tindakan Belanda :
a. Rakyat Minangkabau dipaksa bekerja demi kepentingan pihak Belanda tanpa diberi upah.
b. Rakyat Minangkabau diharuskan membayar Cukai Pasar dan cukai mengadu ayam. 
  
Setelah kaum adat menyadari kekeliruannya maka kaum adat kemudian bersekutu/bergabung dengan pihak kaum padre guna melawan pihak Belanda. Dengan bersatunya kaum adat dan kaum padri maka peperangan melawan Belanda semakin menjadi hebat dan mencakup seluruh daerah Minang.Akibatnya pihak Belanda mengalami kerugian yang sangat besar. Kemudian setelah pihak Belanda berhasil menyelesaikan perang Diponegoro, maka seluruh pasukannya dikirim ke Sumatera Barat untuk menghadapi perlawanan rakyat Sumatera Barat.
Karena mendapat bantuan dari Pulau Jawa maka pihak Belanda berhasil menduduki daerah pertahanan rakyat Minangkabau (Sumatera Barat). Bahkan pada tahun 1837 pusat perjuangan kaum Padri di daerah Bonjol berhasil dikuasai oleh pihak Belanda. Tetapi Tuanku Imam Bonjol bersama-sama para pengikutnya berhasil meloloskan diri dari penangkapan pihak Belanda dan melanjutkan perjuangannya.
Tetapi pada tahun itu juga Tuanku Iman Bonjol berhasil ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur, kemudian ke Ambon lalu ke Minahasa dan meninggal pada tahun 1855. Dengan demikian berakhirlah perang Padri dan daerah Minangkabau (Sumatera Barat) jatuh ke tangan pihak Belanda.
Sekian Artikel Tentang Sejarah Perang Paderi (Padri 1821-1837), Semoga Bermanfaat. (Sumber : Sejarah Nasional dan Dunia, Hal : 90-92, Penerbit : Armico, Penulis :  Drs. Edi Purwanto N. 1984.)

Pemberontakan MMC, PRRI dan Permesta

        Disamping pemberontakan yang digerakkan oleh DI/TII dan sisa-sisa kolonial, Indonesia yang baru saja mengatasi persoalan perjuangan dengan Belanda, masih banyak menghadapi gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh berbagai kelompok yang timbul di dalam negeri sendiri. Gangguan tersebut adalah:
1. MMC
Di Jawa Tengah terdapat gerombolan yang menamakan dirinya Merapi Merbabu Complex (MMC). Gerombolan ini terdiri dari orang-orang yan kecewa terhadap pemerintahan RI dan penjahat. Mereka mengadakan pengacauan dan penggarongan, sehingga menimbulkan korban dan mengganggu kelancaran ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah segera bertindak. Berkat keuletan TNI MMC pun dapat ditumpas.
2. Berdirinya Dewan-dewan
Akhir tahun 1956 beberapa penglima di daerah membentuk dewan-dewan, yaitu:
  • Dewan Banteng, di Sumatera Barat dipimpin Letkol Ahmad Husein.
  • Dewan Gajah, di Medan dipimpin Kolonel Simbolon.
  • Dewan Garuda, di Palembang dipimpin Letkol Barlian.
  • Dewan Manguni, di Manado dipimpin oleh Letkol Vence Sumual.
Dewan-dewan itu membuat kekacauan dan mendukung gerakan pemisahan diri (Sparatisme) dari wilayah RI.
3. PRRI
Ahmad Husein yang mendirikan Dewan Banteng tersebut, kemudian pada tanggal 15 Pebruari 1958 mengumumkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia atau di singkat PRRI, dengan Syarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana menterinya. Untuk mengatasinya TNI mengadakan operasi gabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang disebut Operasi 17 Agustus. Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Akhmad Yani. Pada pertengahan tahun 1958 pemberontakan PRRI dapat ditumpas.
4. Permesta
Kolonel Vence Sumual dari Dewan Manguni menlancarkan pemberontakan di Sulawesi Utara. Gerakannya disebut Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Pemberontak ini mendapat bantuan dari lar negeri. Pope seorang penerbang Amerika Serikat telah menyerang kota Ambon dari udara.
Pemerintah segera ambil tindakan dengan melancarkan operasi militer yang diberi nama Operasi Merdeka. Operasi ini dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Bulan Agustus 1958 pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan.

Indonesia Pemberontakan PRRI/PERMESTA dan Intervensi Asing di Indonesia

           Share on : Berikut ini saya akan membahas tentang Pemberontakan PRRI/PERMESTA yang pernah terjadi di Indonesia,dan sekali lagi terimakasih,karena ini artikel yang saya dapatkan dari teman saya. "Amerika Serikat jangan sampai bermain api dengan Indonesia, jangan sampai ketidaktahuan Amerika Serikat menyebabkan meletusnya Perang Dunia III." "Ir Soekarno"
        Pernyataan diatas merupakan pernyataan ancaman dari Presiden Pertama Republik Indonesia "Ir Soekarno" terhadap usaha Amerika Serikat untuk mengintervensi masalah dalam negri Indonesia terkait dengan dukungan Amerika Serikat terhadap pemberontakan PRRI/PERMESTA. Seperti yang kita ketahui Gerakan PRRI/PERMESTA merupakan salah satu pemberontakan yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Ir Soekarno. Dalam sejarah umum kita mengetahui bahwa latar belakang pemberontakan tersebut adalah rasa tidak puas dari beberapa daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat sehingga pihak-pihak yang tidak puas tersebut membentuk gerakan untuk menentang pemerintah pusat dimana di wilayah Sumatra bernama Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan di Indonesia Timur bernama Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA) yang kemudia digabungkan menjadi PRRI/PERMESTA. Pergerakan tersebut didukung oleh beberapa tokoh militer Indonesia seperti Letkol Achmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel Simbolon dan juga Kolonel D. J Somba. Namun dibalik semua itu, keterlibatan asing dalam usaha pemberontakan jelas sudah terlihat. Amerika Serikat melalui CIA sudah menngintervensi pemberontakan semenjak Oktober 1957 melalui penyaluran dana kepada para pemberontak. Amerika Serikat menggunakan isu anti Komunis untuk mendanai pergerakan PRRI/PERMESTA. Dukungan Amerika Serikat terhadap pemberontakan PRRI/PERMESTA jelas merupakan salah satu agenda penting CIA untuk menyingkirkan para pemimpin negara-negara dunia ketiga yang memiliki sikap Ultranasionalis dan Patriotik serta menolak dikendalikan oleh pihak asing, dalam hal ini Ir Soekarno memenuhi kriteria tersebut dan pantas untuk digulingkan untuk digantikan oleh pemimpin yang pro dengan kebijakan Amerika Serikat. Bantuan-bantuan Amerika Serikat untuk pemberontak jelas terlihat dari penyelundupan senjata bagi para sepratis PRRI melalui perusahaan minyak Caltex yang berlokasi di wilayah Riau serta pengiriman logistik lewat pesawat udara. Amerika Serikat juga memberikan senjata-senjata berat termasuk pesawat-pesawat udara sehingga pemberontak PRRI dapat membentuk Angkatan Udara sendiri (AUREV/Angkatan Udara Revolusioner). Selain memberikan senjata, Amerika Serikat juga melatih para anggota pemberontak seperti Kolonel Simbolon dan para anggotanya di pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat di daerah Okinawa, Saipan dan Guam. Pelatiha-pelatihan tersebut berlangsung hingga akhir 1957 sebagai upaya untuk mempersiapkan pemberontak secara militer. Selain mempersiapkan para pemberontak secara militer, Amerika Serikat juga menunjukkan dukungannya secara militer kepada para pemberontak melalui pembentukan "Task Force 75" oleh komandan Armada ke 7 Amerika Serikat yang terdiri atas satu cruiser, dua destroyer dan satu kapal induk (aircraft carrier) berisi 2 batalion marinir. Task Force 75 tersebut bergerak ke Singapura dengan tujuan untuk melakukan pendaratan di wilayah Riau tepatnya Minas dan Duri. Tindakan Amerika Serikat tersebut jelas merupakan intervensi militer dan dapat diartikan sebagai upaya invasi Amerika Serikat terhadap wilayah kedaulatan Indonesia, namun Amerika Serikat saat itu beralasan bahwa tujuannya adalah untuk melindungi warga Amerika Serikat dan kepentingannya di Caltex. Pasukan Marinir Amerika Serikat itu rencananya akan didaratkan diwilayah Riau apabila ladang-ladang minyak tersebut dibom oleh pasukan Angkatan Udara Indonesia sebagai upaya untuk memadamkan pemberontakan. Kolonel George Benson, atase militer AS di Jakarta berkata, “The U.S was anxious to have pretext to send marines.” And two battalion of US Marine are, “fully equipped and ready for battle were prepared to be helicoptered within twelve hours notice to the Sumatran oil fields”. Ketika pemberontakan meletus, pihak Indonesia langsung mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Ahmad Yani untuk memadamkan pemberontakan. Ketika pasukan TNI tiba dan berhasil mendesak pasukan pemberontak, Amerika Serikat berpesan kepada para pemberontak PRRI agar sebelum mundur ke Riau, pasukan pemberontak meledakkan kilang-kilang minyak Caltex di Riau agar peristiwa tersebut dapat dijadikan alasan bagi Amerika Serikat untuk mendaratkan pasukan yang sudah disiapkannya (pasukan AS sudah menunggu disekitar perairan Dumai) ke Riau. Pasukan Amerika Serikat tersebut kemudian akan ditugaskan untuk menghantam pasukan TNI pimpinan Ahmad Yani dan kemudian terus mendesak hingga menyerbu Jakarta dan langsung menumbangkan Presiden Soekarno dari tampuk kekuasaannya. Namun rencana tersebut tidak dapat direalisasikan sebab pergerakan TNI sangat cepat dan berhasil menguasai kilang-kilang minyak Caltex di Riau. Keberhasilan TNI itu mengurungkan niat Amerika Serikat untuk mendaratkan pasukannya dan Task Force 75 ditarik mundur ke Filipina. Pada akhirnya pemberontakan PRRI di Sumatra berhasil dipadamkan oleh pasukan TNI dan intervensi asing berhasil di cegah. Sementara itu di wilayah Indonesia Timur AUREV milik PERMESTA melakukan pengeboman terhadap Banjarmasin, Balikpapan, Palu, Selat Makasar, Kendari, Makasar, Ambon, Ternate dan Jailolo (di Halmahera) dan Morotai. Bantuan Amerika Serikat terhadap pemberontak membuat AUREV berjaya di udara. Pangkalan-pangkalan di Bangkok, Singapura, Saigon, Subic dan Clark dan Taiwan menjadi wilayah suplai utama dari Amerika Serikat kepada pasukan pemberontak PRRI/PERMESTA. Pimpinan PERMESTA Kolonel Vence Samual berencana untuk menyerang dan menduduki Jakarta setelah mendapatkan superioritas kekuatan di laut dan udara, namun pada bulan Mei AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) melakukan serangan besar-besaran terhadap posisi pasukan pemberontak ke lapangan terbang Menado, Morotai dan Jailolo, yang dibarengi dengan serbuan darat dan pada tanggl 26 Juni Manado berhasil dikuasai oleh TNI yang mematahkan tulang punggung dari pemberontakan PERMESTA di Indonesia Timur. Intervensi asing di Indonesia selama pemberontakan PRRI/PERMESTA memang sangat terasa, bahkan bisa dikatakan pemberontakan PRRI/PERMESTA merupakan pemberontakan yang secara nyata didukung oleh kekuatan asing. Keterlibatan Amerika Serikat dalam pemberontakan semakin jelas ketika pada tanggal 18 Mei 1958 sebuah pesawat pengebom B 29 milik Amerika Serikat berhasil ditembak jatuh oleh kesatuan Anti Serangan Udara TNI setelah peswat tersebut membombardir sebuah pasar dan lapangan udara di Ambon. Pilot pesawat tersebut berhasil ditangkap hidup-hidup dan menjadi kunci bagi Indonesia untuk membuktikan keterlibatan Amerika Serikat dalam pemberontakan yang sedang terjadi. Allan Lawrence Pope merupakan agen CIA yang mengawaki pesawat B 29 yang ditugaskan dalam misi penggulingan Ir Soekarno. Awalnya Amerika Serikat menolak mengakui keterlibatannya, namun pada akhirnya Ir Soekarno berhasil menyekak Amerika Serikat dengan pembuktian melalui dokumen-dokumen yang dibawa Allan Pope yang jelas mengaitkan keterlibatan Amerika Serikat melalui CIA terhadap upaya pemberontakan di Indonesia. Hal tersebut benar-benar merupakan tamparan keras diwajah negara adikuasa tersebut bahkan Allan Pope dijadikan kartu as bagi Ir Soekarno untuk memeras dan mengancam Amerika Serikat yang pada akhirnya memaksa Amerika Serikat untuk memberikan bantuan senjata kepada Indonesia. Namun keterlibatan asing dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA tidak hanya dilakukan oleh Amerika Serikat. Setidaknya peristiwa di Indonesia tersebut juga menarik perhatian dari negara-negara rival Amerika Serikat dari blok Komunis. Republik Rakyat Cina (RRC) saat itu telah mempersiapkan skuardon-skuardon udaranya serta ribuan tentara regulernya untuk dikirim ke Indonesia. Pihak RRC berencana untuk mengirim Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk membantu Indonesia memadamkan pemberontakan PRRI/PERMESTA yang tentunya hal tersebut juga merupakan usaha dari RRC untuk mendekati Indonesia. Namun tawaran RRC untuk mengirim Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tersebut ditolak oleh Ir Soekarno. “Kekuatan angkatan perang kami masih mampu menghadapi para pemberontak itu", tegasnya. Ir Soekarno jelas menunjukkan sikap seorang Ultranasionalis sejati, menolak adanya upaya intervensi asing terhadap permasalahan dalam negri Indonesia. Indonesia for Indonesians, masalah Indonesia harus diselesaikan oleh orang Indonesia sendiri kira-kira demikianlah pemikiran Ir Soekarno. Boleh jadi pernyataan Ir Soekarno tersebut memang bukan hanya upaya gengsi semata, tetapi memang karena beliau paham dan yakin akan kekuatan bangsanya sendiri dan hal itu telah dibuktikan dilapangan bahwa tanpa bantuan dari pihak asing sekalipun Pasukan Indonesia (TNI) mampu memadamkan pemberontakan dan memulihkan keamanan dan ketertiban diwilayah basis pemberontak. SOURCE: - https://www.facebook.com/notes/das-bumorix/pemberontakan-prripermesta-dan-intervensi-asing-di-indonesia/1451880208380902 Source: http://sepuluhauberalles.blogspot.com/2014/05/pemberontakan-prripermesta-dan.html Disalin dari Dan For Blogg | Blog yang membahas Tutorial blogging.

Pertempuran Eks Batalyon 426 melawan Pasukan TNI (1951-1952)

        Sebuah kejadian menggemparkan terjadi pada akhir tahun 1951. Saat itu beredar informasi yang menyebutkan keterlibatan pasukan TNI (Tentara Nasional Indonesia) / (Indonesian Army), dalam organisasi Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Setelah dilakukan investigasi pihak internal, diketahui bahwa yang terlibat ialah Pasukan dari Batalyon 423 dan 426. keduanya merupakan Batalyon di lingkungan Tentara Teritorium (TT) IV Diponegoro.
Dari keterlibatan kedua Batalyon tersebut, pihak TT IV Diponegoro kemudian menangkap 3 oknum perwira dari Batalyon 423 yang sebelumnya telah dicurigai. Pemeriksaan pun berlanjut, berikutnya adalah Batalyon 426. Dalam investigasi, ditemukan orang-orang yang jelas-jelas ikut dalam gerakan DI/TII. Mereka terlibat baik secara sembunyi maupun secara terang-terangan.
GENDERANG PERANG TELAH DITABUH
Sebenarnya, Teritorial IV Diponegoro telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menyelesaikan permasalahan inh, yakni dengan menangkap sejumlah orang yang terlibat. Langkah ini dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya bentrokan di dalam kubu TNI itu sendiri. Namun rupanya langkah yang ditempuh tersebut mengalami sejumlah hambatan, serta tidak ada perkembangan progresif yang memuaskan.
Mereka yang berhasil ditangkap merupakan oknum Tentara Batalyon 423. Permasalahan mereka sudah dituntaskan oleh pihak Teritorial. Namun, yang menjadi masalah berikutnya adalah Batalyon 426 karena belum ada satupun dari mereka yang berhasil dijinakkan.
Menyikapi kenyataan di lapangan, akhirnya Panglima Tentara Teritorial IV Diponegoro Kolonel Gatot Subroto, mengambil sebuah inisiatif. Guna memastikan “kesetiaan” terhadap kesatuannya, Kolonel Gatot memerintahkan 2 orang petinggi Batalyon 426 untuk menghadap pada dirinya. Kedua orang tersebut adalah Mayor Munawar dan Kapten Sofyan. Namun, dari dua orang yang dipanggil, hanya Mayor Munawar saja yang datang menghadap. Saat itu, ia merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai seorang komandan, di mana sejumlah besar anak buahnya terlibat di dalam organisasi terlarang. Sedangkan Kapten Sofyan sendiri, lebih memilih untuk membangkang, dan melanjutkan perjuangannya dalam gerakan DI/TII.
Untuk mencegah agar situasi Jawa Tengah tidak semakin keruh, akhirnya Kol. Gatot segera memerintahkan semua Komandan Brigade untuk mempersiapkan rencana penindakan. Sebuah ultimatum diserukan kepada Batalyon 426 agar dengan segera menyerahkan oknum-oknum “yang membangkang”. Jika tidak mematuhi ultimatum tersebut, maka pihak Teritorial tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan.
10 MENIT UNTUK BERPIKIR
Tepat tanggal 8 Desember 1951 pukul lima pagi, Komandan Batalyon 424 memberi ultimatum terhadap Kapten Sofyan untuk menyerahkan diri. Sebanyak tiga Batalyon, yaitu Batalyon 424, 421, dan 425, dikerahkan untuk mengepung markas Batalyon 426 di Kudus. Untuk menambah daya gempur kekuatan, gabungan ketiga Batalyon tersebut diperkuat lagi dengan satu setengah peleton dari unsur Kavaleri.
Di antara gelapnya pagi yang mencekam itu. Pasukan gabungan TNI mengepung markas Batalyon 426. Perintah untuk segera menyerah berkali-kali sudah diteriakkan dari luar markas. Meski sudah terdesak dan terkepung, ada-ada saja permintaan yang ingin disampaikan Kapten Sofyan. Ia meminta waktu berpikir 10 menit, guna mempertimbangkan permintaan pasukan pengepung. Akan tetapi belum genap 10 menit, rentetan tembakan pun pecah di antara pasukan Batalyon 426. Mereka bertekad ingin mempertahankan diri sampai ajal menjemput mereka, meskipun hal itu berarti mereka harus mati di tangan “saudara” mereka sendiri. Akhirnya aksi baku tembak sesama anggota TNI tak terhindarkan lagi.
Baku tembak berlangsung cukup sengit dan alot, dan nampaknya tidak ada tanda-tanda perkembangan yang signifikan dari pertempuran tersebut. Tak ada tanda bahwa pasukan gabungan sanggup menaklukkan tentara eks Batalyon 426. Bahkan bisa dibilang, Pasukan pimpinan kapt. Sofyan lebih unggul. Itu terjadi lantaran bangunan markas xang mereka gunakan juga berfungsi sebagai benteng pertahanan.
Menghadapi situasi yang kurang menguntungkan, memaksa pasukan Kavaleri TNI yang turut serta dalam pengepungan mengambil inisiatif. Mereka ingin membumi-hanguskan markas Batalyon 426. Namun, Komandan Batalyon 424 yang ditugasi sebagai Komandan pengepungan melarang hal tersebut. Alasannya, sang Komandan berharap, siapa tahu anggota eks Batalyon 426 kemudian akan sadar, lalu menyerahkan diri secara sukarela. Lagipula mereka juga sesama pejuang yang turut bahu-membahu melawan Belanda pada Masa Revolusi Indonesia, 1945-1950.
Sudah sehari penuh pengepungan dilancarkan, matahari pun telah bergeser dan senja pun menghampiri. Namun tak ada tanda-tandah bahwa Batalyon 426 akan menyerahkan diri. Tak disangka, ketika langit mulai beranjak gelap, hujan lalu turun dengan sangat deras. Rupanya cuaca yang tidak bersahabat ini dimanfaatkan Pasukan Batalyon 426 untuk meloloskan diri dari kepungan pasukan. Dan benar saja, mereka berhasil meninggalkan markas mereka tanpa diketahui oleh pasukan pengepung.
Sementara itu di Magelang, dua kompi eks Batalyon 426 yang dipimpin oleh Kapten Alief diperintahkan untuk tidak meninggalkan markas kompi. Mereka diawasi dengan ketat oleh pihak Teritorial IV. Namun rupanya kabar pertempuran dan pengepungan terhadap markas induk di Kudus sampai juga ke telinga mereka. Tidak ingin kejadian di Kudus terulang, gerombolan pasukan eks Batalyon 426 pun melarikan diri. Batalyon 408 yang ditugasi menggempur dua kompi di Magelang selanjutnya melakukan penindakan yang lebih tegas.
Pada tanggal 9 Desember 1951, Kapt. Alief sebagai pimpinan pasukan “pemberontak”, di depan Komandan Batalyon 408, berjanji tidak akan mengikuti aksi pasukan seperti yang terjadi di Kudus dan tetap tunduk di bawah perintah Batalyon 408. Namun, rupanya hal tersebut sebagai taktik agar dua kompi pasukannya dapat berangsur meloloskan diri untuk kemudian bergabung dengan induk pasukan yang dipimpin oleh Kapt. Sofyan. Akhirnya, sehari kemudian, 10 Desember 1951, pukul 01:00 dini hari, dua kompi eks Batalyon 426 di Magelang, resmi melakukan pemberontakan.
BANJIR DARAH DI KLATEN
Dua kompi B-426 di Magelang akhirnya mengikuti jejak kawan-kawan mereka di Kudus. Para pemberontak tersebut melarikan diri. Guna memecah konsentrasi pasukan pengejar, mereka menyamar sebagai masyarakat biasa. Mereka mengganti pakaian militer mereka dengan pakaian sipil untuk mengecoh pasukan pengejar. Selain itu mereka juga berbaur dengan masyarakat setempat sembari bergerak melakukan konsolidasi.
Satu kompi eks Batalyon 426, dipimpin Mohjidin, bergerak ke selatan menuju Muntilan. Di Muntilan, gerombolan ini menyerang pos polisi dan menyerbu rumah tahanan serta membebaskannya. Selanjutnya mereka bergerak ke daerah Salaman, dan terlibat baku tembak. Dalam pertempuran di Salaman, mereka kehilangan satu peleton pasukan. Setelah itu sisanya berhasil kabur ke daerah Surakarta. Sedangkan satu Kompi lainnya bergerak ke utara menuju Grabag dan terus dikejar oleh Kompi 1 Batalyon 408.
Ketika sampai di daerah Simo, Boyolali, gerombolan pemberontak berhasil menculik Komandan Mobile Brigade (Mobrig), lalu merampas senjatanya. Selanjutnya mereka dicegat oleh pasukan Mobile Brigade di Simo dan Mojongsongo, Boyolali, mereka pun melakukan perlawanan. Baku tembak berlangsung cukup sengit dan berhasil menewaskan seorang penembak bren dari Mobrig. Setelah berhasil menaklukkan Boyolali, pasukan ini melakukan penyerangan di Delanggu, Klaten. Pada penyerbuan yang berlangsung pada malam hari itu, seorang polisi tewas tertembak oleh aksi mereka.
Petualangan mereka berlanjut ke daerah Cokrotulung. Di daerah tersebut, pasukan eks B-426 memperoleh tambahan senjata segar ketika berhasil melucuti 11 anggota Mobrig. Kedua kompi tersebut akhirnya melakukan regrouping di daerah Ngupit, Klaten, pada tanggal 11 Desember 1951.
Melihat perkembangan bahwa Klaten telah dijadikan daerah pengunduran beberapa kompi eks. B-426, maka kewaspadaan di daerah Surakarta dan sekitarnya mulai ditingkatkan. Seperti yang dilakukan di Solo, di wilayah ini, diadakan pembersihan terhadap sel-sel pendukung eks. B-426.
Sementara di Klaten juga dilancarkan sweeping senjata api. Namun rupa-rupanya aksi sweeping senjata api yang dilakukan pasukan TNI dari pihak Teritorial IV sudah terendus dan sudah diperkirakan sebelumnya oleh mereka.
Karena dirasa kekuatan pasukan pemberontak semakin kuat saja, pihak Tentara Teritorial IV Diponegoro memutuskan untuk melancarkan Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Moch Bachrun. Operasi ini diperkuat 13 Batalyon Infanteri dan didukung 5 peleton Kavaleri, 3 baterai Artileri medan, dan satuan bantuan tempur lainnya.
Pada tanggal 11 Desember 1951, salah satu Batalyon yang ikut dalam Operasi Merdeka Timur- Batalyon 419, bergerak dari Klaten untuk melakukan penghancuran terhadap pasukan eks B-426 di daerah Ngupit, Jatinom. Sekitar pukul 10:30, Komandan B-419 Mayor Koesmanto melalui radio perhubungan menerima permintaan bantuan tembakan mortir dari Kompi 2 B-419. Saat anggotanya bersiap melakukan pengecekan titik koordinat, tak ada komunikasi balasan dari pihak pasukan di Kompi 2. Untuk menghindari salah sasaran, maka tembakan mortir pun diurungkan.
Sebagai Komandan, Mayor Kusmanto segera mencari tahu posisi Kompi 2. Sebuah kejadian cukup mengagetkan dialami Kusmanto dan Letnan Satu Kandiawan, ajudannya. Ketika dalam perjalanan pukul 12:00 siang, mereka berpapasan dengan pasukan pemberontak yang tengah berusaha mengundurkan diri ke desa Kragilan karena terdesak gempuran pasukan TNI.
Mayor Koesmanto dan Lettu Kandiawan pun berhenti, dan melakukan penyelidikan terhadap posisi pelarian musuh. Tahu bahwa keberadaan mereka terendus, para pemberontak akhirnya melepaskan tembakan ke arah dua perwira TNI tersebut. Naas bagi Koesmanto, ia terkena tembakan. Parahnya, peluru menembus tulang rusuk kiri dan paru-paru kiri.
Hujan tembakan terus ditembakkan membabi-buta ke arah Mayor Koesmanto, Lettu Kandiawan beserta anak buah mereka yang saat itu sedang mengemudikan jeep. Kandiawan dan prajurit pengemudi berupaya melakukan pertolongan terhadap Mayor Koesmanto yang dalam keadaan terluka parah. Mereka pun mencoba menaikkan Koesmanto ke bagian belakang jeep, Prajurit pengemudi berhasil memutar posisi kendaraan.
Meski berhasil memutar, namun rupanya tembakan pasukan pemberontak berhasil mengenai radiator jeep. Pengemudi pun panik, akibatnya, jeep yang tengah ia kemudikan masuk ke parit dan menerobos ladang penduduk setempat. Mereka tidak dapat bergerak lagi sehingga upaya proses evakuasi terhadap Mayor Koesmanto gagal. Koesmanto dan Kandiawan yang dalam keadaan terluka masih tertinggal di jalan.
Tanpa ampun, para pemberontak semakin gencar menembaki keduanya yang sudah semakin tersudut. Melihat keduanya terdesak, pasukan pemberontak pun semakin mendekat. Mereka mengepung dari berbagai arah. Ketika merangsek maju, Lettu Kandiawan berhasil membubarkan mereka dengan tembakan senapan Owen. Musuh pun kocar-kacir dan lebih memilih mundur. Untuk sementara keadaan mereda. Keduanya segera menghampiri pengemudi jeep yang masih bersembunyi terpisah.
Tiba-tiba berondongan tembakan mengarah ke arah tiga orang tersebut. Musuh datang kembali. Namun tembakan kali ini lebih gencar daripada sebelumnya. Mayor Koesmanto pun memerintahkan Kandiawan untuk menemui Kompi 1 guna meminta bantuan pasukan tambahan. Prajurit pengemudi diperintahkan untuk menyembunyikan Mayor Koesmanto. Sementara Lettu Kandiawan segera bergerak ke arah Kompi 1.
Rupanya Mayor Koesmanto sudah tidak mampu lagi menahan luka-lukanya yang makin parah akibat tembakan. Guna mengamankan dirinya dari tembakan para pemberontak, sang pengemudi pun menyembunyikannya. Akan tetapi di tengah jalan mereka ditembaki lagi oleh eks B-426.
Akhirnya Lettu Kandiawan berhasil menemukan posisi pasukan Kompi 1 Batalyon 419. Komandan Kompi 1, Kapt. Kamto, dengan segera mengirimkan satu peleton untuk mengevakuasi Mayor Koesmanto. Mereka pun berhasil mengevakuasi Koesmanto yang dalam keadaan terluka parah. Setelah beberapa hari di rawat, kabar duka pun menghampiri. Tepat pada hari Rabu, 12 Desember 1951 pukul 15:20, Mayor Koesmanto akhirnya meninggal dunia karena luka-luka parah yang dideritanya.
Guna mematikan perlawanan pasukan pemberontak, diterjunkanlah bantuan pasukan dari Brigade Mangkubumi sebanyak dua kompi (Batalyon 413), 1 Kompi dari B-412, serta 1 peleton Eskadron Lapis Baja.
Tidak tahan menghadapi gempuran pasukan TNI, pasukan eks B-426 memilih mundur dan melarikan diri ke arah Dawar, Boyolali. Akan tetapi pergerakan mereka dihadang oleh satu kompi B-416 dan satu peleton Mobrig. Dari tempat ini mereka mundur lagi ke arah Tulung, Malangan dan Ngunut. Akhirnya, mereka pun berhasil lolos dari sergapan.
Pasukan eks B-426 kemudian melakukan konsolidasi, setelah mereka mendapat suntikan kekuatan yang berhasil melakukan perembesan dari arah Kedung Jati di Simo, Boyolali. Mereka berusaha menghindari kontak senjata dan berupaya menuju Klaten. Pasukan ini sudah bergerak menuju Selatan setelah melewati Purwodadi.
Pada 22 Desember 1951, pasukan pemberontak masuk dari arah Walikukun, Ngawi. Dalam usaha pelarian mereka, sempat dihadang oleh Batalyon 508 Divisi Brawijaya dan Batalyon 428, namun lagi-lagi mereka berhasil lolos dari hadangan hingga tiba di daerah Karanganyar. Pada 29 Desember mereka bertahan di Duwet, Karanganyar. Di daerah ini mereka berhasil menerobos pertahanan dua Kompi B-421. Dalam pertempuran Duwet, pasukan pemberontak dihujani tembakan Artileri sambil menerobos pertahanan dan berhasil menguasai posisi dataran yang lebih tinggi dari pasukan TNI. Akibatnya, pemberontak berhasil memporak-porandakan dua kompi dari B-421.
Melihat keadaan yang begitu genting, Komandan B-417, Mayor Soenaryo, memerintahkan perlawanan. Pasukan B-417 merangsek maju. Pertempuran jarak dekat pun tak terhindarkan lagi. Namun malang bagi Mayor Soenaryo, dalam pertempuran dirinya gugur akibat tertembak oleh pasukan pemberontak dalam baku tembak dekat yang berjarak lima meter. Sedangkan di pihak musuh, Kapt. Sofyan terkena tembakan dan mengalami luka-luka.
Sementara itu 8 kendaraan milik B-417 yang berada di jalan dibakar pasukan pemberontak. Selang beberapa lama, bantuan dari Kavaleri pun datang dan langsung menggempur posisi pasukan eks B-426 yang masih bertahan di perkampungan penduduk. Akhirnya, pasukan eks B-426 mengundurkan diri, termasuk Kapt. Sofyan yang terluka. Akhirnya Kapt. Sofyan pun tewas dan jenazahnya berhasil di evakuasi di daerah Wonogiri.
Petualangan Batalyon 426 pun berakhir setelah mengalami operasi pengejaran yang tanpa henti oleh pasukan TNI. Sisa-sisa pasukan tersebut akhirnya dengan susah payah berhasil memasuki wilayah Gerakan Benteng Nasional (GBN), dan bergabung dengan gerakan DI/TII di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.







Sumber: Buku INFANTERI The Backbone of the Army. Priyono. MataPadi PressIndo – Cetakan Pertama Januari 2012