Matahari tampak akan tenggelam, angin pun
bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau
itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa seorang pun mendengar suaranya. Maryam
merasa bahwa udara dipenuhi dengan bau harum
yang mengagumkan. Ia kembali melakukan
salatnya dengan khusuk dan mengungkapkan syukur kepadaAllahSWT.
Seekor burung hinggap
di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke
matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan
mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat
bahwa beliau
lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah
dua batu yang tumbuh di luar mesjid. Maryam menyelesaikan salatnya lalu
ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai
beliau siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
(QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang
pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat
para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat
perubahan pada suasana ruhaninya dan fisiknya.
Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahwa
darah, kekuatan dan masa mudanya
mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyadari bahwa
ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali
tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam ruhnya.
Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya.
Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah)
ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Dengan
kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT telah
memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita
terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orangyang
ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah
tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar
akan akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan
itu semakin menguat saat ini.
Matahari
meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgasananya di langit dan di
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam salatnya. Beliau menyelesaikan salatnya
dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan pergi
untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh
di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari mesjid yang hanya ditempuh
beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga
tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus
bagi Maryam untuk melakukan salat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati
pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia
memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua
malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba,
Maryam mendengar suara derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau tidak
mendengar
suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang
menetap di
atas batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahwa ia
tidak
sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu
pun. Kemudian
kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu
cahaya yang berdiri di sana. Maryam gemetar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan
orang yang
berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang asing itu, dan
menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana
dahinya bercahaya lebih daripada
cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran
tetapi wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati yang
mengagumkan.
Pandangan
pertama yang dilihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa
orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT
selama julaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian
seakan-akan orang asing itu membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai
Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di
depannya. Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya
aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika
kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam
berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya,
"Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?"
Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya
aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak
laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu
belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi
cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan,
cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang
sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku
adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia
adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud
menjadi manusia.
Maryam
mengangkat kepalanya dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di
depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan
kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahwa Jibril memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian
Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril.
Malaikat itu telah mengatakan bahwa ia adalah utusan Tuhannya, dan
ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci.
Maryam ingat bahwa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh
seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun, maka
bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Pikiran-pikiran ini
berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata:
Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula)
seorangpezina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril
berkata:
"Demikianlah
Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputushan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima
kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini adalah
perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh
seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT mendptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah
dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada pria dan
wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan
dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan
laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi
mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk terjadi.
Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran searangputra yang
didptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra
Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian
dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang
saleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam
semakian bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia
telahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan berbicara
dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang
suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin
telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke
mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam salat yang khusuk dan
ia pun menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan
serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan
tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam
perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan
ruh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang
rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu
tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua
matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan
yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai
mengingat apa yang telah terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana kejadian saat
menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana
Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat
buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini.
Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi
sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu
berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat;
ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak
membuncit
seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang
kesembilan. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa Maryam tidak
mengandung Isa
selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai
mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke
suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa
sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu
itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat
yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun karena saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang
mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam
sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk
beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam
melahirkan:
"Maka rasa sakit
akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia
berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam:
23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang
dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia
akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah
mereka
mengetahui bahwa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang
gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan
membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan
keraguan mulai menyelimutinya.
Maryam berpikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana
perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan.
Belum lama Maryam
membayangkan dan meminta agar ia
dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu ahan mengugurkan buah kurma yang masak
kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu
rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku
tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari
ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat
al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya
tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia
berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih
sayang; anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan
meminta padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya
sebagian buahnya yang lezat dan Maryam dapat memakan dan meminum
darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak
berpikir tentang sesuatu
pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahwa ia bernazar kepada Allah
SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru
dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung
memikul tanggung jawab ibunya di
atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang
fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat
aneh. Yaitu tanda
yang mengisyaratkan bahwa ia datang
ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya
segala
sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum
lama ia
menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda
dan lezat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya
dengan penuh
kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan
yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan
kegelisahan menghampirinya. Segala pikirannya
tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya:
Bagaimana
orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan
tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para
pendeta dan para
pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam melahirkan
seorang anak tanpa disentuh
oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana
pencurian dan penipuan?
Apakah seseorang di antara mereka akan percaya—padahal ia jauh dari
langit—bahwa
langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya,
masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali
ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang
terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju mesjid dipenuhi dengan
manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang
sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang
anak kecil yang didekapnya. Salah seorang
bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang
dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya." Mari
kita dengar
cerita apa yang akan disampaikannya.
Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam
pertanyaan: "Anak siapa
ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang anakmu,
bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau
adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat
dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh
melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu
mendengarkan sanggahannya atau
mengadakan penelitian atau membuktikan
bahwa perkataan mereka memang benar.
Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahwa bukankah ia seseorang
yang tumbuh dari rumah yang baik dan
bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya?
Menghadapi semua tuduhan itu,
Maryam tampak tenang dan tetap
menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan.
Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka
Maryam
menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya
dengan
tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang
yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam
berpuasa dari
berbicara dan meminta kepada mereka agar
bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana
mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru
lahir
beberapa hari? Apakah anak itu akan
berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam:
29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana
saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan
berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadahu, pada
hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya
sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat.
Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil
itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa seorang ayah;
anak kecil yang mengatakan bahwa Allah SWT telah memberinya al-Kitab dan
menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap
orang dari mereka akan menjadi tidak berarti
ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang
dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa ia
adalah wakil dari langit yang turun
di bumi. Atau pernyataan, bahwa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi
suatu tragedi kepribadian yang akan datang
kepada mereka dengan kelahiran anak kecil
ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia kepada
penyembahan semata-mata kepada Allah SWT.
Ini berarti menghapus agama Yahudi
yang sekarang mereka yakini. Perbedaan antara
ajaran-ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai
perbedaan antara bintang-bintang
di langit dan lumpur-lumpur di jalan.
Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia
berbicara di masa buaian. Mereka justru
menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka
menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri
mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita
tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian,
berita
tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin
orang-orang Palestina dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia
menakut-nakuti
mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang
dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum
anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang
anak
tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di
buaian, lalu ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi.
Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia
memerintahkan untuk diadakan
suatu pertemuan mendadak yang
dihadiri oleh para pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun
terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia
memutarkan pandangannya ke arah
mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang
berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala
mata-mata berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar. Kami telah
mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahwa ia membuat
mukjizat dengan berbicara
saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak
menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa
berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja
berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahwa tiga
orang dari orang-orang Majusi datang di
balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak
kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan
kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya
dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya
karena orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim
berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana
cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk
menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat duduknya
ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan
emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik
itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku
menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin
samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata:
"Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi
bahwa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh
kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian
tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini.
Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para
mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk
memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat
menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan
kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang dipikirkannya adalah
kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya.
Kemudian Heradus menetapkan untuk
memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah
ini. Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak
beberapa lama
orang Yahudi itu ada di depan hakim.
Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang suatu masalah
yang sangat menggelisahkanku." Pendeta
Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar
berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa
berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahwa ia akan menyelamatkan kaumnya.
Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata—dan ia merasa bahwa pertanyaan itu
sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus
berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain
kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku
wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu
telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahwa seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan
mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit
berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahwa
ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah
benar agama kalian berbicara tentang
kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang
mulai." Heradus berkata: "Apakah
kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyadari
ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan
aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah
berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel
sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah
memang di sana ada yang membenarkan berita
ini? Sekarang, apakah kamu secara pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan
bahwa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan
yang mulia jika dikatakan ada seorang
anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada
sesuatu yang mengusir tidur dari mata
seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar berita-berita,
maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada istrimu." Belum
lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap
benang kebohongan pada kedua matanya.
Ia mengetahui kebohongan ini karena ia sendiri sangat pandai berbohong.
Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik
yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang
Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua
orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya.
Mula-mula dia
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan
membunuh
setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah
kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu
menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya
dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju
Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam
bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana
aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau
niscaya Allah SWT
akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim
Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku
keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau
khawatir sedikit pun karena
engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh
kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah hukum
kehidupan. Kejahatan selalu
berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki
singgasananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya,
Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama
suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam
berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di
mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang
suci dan beliau dipanggil dari sisi thur
al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam
sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi
dengan kebaikan, kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan tempat yang terbaik
untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih
tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada
Maryam orang asing yang telah memerintahkannya
untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke
Palestina. Orang asing itu berkata
kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang
kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki
singgasananya. Isa akan menjadi penyayang
orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam
perjalanan Maryam melalui banyak
mata air di sungai Jordania.
Isa pun
tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat
penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak
ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi
yang dapat menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau
mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya.
Nabi Musa telah memerintahkan untuk
menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat
hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi
hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka
melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan
segala
konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya.
Sebab, mereka meyakini bahwa hari Sabtu adalah hari yang dijaga dari
langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka percaya
bahwa Bani Israil
telah diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari
Sabtu.
Mereka bangga karena mereka dapat menjaganya meskipun hal itu
menyebabkan
mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh.
Bahkan
saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu
sampai-sampai mereka menambah-nambahi
berbagai macam larangan di hari Sabtu.
Majelis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh
dilakukan di hari Sabtu, seseorang
dilarang untuk memakai gigi palsu di
hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil
dokter. Dilarang pula di
hari Sabtu untuk menulis dua huruf
abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang
untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, bepergian di hari Sabtu
diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu
yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta
larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling tidak
membantu terciptanya keburukan. Setiap
timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar
darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang
luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah
mereka berusaha menodai kehormatan
dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggung jawab
terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak
mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat bahwa mereka siap
untuk
menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka
untuk
menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat
adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan
kepentingan
pribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk
mendapatkan
mata pencaharian yang haram yang sudah siap masuk pada kantong mereka.
Misalnya, terdapat kaidah
syariat yang menetapkan perjalanan pada
hari Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu yard. Namun orang-orang
Farisiun mengadakan walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk
menghadiri acara
tersebut pada hari Sabtu, padahal
tempat diadakannya acara itu berjarak lebih
dari dua ribu yard dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat
melaksanakan
hal tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari
Sabtu sebagian makanan yang berjarak dua ribu yard dari rumah mereka
lalu setelah itu
mereka mendirikan suatu tempat
tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu
yard yang lain. Dari sini mereka dapat
menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar
dari larangan membawa sesuatu ke
luar rumah pada hari Sabtu, maka
mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan
gerbang-gerbang
pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga
seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk
membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang
menunjukan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka
mengklaim menjaganya adalah, bahwa syariat Musa menetapkan agar seorang anak
menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan
membutuhkannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika
seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya
untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada
mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak
mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya
untuk memberi nafkah, maka semua
harta kekayaannya akan dikembalikan
kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bagian tertentu dari hartanya kepada
para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah
suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan
kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum
Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam salat yang harus mereka lakukan saat mereka membasuh
tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahwa meniadakan
pembacaan salat-salat sebagai bentuk pembunuhan
terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahwa moral mereka telah rusak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa
berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya.
Mereka tampak membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan
Isa berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut
Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena
air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas
tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui
sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa
memetik buah di suatu kebun dan
mengambil dua buah yang beliau berikan kepada
anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan
Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa
mengetahui bahwa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan
eksternal sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh karena itu, Isa mencabut buah dan
memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering
mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya
dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya.
Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa
mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat
beribadah itu
terbuat dari kayu gahru yang memiliki
bau yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat
dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat
lampu-lampu
yang terulur dari atap dan juga ada
lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan
cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang-orang yang
ada di
situ.
Nabi Isa berdiri
cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati
para pendeta di sana. Terdapat dua puluh
ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab
syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang
sisi-sisinya tertenun dengan emas.
Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat
yang bersekutu dengan penguasa di
mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan
bahwa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah
para
pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan
kambing dan merpati yang dibeli oleh para
pengunjung tempat penyembahan itu.
Mereka menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu kurban yang
disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan.
Alhasil
setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan
itu akan menghasilkan
uang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap
hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah uang.
Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah
nilai satu-satunya yang karenanya manusia akan bergulat satu sama lain.
Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh
pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu
seakan-akan
mereka di dalam suatu pasar di mana
mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari
kurban-kurban di dalamnya. Seringkali kaum Shaduqiyun dan Farisiun
berseteru dalam persoalan
syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan
kurban yang harus mereka raih di haikal itu.
Kaum Farisiun berpendapat bahwa
hewan-hewan kurban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta
dari haikal adalah hak mereka.
Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban itu harus dibeli
dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk
membakar hewan
yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun
mereka mengambil hewan sembelihan ini untuk
diri mereka sendiri.
Di dalam
Talmud disebutkan bahwa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko
mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk
mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati
saja mencapai
beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang
menyerahkan merpati sebagai kurban. Setelah
itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergulatan antara
kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan
burung merpati terutama anak-anak
dari kepala pendeta.
Nabi Isa
memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum
fakir yang tidak mampu membeli hewan kurban sehingga mereka tidak
mampu berkurban; Nabi Isa melihatbagaimana
para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti
serigala yang buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka
bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara,
padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir
yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira bahwa Allah SWT ridha ketika tempat penyembelihan dilumuri
dengan darah, lalu hewan kurban itu
dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko
mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak uang untuk
membeli binatang-binatang kurban?
Mengapa binatang-binatang kurban itu harus
dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan
dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal
itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari
tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi
Isa
dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya
tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi
dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan
salat. Tetesan-tetesan air
mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh
ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis.
Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia
mendapatkan tetesan air mata
al-Masih, maka bunga itu mekar
kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih
menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan
dakwahnya. Di malam
yang penuh berkah ini pula, dua orang
Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu
Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak
kepergian mereka berdua, bumi
kehilangan banyak dari kebaikan.
Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT
memutuskan perintah-Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup
lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh
dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang
berat dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau mulai
berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang
tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk
membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan
yang memancarkan sikap rendah diri
dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan
kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran
tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan
orang-orang Yahudi.
Syariat Musa
menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang memukulmu di pipi
sebelah kananmu, maka pukullah
pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan
hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah
orang yang
memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi
sebelah kanannya, namum jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul
pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya
dipenuhi dengan dendam karena ia
tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian
adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah
seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya
kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh
dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua
ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa
oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi
tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata
rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta
mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang jelas,
tindakan yang dilakukkan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya
dari Allah SWT.
Nabi Isa mengem-balikan kaum kepada tujuan
asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat
yang
asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak
mengatakan sesuatu pun kepada orang yang
memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul
pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah
kirinya. Inilah syariat
Nabi Isa yang tidak berbeda sedikit
pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman yang mengagumkan
dari
kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi
Isa ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang
penting. Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahwa syariat bukan mengajari
kalian untuk
meletakkan dendam pada diri kalian lalu
kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah
kalian menebar kasih sayang,
pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak
binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu
mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh
demi makanan dan minuman.
Mereka memberikan makan kepada anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sia
dan
binatang adalah perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak akan mampu
melampui
derajat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata
lain, hewan tidak dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain.
Sedangkan manusia mampu
melakukan hal itu. Di situlah manusia mampu
dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya.
Al-Masih memberitahu kaumnya bahwa manusia tidak akan menjadi manusia
sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mendntai
dirinya sendiri.
"Aku
mendengar bahwa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci
musuhmu, sedangkan aku berkata kepada
kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian.
Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan salatlah untuk orang-orang
berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus
syariat Nabi Musa dalam bentuk eksternal.
Jika kita berusaha membandingkan dua syariat
tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi
Isa bertujuan untuk menghapus
bid'ah yang dilakukan oleh kaum
Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang
tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan
dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya
berbagai macam kejahatan, munculah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal
yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahwa ia
mengajak
manusia untuk menciptakan perilaku
ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa dakwahnya penuh dengan
idealisme tetapi idealisme ini sendiri
pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk mengobati
kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih
mengetahui bahwa tidak semua
manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi
paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi
Isa terdiri dari kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan
untuk menyelamatkan ruh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman
perilaku individu, bukan suatu system perincian-perincian tersebut
dan hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan
ruhani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh karena itu, Isa datang
dengan didukung oleh ruhul kudus. Ruhul
kudus adalah Jibril. Kita tidak
mengetahui bagaimana Allah SWT
memperkuat Isa dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya
sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada
nabi untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya,
tetapi ia tidak bersama mereka
sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah memang Jibril menemani Isa
sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan
tafsiran ini karena dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di
mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat.
Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan orang-orang
mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang luar
biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah
itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain
itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau
diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di
mana kita saksikan bahwa sebagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT
dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahwa jumlah
istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya,
mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam
keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu
Yahya. Jika Yahya khusuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun
bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya,
sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya
adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan
hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan
dengan ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahwa beliau didukung oleh
ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang
tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat
berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah
dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk
dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku,
kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan
orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang
mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di
waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka
membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka
keterangan-keterangan yang
nyata, lalu orang-orang kafir di antara
mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sehir yang nyata.' Dan (ingatlah),
ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah
kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami telah
beiiman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS.
al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut
menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa beliau mampu
berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari
Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan
telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum
Yahudi.
Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu
tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam
Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam,
bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orangyang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang
yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya
Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit
(yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu
bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan
Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya
Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di
antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku ahan
menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada
seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat yang
keenam itu adalah turunnya makanan dari langit karena permintaan
Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah
Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang gaib melalui
panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh
karena itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya
apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku
kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman.
" (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi
Isa yang ketujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat
mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat
berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan
bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan
kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempuma jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan
zaman diutusnya nabi tersebut
sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu
menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka
berimana kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh karena
itu, Allah SWT berkehendak agar
mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat
yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di
tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan
dari gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa
diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir
mendapat tempat istimewa. Oleh karena itu,
mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa
bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia
justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular
dan kemudian ular
itu memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus
di tengah-tengah kaum materialis yang
mengingkari ruh dan hari kebangkitan. Mereka
menduga bahwa manusia hanya sekadar tubuh tanpa ruh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahwa darah
makhluk adalah ruhnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan
di dalamnya: "Janganlah
engkau memakan darah dari tubuh manusia karena jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di
tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang
dasarnya mengatakan bahwa penciptaan alam memiliki sumber
pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang
mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang niaterialis ini, di
mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha
menunjukkan alam ruhani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah.
Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahwa alam
memiliki sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya.
Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala
sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari
hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya
sedangkan Dia tidak tunduk kepada
sebab-sebab itu. Dengan kehendak-Nya yang bebas, Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah
sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah.
Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami
tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan
anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.
" (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa
membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal:
pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan
sebab karena Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan
menjelaskan
kedudukannya serta nilainya di antara kaum
yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari ruh.
Seandainya kita mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita
akan melihatnya dan
mendukung pandangan tersebut.
Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu
menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa
tanah yang bersifat fisik
yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika
Nabi Isa meniupnya, maka segenggam
tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang
bukan fisik masuk
ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu
masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai
yang
hakiki, bukan jasad atau fisik. Di samping
itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini
juga menunjukkan adanya ruh dan
adanya hari akhir atau hari
kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota
tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi
tulang-belulang yang hancur lalu
al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fisik sebagaimana dikatakan
orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan
mampu bangkit dari kematiannya karena
fisiknya telah hancur tetapi mayit itu mampu bangkit dari kematian.
Jasadnya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara.
Jadi, ruh adalah
nilai yang hakild. bukan fisik atau
jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat.
Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang
dikatakan orang-orang Yahudi, karena setelah kematian jasad menjadi
tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan
mustahil tetapi mungkin-mungkin saja.
Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang
yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumya vakin bahwa
kiamat fisik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahwa
hari akhir adalah benar.
Juga terdapat
mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang
apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu
beliau
masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini
menetapkan bahwa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak
melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi ruhnya mampu untuk
melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, ruhani adalah nilai
yang hakiki,
bukan fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan
pentingnya ruh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi
Isa—sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'—termasuk
dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu
dakwah
untuk mendidik ruhani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari
kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana
seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya
dan orang yang berbuat buruk
akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan
orang-orang yang mati masih memberikan celah
kepada para pengingkar akhirat untuk terus
mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan
untuk meneruskan
penentangannya? Kami telah mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah
diracuni dengan pikiran ketidakpercayaan atau penentangan pada
hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka menghidupkan
orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu
pukulan
telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka masih
menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup
lembaran kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai berdakwah di jalan Allah.
Beliau didukung oleh ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Al-Qur'an al-Karim menceritakan kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih
tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya
adalah menebarkan tauhid yang sempurna
hanya serta menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an
memberitahu kita bahwa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa.
Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan
seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat
mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan
warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk menyuarakan
Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman bahwa
Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan
tiada
yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada
sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak
mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang
pemah disampaikan oleh para nabi. Al-Qur'an datang kira-kira setelah lima ratus tahun
dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT,
melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di tengah-tengah
kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang
hakikat Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha menyingkap
dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara
tegas mengatakan bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid.
Al-Qur'an ingin mengatakan bahwa al-Masih terlepas dari segala
tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahwa ia anak
Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahluh Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi
berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak
ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara
antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan
kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang untuk
membenarkan Taurat
dan berusaha menghidupkan syariatnya yang
pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang
yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi
terhadap syariat
di mana mereka menyampaikan tafsir
dari syariat itu secara harfiah dan sesuai
dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang yang
menjaga syariat bahwa ia tidak
datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa
lebih menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk
lahiriahnya.
Nabi Isa memberi
pengertian kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat yang
dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang
mereka
bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi,
sebagaimana yang mereka pahami tetapi juga menyangkut penindasan dan
usaha rnencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ketujuh bukan
hanya
melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan antara laki-laki
dengan perempuan
melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk
perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata
diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka
itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi
manusia
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu
yang dapat menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu
sendiri.
Syariat yang dibawa oleh Isa
melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian
kepada kaumnya bahwa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu
karena merupakan
"kesalahan besar jika nama
Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21
sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan
dengan arus materialisme yang sangat
mendominasi masyarakat saat itu. Oleh karena itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan
munaflk, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan
mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia;
beliau mengingatkan agar jangan
sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka pada
urusan-urusan duniawi semata yang
sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah rnereka memfokuskan perhatian mereka pada
hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu
kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat
memilih
gaya hidup mereka karena pada gilirannya akal mereka akan menjadi
cermin darinya. Kecenderungan
manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya
langit, maka kehidupan manusia akan
tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi
Isa
mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih
dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam memilih
majikan yang mereka mengabdi
kepadanya karena manusia tidak dapat
mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan
menjadikan harta sebagai majikannya, atau
boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia
menyembah harta, maka berarti ia jauh dari
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh
karena itu, hendaklah manusia menjauhi dunia,
seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh
kegelisahan dan ketidaktenangan serta
keraguan tentang penjagaan Allah SWT
kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan
pada diri mereka, maka itu dikarenakan keraguan mereka terhadap
penjagaan Allah
SWT dan ketidakpercayaan mereka
kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta
bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang
menjamin kehidupan mereka dan
melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang paling kecil
urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa
memberitahu kaumnya bahwa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang
salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu
adalah
sikap para penyembah berhala karena penyembah berhala tidak
mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan orang-orang yang
beragama mengetahui bahwa di sana terdapat bimbingan Ilahi yang
mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu peduli
dengan dunia. Allah SWT mengetahui
kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah
SWT akan melindungi mereka dan akan menjamin
kehidupan mereka. Karena itu, yang layak
bagi mereka adalah, hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah
SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni
kehidupan ruhani dan apa yang
dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka
agar jangan terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang akan datang dan
persoalan-persoalan
esok hari karena esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika
kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti, maka
bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah
Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan
yang ditujukan
kepada diri mereka, maka mereka pun
biasa untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah,
kehidupan
orang-orang Yahudi dicemari sikap
dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka
memperlakukan sesama mereka sesuai
dengan akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana
engkau memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa
terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah
Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak
manusia untuk membersihkan dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha
memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para
pendeta Yahudi.
Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap
menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap mereka serta
menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak
turut campur dalam masalah tersebut karena mereka melihat bahwa itu
hanya sekadar perselisihan internal antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi
mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka sendiri dan tidak
peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan
untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin
mengusir Isa dan membuktikan bahwa
Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa.
Syariat Musa memutuskan untuk merajam wanita yang berzina. Para pendeta
Yahudi menghadirkan wanita
yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan
bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan untuk merajam wanita
yang bersalah?" Isa menjawab:
"Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa
memandang wanita
itu dan ia pun melihat para pendeta
Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak
kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggujawaban
Isa. Jika ia
mengatakan bahwa wanita itu tidak
berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa, dan jika ia
mengatakan bahwa ia berhak
dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa
syariat
cinta dan toleransi. Nabi Isa
memahami bahwa ini adalah persekongkolan.
Beliau tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat
para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barangsiapa di
antara kalian yang tidak memiliki kesalahan,
maka hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau
yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau
menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang
dijatuhkan kepada orang yang ber-buat salah. Hendaklah orang yang tidak
berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang
pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah jika ia
sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha
Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa
keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari
belakangnya. Lalu wanita
itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol
dari minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan
dirinya di atas kedua kaki Isa lalu menciumnya
dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al-Masih
mempakan harapan
terakhir yang dapat menyelamatkannya.
Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia
berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap
kasih sayang Isa. Isa
melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya
berhutang
lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak
seorang pun dari mereka berdua yang merniliki uang yang cukup untuk
melunasi uangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan membebaskan
mereka dari
hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya:
"Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?"
Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata:
"Benar apa yang engkau ucapkan.
Lihadah wanita ini. Aku telah masuk ke
rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku
air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua
kakiku dengan air mata lalu ia
mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan
ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak
merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh
sangat keras tetapi hati wanita itu
dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barangsiapa yang banyak mencintai
niscaya kesalahan-kesalahannya
akan diampum." Kemudian Isa
menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah
sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan para pendeta
Yahudi bahwa para dai yang menyeru di jalan
Allah SWT bukanlah algojoalgojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa
melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh
dengan rahmat kepada manusia. Jadi,
rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi
ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT
terhadap kaum mereka.
Isa terus
berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya agar menyayangi diri
mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT.
Kehidupan Nabi Isa menggambarkan
kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diri wayatkan Ibnu
'Asakir: "Nabi Isa menemui
kaumnya dengan memakai pakian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis
serta wajahnya tampak pucat karena
kelaparan dan bibimya tampak kering karena kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani
Israil. Aku adalah seseorang yang
meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan
izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku
adalah mesjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa lapar,
pelitaku
adalah bulan di waktu malam dan salatku di
waktu musim dingin di saat matahari terletak
di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari
wol, syiarku adalah takut kepada
Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku
adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang
yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun
di rumahku
begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun
di rumahku. Aku adalah seseorang yang
jiwanya bersih dan tidak tercemar.
Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus
melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk
burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka
tanah itu menjadi burung dengan izin
Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan
sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau
orang yang terkena sakit belang niscaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan
beliau mampu menghidupkan orang-orang
yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup
dengan izin Allah SWT.
Para ahli
tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama,
al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua,
dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah
tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal
tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian
mereka tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak
sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka
meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli
tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di
manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa
sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada
Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh
keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban.
Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban,
sementara di zamanmu kau tidai. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah,
aku mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang
mengatakan, aku akan mengabulkan
wahai Ruhullah. Aku mengira bahwa kiamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita
itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang
yang
mati, namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta
perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT hanya
menyebutkan bahwa Isa
menghidupkan orang-orang yang mati dengan
izin-Nya. Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi
kita tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau
mereka sempat
menjalani kehidupan selama beberapa
saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi
mereka apa yang disebut dengan hukum
ruh. Beliau menaiki gunung dan para sahabat-sahabatnya berdiri di
sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang
terdiri dari orang-orang yang
fakir, orang-orang yang menderita,
dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana lazimnya
jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan
turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi
orang-orang miskin karena mereka memiliki kerajaan langit. Beruntunglah
orang-orang yang
sedih karena mereka akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang
diserahi amanat karena mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus karena mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang
menyayangi karena mereka akan
disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya karena mereka akan
melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran karena mereka akan mendapatkan kerajaan
langit. Kalian adalah garam bumi jika
garam telah rusak, maka siapa gerangan
yang dapat mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa,
"kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu
yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi
hambar.
Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak
bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap
Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di
samping itu, kehadiran manusia
sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan
manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan
pada gilirannya kehidupan akan
dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah
mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi
Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah),
ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia:
'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah
beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS.
al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui
kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya,
sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan
menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi
menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada
pernyataan
keislaman dan semua nabi menyeru
kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki
makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap
Allah SWT dan
keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang
itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman
atau penyerahan hati dan anggota badan
serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih
tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan
orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid.
Itu adalah keserasian antara
tindakan dengan pikiran, yaitu usaha
manusia untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an al-Karim memberitahu
kita
bahwa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka
beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita
renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin.
Kita mengetahui bahwa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada
makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah..." (QS.
an-Nahl: 68)
Yang dimaksud
dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar
mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di
atasnya sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat
tentang jawaban Nabi Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai
Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata:
'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinsa petunjuk. " (QS.
Thaha: 50)
Makna di sana dan di
sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana
wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan
mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan
ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak
bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka
yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi,
maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya
sehingga mereka pun beriman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang
yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan
keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin
menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku
menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia:
'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan
(agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan
dan telah kami
ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali
'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran
menunjukkan bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti
Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang
setelahnya yang bernama
Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah)
ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun
sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini
adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui
secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita tentang kedatangan
seorang rasul ini yang
datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw.
Apakah kabar berita itu beliau sampaikan
dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau
menyampaikan kabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau
diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar
berita tersebut itu
disampaikan di permulaan dakwahnya,
sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir)
dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut
menunjukkan bahwa Nabi
Isa menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad
ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa
berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti penghidupan orang yang
mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa
bukti-bukti yang
jelas ini, maka mereka menuduhnya
bahwa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa tuduhan semacam ini
telah dialamatkan kepada sebagian
besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi yang
terakhir pun akan mendapatkan tuduhan
yang sama. Oleh karena itu, nabi yang
mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah
SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang mengatakan bahwa beliau
membawa sihir.
Kemudian
pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka
adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan
kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka
dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus
kepada
kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan
peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang telah menjauhi
kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa:
"Jangalah kalian mengira bahwa aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi
aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut
menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi.
Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di
medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah
pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu
suatu tekad mengatakan bahwa tiada
Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu
berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh
manusia, baik tuhan-tuhan yang
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta
sangat melawan kepentingan mereka,
sehingga para raja dan para penguasa seperti biasanya bergerak menentang
nabi kecuali orang yang mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang
nabi. Al-Mala' adalah para
pembesar sebagaimana telah kami
jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan
tekadnya: Nabi meletakkan dasar
peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan
Allah SWT.
Setelah meneguhkan
dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak
untuk
menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak karena
penghambaan hanya
pantas
ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka
sehingga
tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya dengan
merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk
terhadap mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi
berarti
mengganti dan
mengubah sistem yang rusak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya.
Kalau begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan karena itu
seseorang nabi harus
membava senjata. Setelah meneguhkan
pemikiran tersebut, dimulailah peperangan.
Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan
senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan
senjata apa pun dalam peperangannya selain
berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu
peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk
menggunakan senjata sehingga para
nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap
nabi mempunyai senjata yang berbeda-beda. Terkadang senjata seorang nabi
berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah
dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata
para nabi adalah mukjizat yang
membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya
secara pasti seperti ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi
berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa
keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan
terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti
menghidupkan orang-orang yang mati (kisah
Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia melangsungkan
peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata
para nabi berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya.
Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita
ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata
untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di
suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak
mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan kadar
kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di jalan
Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin
Maryam telah menyampaikan bahwa beliau adalah seorang pejuang yang
membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang
keras, masyarakat yang bodoh.
Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan
tidak ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi Isa
memberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus
pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal
tertentu dakwahnya pun berisi
pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang
bersangkutan sampai tetes darah
penghabisan. Timbulnya pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada
idealismenya tetapi nilainya justru
bersandar kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya.
Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang
tidak akan menghentikan seseorang
pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian besar nabi
berhadapan dengan
kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha
memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya mereka
berusaha untuk membunuhnya.
Kita mengetahui bahwa para nabi
berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya.
Melalui kisah para nabi, kita mengetahui
bahwa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan para penguasa
terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan tidak
melihat bagaimana
serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal itu sangat
mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat
kuat
di mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para
nabi, sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha
Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan
pada sebab-sebab tertentu atau tidak
peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan
dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta
menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan
problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana seorang ayah dapat
beriman sementara seorang anak dapat
menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang istri beriman
atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si istri kafir. Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan
seorang istri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini,
masyarakat bergerak untuk menentang nabi
dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka kepada
nabi semakin meruncing. Mereka pun
berusaha untuk melawan nabi itu yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah
dan anaknya atau ia datang untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang
nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu
undang-undang pokok yang membatalkan undang-undang yang tidak sesuai
dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama
cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama
manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari
kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih
berkata: "Janganlah engkau mengira bahwa aku datang membawa
kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya membawa kedamaian
tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak berbeda
dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeda dengan ibunya sehingga
musuh
seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barangsiapa yang
mencintai
ibunya dan ayahnya
lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan
barangsiapa yang mencintai anak laki-lakinya dan perempuannya lebih
dariku, maka ia
tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya tampak beruntung
sebenarnya ia telah rugi, dan barangsiapa yang
kehidupannya merugi karena aku, maka
sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil
mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al-Masih adalah,
ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas
kekayaan dan kejayaan di dunia ini lalu ia hanya memberi mereka
ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para
muridnya bahwa hal tersebut tidak benar, karena jika ia datang untuk
memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam
kelaliman dan mereka akan mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah
mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah
mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan."
Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok
orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih
hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok mayoritas menentang Isa. Bahkan
kelompok mayoritas kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata
menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan
bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak
mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya
secara pribadi
dengan baik. Injil Mata menguntip pernyataan
Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang
berteriak-teriak memanggil teman-teman
mereka sambil berkata: "Kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami
mengasihi kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana telah datang dan
tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena setan. lalu datanglah seorang anak manusia yang makan
dan minurn lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan dan
ahli minum khamer."
Dokumen itu
menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang
akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci
al-Masih adalah sebagai tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus
di dalamnya sebagai
orang yang memberi petunjuk dan menyampaikan
berita gembira tentang kerajaan langit.
Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang
duduk-duduk
di pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil
berkata: "kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami
berbelas kasih
kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan
dengan pernyataan itu tentang apa yang
diperbuat anak-anak kecil saat mereka bermain-main,
di mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka
bergembira
dengan menari-nari dan saat mereka sedih
mereka menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara
bergembira dan sedih tanpa melalui
pertimbangan dan kesadaran.
Demikianlah keadaaan orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada
Yahya, kemudian saat mereka
mengabdi kepada al-Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan
menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang
mereka makan dan yang mereka minum.
Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka
seorang nabi yang ahli ibadah tetapi
kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahwa ia terkena
setan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih
di mana ia makan dan minum bersama pada acara walimah dan hari raya lalu
mereka
pun menolaknya dan mengatakan bahwa ia suka makan dan minum khamer
padahal beliau adalah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan
kesucian yang
sempurna.
Alhasil,
generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau
bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia
yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya
penderitaan Isa di tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami
banyak penderitaan dalam menyampaikan dakwahnya. Isa banyak
menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran mereka belum matang.
Mereka tak ubahnya seperti anak-anak kecil yang suka
bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan
mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali
memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini
adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut
menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan
bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka
sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok
tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah
SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari
langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang
beriman.' Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu
dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa
putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada
hami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami
dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu:
beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah
(turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya
dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat
manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali
kita terheran-heran ketika memperhatikan perkataan Hawariyin,
"wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama
yang terlintas dalam pikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut
adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah
SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman
dan berserah diri kepada Allah SWT?
Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut,
para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan, bahwa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?'
Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa?
Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin
itu dengan mengatakan bahwa pertanyaan itu
dilontarkan saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh karena itu,
Isa berkata dalam jawabannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar
orang mukmin. Yakni, janganlah
kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik
tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai
dengan nas Al-Qur'an dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT
untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebagian ulama mengatakan
bahwa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak
seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan demikian kecuali mereka hanya sekedar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain
lagi yang mengatakan bahwa ayat
tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal
tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya,
"apakah engkau mampu menghadirkan
kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia dibaca 'hal
tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau
meminta-Nya."
Sebagian
kaum sufi berpendapat bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui
kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta
kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka
ini menyerupai dengan perbedaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau
mengatakan:
"Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah
percaya, tetapi agar bertambah mantap
hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu,
kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap,"
sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku."
Inilah tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita tenang.
Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada Allah
jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah
kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT karena kalian tidak
mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan
bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian
benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa
mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi
Isa bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari
mukjizat-mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian
mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu
dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum
Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau
melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang
atau lebih.
Sebagian mereka dari kalangan Hawariyin dan
sebagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya.
Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan
mereka tidak mempunyai makanan, lalu
para pengikut berkata kepada kaum
Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya
sehingga diturunkan kepada kita
makanan dari langit." Kemudian
kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika
Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat
sebelumnya, mereka
kembali melontarkan kebenaran
permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah
orang-orang yang lapar sementara mereka
tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum
Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para
pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahwa Isa adalah Nabi
yang diutus
untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi
tenang karena mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan
mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat mereka akan
dimintai pertanggung
jawaban.
"Dan supaya kami yakin bahwa kamu
telah berkata benar kepada kami. Yakni kami
mengetahui bahwa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan
keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyahsikannya, maka kami akan
menceritakan kepada mereka peristiwa
yang terjadi."
Isa putra
Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turimnya) akan menjadi hari raya
bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kavii dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum
Hawariyin bertanya kepada Isa bin Maram agar diturunkan makanan
dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari
kulit wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan khusuk
dan tunduk kepada Allab
SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan menangis
sehingga air matanya membasahi jenggotnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya
Tuhan kami, turunhanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah
makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di
bawahnya. Saat itu
manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya
Allah jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi
fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya
kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh kaum
Hawariyin.
Mereka mendapati suatu bau yang harum
yang belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa
berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling
percaya kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa
makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta
bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah
sesungguhnya engkau lebih berhak
daripada kami dalam hal itu.",
maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wudhu dan salat. Kemudian
beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya.
Tiba-tiba
di atas makanan itu terdapat ikan yang lezat yang tidak ada durinya.
Nabi Isa
ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini
makanan dari dunia atau dari surga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan
kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun
dari langit dan tidak ada makanan
sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari surga tetapi ia adalah
sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan
yang luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda
pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu
ikan
atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa
pembahasan-pembahasan
ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita
perhatikan
adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh
Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup
mengatakan "Jadilah,
maka jadilah ia."
Inilah hakikat
makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT
yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia
akan menyiksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh
seseorang pun di dunia. Para ulama berbeda pendapat apakah makanan
tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat mayoritas
dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT:
"Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa
ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak
habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang
yang belang ia sembuh dari
belangnya akibat memakan hidangan itu.
Alhasil, setelah menyantap makananitu, orang yang sakit sembuh dari
penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum Hawariyin dan
para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita dan peristiwa turunnya makanan
itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan
beritanya hari ini
di Injil-Injil yang mereka akui.
Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah
al-Maidah, Allah
SWT menunjukkan kepada kita sikap lain
dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah menceritakan kepada
kita
tentang turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak
pernah mengatakan kepada rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,'
dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas
segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni
adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat
tersebut, Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks
Al-Qur'an berpindah secara mengejutkan dari turannya makanan
kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada
hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa
putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahwa pertanyaan
tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi meskipun tampak dalam bentuk
pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud
dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan
bahwa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahwa kaumnya telah mengubah
ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada lagi
yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah
Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin
menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir bahwa Nabi Isa terlepas dari
berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalnya. Konteks AI-Qur'an menunjukkan tentang
peristiwa gaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari
kiamat. Oleh karena itu, Al-Qur'an
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk
lampau). Al-Qur'an menyampaikan berita gaib ini
kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya
kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab
kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum
menjawab, Isa memulai dengan tasbih
dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan
ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap
azab-Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah
SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gemetar
terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam
jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Tidak mungkin
aku memutuskan sesuatu yang tidak aku
miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika
aku pernah mengatakannya maha
tentulah Enghau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa
menyampaikan jawabannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau
mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau
mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau
sembunyikan. Engkau mengetahui rahasiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak
mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari
ilmu gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang
gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka
setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku,
dan Tuhanmu.'
Demikianlah
kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya:
Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka.
Sesungguhnya Engkau
mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah-tengah mereka dan mengajak
mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk:
Pertama, wafat dalam
pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika
tercabutnya ajal. Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah
SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS.
al-An'am: 60)
Yakni yang
menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Hai
Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas
dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa
mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertahuid
dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa
kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan
kepada Allah SWT: Jika Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari
makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta
selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan
dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak
memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Engkau Maha
Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban Isa terfokus pada penyerahan
diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan
Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika
Allah SWT berkehendak, maka Dia akan
menyiksa mereka sesuai dengan siksaan yang
layak mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka karena Dia mengetahui karena
mereka memang layak untuk
mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang
mutlak ini, Isa menyampaikan jawaban atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa yang
dikatakan oleh kaumnya
sepeninggalnya. Isa menyampaikan—pada awal pembicaraannya—bahwa
hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir pembicaraannya Isa
menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini
adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa,
dan karena dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman:
"Hari ini adalah hari kiamat di mana
orang-orang yang benar akan dapat mengambil
manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa
rahmat di sini. "Bagi mereka
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, surga. Dan ada balasan yang lebih baik dari surga, yaitu
kepuasan (ridha) seorang hamba
terhadap Allah SWT dan keridhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasaan seorang hamba adalah
kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keridhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah
rahmat yang diberikan-Nya kepada
mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu
Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya; dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah SWT adalah Penguasa
satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus
melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui
bahwa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak
untuk
menangkapnya. Orang-orang
Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang
mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa
kepada kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang
dapat melumpuhkan Nabi Isa
dan mereka melihat orang-orang yang
lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai
membikin
suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi
tidak turut campur karena menganggap bahwa
perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan
yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu
diadakanlah
majelis Sanhadurim (yaitu
majelis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi
menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu
mengambil bentuk yang baru.
Ketika
orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk
membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat
suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah
masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyarah, maka
salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu
Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya
kepada kalian."
"Meja
penghianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan.
Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat
untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa
mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat
Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah
konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian
membunuhnya. Dikatakan bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya
secara dramatis di suatu
pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bekan
baju dalam tradisi orang-orang Yahudi
dilakukan ketika mereka mendengar
atau melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para
pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh
pada saat itu.
Semua itu dilakukan oleh kekuasaan
penguasa Romawai. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan
Romawi
bahwa Isa telah membuat rencana untuk
melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa
Romawi bahwa masalah yang mereka hadapi
murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian
mereka menyarankan agar penguasa tidak
turut campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu
telah ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa harus ditangkap dan
kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan
Masehi saat ini membicarakan tentang proses
pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian
beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses
pengyaliban Isa dan kematiannya,
sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur dengan
tabiatnya sebagai manusia. Kami akan
menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh mayoritas kaum Nasrani
saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh
Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan
oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan
hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah
mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap
dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa ia harus dibunuh. Kemudian
para anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para
tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya
terhadapnya bahkan
mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata,
"beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang
memukulrnu." Setelah itu al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah
menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang
yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksaan hukum tersebut. Oleh
karena
itu, para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih
dahulu. Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak
melebihi
empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan
ini bahkan mereka terus
mencambuk korban dengan cambukan yang kejam
dan terus-menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja patah
dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai
melaksanakan hukum bunuh
kepadanya. Demikianlah yang
dilakukan oleh tentara terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah
proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada
tentara agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentara membuat
sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan
darah yang ada luka di tubuhnya setelah
proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk
mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari
duri dan meletakkannya di atas
kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka
sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di
luar
pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas
khamer
yang bercampur dengan
minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum
pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk
meringankan penderitaannya. Tetapi para
tentara menentang tradisi ini dan
mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan
sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan
(cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh
tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman
keras yang bercampur dengan empedu
agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya,
ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan
di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah
seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat sembahan
dan yang membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika
engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum Masehi
tentang proses penyalipan serta penafsiran
mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang
catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan
catatan yang paling baik dalam bentuknya yang
terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga
ia lebih mudah untuk dipahami dan lebih
sederhana. Kami telah mengemukakan sebagiannya kepada Anda dalam
halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam
disebutkan suatu riwayat yang berbeda dengan
riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang
dialami oleh Isa maupun tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Qur'an
al-Karim menceritakan bahwa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil
untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi
Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di
sisi-Nya. Mereka tidak berhasil
membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti
orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan karena
ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah arang yang diserupakan dengan
Isa bagi meeha. Sesungguhnya orang-orang
yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidah
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin
bahwa yang mereka bunuh itu adalah
Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa':
157-158)
Dan Allah SWT
juga berflrman:
"(Ingatlah),
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
karnu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS.
Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal
itu dan mereka berselisih pendapat tentang
cara beragumentasi terhadap apa yang mereka
yakini sebagai kebenaran. Sebagian mereka meyakini nas-nas Al-Qur'an
saja yang menyebut tentang Isa
al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain
Al-Qur'an. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang
berpegangan dengan pendapat yang pertama
mengatakan bahwa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan kaum
Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama
kita dan hanya
Allah SWT yang akan memutuskan segala
perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang
yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahwa larangan Nabi
tersebut
terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat
dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan
dengan
kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikian ini
dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan
mereka benar-benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan
ilmiah
menetapkan bahwa seorang yang alim harus banyak menggali kitab-kitab
kuno dalam
rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati sesuatu yang sesuai
dengan apa
yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa
tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang
merasa cukup dengan Al-Qur'an, kita tidak menemukan
perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan
Isa, bagaimana
proses pengangkatannya ke langit, di mana
Isa diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia
diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT telah
menyerupakannya
dengan salah seorang di antara mereka
sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah
penjelasan singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok
yang kedua, mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan
bahwa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda.
Yahuda ini adalah Yahuda al-Askhariyutha yang menurut Injil ia
menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka tentang
keberadaannya. Ia
adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil
Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentara mendekat
bersama Yahuda di tempat yang di situ
terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar
kedatangan segerombolan orang yang menuju
tempatnya. Oleh karena itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan
takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam
hamba-Nya, maka Dia merintahkan Jibril, Mikail, dan
Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail)
yang mereka semua adalah para utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari
dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan
arah
selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit yang ketiga dengan
disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah
selama-lamanya.
Yahuda masuk secara paksa ke kamar
yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang
tidur semuanya, lalu Allah
mendatangkan keajaiban yang luar
biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia
sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun
ia (Yahuda) setelah
membangunkan kami, ia mencari-cari
di mana si guru berada. Oleh karena itu, kami merasa heran dan kami
menjawab,
"bukankah engkau wahai tuanku
guru kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah
kisah yang terdapat dalam
Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih
putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah
berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat
benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama
berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih karena ia mengusap bumi dan
membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di
zaman itu karena saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi
kepadanya dan bagaimana
usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as."
Banyak ulama yang meriwayatkan tentang kesucian spiritual dari Nabi Isa.
Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau menceritakan tentang al-Masih
sebagai
berikut: "Isa melihat seorang
lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau
mencuri?" Orang itu berkata:
"Tidak, demi Allah aku tidak
mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT dan pengelihatanku
telah berbohong." Ini
menunjukkan kesucian ruhani Isa di
mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama
Allah SWT yang
Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima pernyataannya dan ia
kembali
kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT,
yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong
karena engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahwa
suatu hari Nabi Isa berjalan
bersama sahabatnya dan mereka melewati
bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat
Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat
sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah
betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari
manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa
menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan.
Dakwah Nabi Nabi
Isa merupakan puncak dari ketinggian
ruhani dan idealisme yang mengagumkan
di mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah
berkata: "Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan
mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu
dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana
tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahwa Nabi Isa akan turun pada akhir
zaman. Islam sangat memberikan penghormatan kepada Isa yang sesuai
dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan
Kalimatullah yang telah diberikan
kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah hamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya
al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan
(dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya
Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali
tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan)
malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barangsiapa yang
enggan dari menyernbah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah
akan mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan
berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan
menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang
yang enggan dan
menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh
bagi diri mereka, pelindung dan
penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171-
173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya':
Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke
langit. Sebagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT
dan
rasul-Nya (Ariyus). Sebagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi
mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebo hongan di mana
terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian.
Al-Qur'an al-Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan
segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi,
kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
" (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang
Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan
Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata:
Allah mempunyai anah.' Maha Suci Allah,
bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua
tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Dia
mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang
Yahudi berkata: 'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang Nasrani berhata:
Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Mereka
dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling?" (QS. at-Taubah: 30)
Nas tersebut
mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti
mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada
keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih
serta penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu
ialah al-Masih putra Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendah Allah, jika Dia hendak
membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh
orang-orang
yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan
Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apayang ada di antara keduanya;
Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala
sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,'
padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan YangEsa." (QS.
al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Qur'an
al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh
setelah pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan bahwa al-Masih adalah
hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba
dan rasul adalah kata yang sangat jelas artinya, adapun yang dimaksud
dengan al-Kalimah dan ar-Ruh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan.
Kaum Muslim memahami bahwa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT
yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Ruh adalah
menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Ruh Kudus, yaitu Jibril as.
Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan ruh
yakni Jibril:
"Dan (ingatlah)
ketiha Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan
keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan
setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang
karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka
dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau menyampaikan
nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi—di antara
agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari
ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Qur'an menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani merupakan agama yang lebih
dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang
demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang
Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena
sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT
memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah
SWT berfirman:
"Dan Kami
jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan
kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan
mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi
mereka sendirilah yang mengada-adakannya
untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat
kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap ketuhanan
al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya
terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari
satu: Pertama, bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit
bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang
mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan
orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap
congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya;
ketiga,
sebagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang
dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh
kecuali dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah
menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan
perlakuan yang mulia dan baik, sebagaimana
Islam menjamin kebebasan untuk menentukan
keyakinan pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus:
99)
"Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al-Baqarah: 256)
"Katakanlah:
'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidah
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling,
maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat tersebut
berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana
ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan
dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat
tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka
perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahwa
mereka lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman.
Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim
harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani.
Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Qur'an terdapat
banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah
SWT
berfirman:
"Dan katakanlah:
'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir
biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu,
karena keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan
karena
ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah
syarat
dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempumaan Islam
dilihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus
memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada
Allah
SWT dari kesalahan dan kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu
ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan
yang
panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan
tersebut
tidak akan berujung
dan akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya
diemban oleh para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka
kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan,
sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal itu.
Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran-aliran di kalangan
Masehi dan kalangan
Yahudi jika melibatkan orang-orang awam,
maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan
kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali
terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim
berhasil membangun suatu individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan
tersebut telah selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam.
Kita tidak mendengar bahwa salah seorang di antara mereka terlibat dalam
perdebatan yang sengit yang tidak berujung sekitar keyakinan orang lain.
Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang
tersebut engetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang indah,
tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk memberikan
petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT niscaya Allah SWT memberi
petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an
menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab
Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui
dibuaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit
kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Qur'an menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi
Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang
ingin menyiksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa
terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan kepada
sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan penuh
kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf
yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia
masuk Islam dan
bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya
ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi?
Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS.
al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah
untuk berunding dengan Nabi, maka
beliau memberi mereka setengah dari
mesjidnya agar mereka dapat melaksanakan salat dengan cara mereka di
dalamnya.
Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melakukan salat kepada
seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya
bahwa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab: "Bukankah
ia adalah manusia." Dalam
kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang mengganggu
secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi
musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun
disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak akan abadi
ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam
berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah
pengangkatannya. Mereka sepakat bahwa beliau tidak disalib tetapi
Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak
disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati
seperti matinya nabi yang lain? Mayoritas mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat
Isa dengan fisiknya dan ruhnya di sisi-Nya.
Mereka mengambil zahir dari
firman-Nya:
"Tetapi Allah
mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis
yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoritas, mereka mengatakan bahwa Nabi
Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para
nabi diangkat, begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka
mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali
'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih
pendapat yang pertama karena ia sangat
sesuai—sebagai mukjizat yang luar biasa—dengan kelahiran Isa di mana
kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai
dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan
mukjizat yang luar biasa.♦