A. PENDAHULUAN
Kehancuran
Imperium Turki Usmani pada tahun 1918 setelah kekalahan perang yang
dideritanya bersama, Jerman dan Austria adalah akhir dari sejarah
masyarakat Islam imperial. Klimaks dari perjalanan sejarah imperium
Islam ini kemudian menjadi awal bagi perkembangan baru masyarakat Islam
abad ke-19 di Turki. Tumbuhnya semangat nasionalisme dan kebangsaan
masyarakat Turki Berta upaya mereka untuk bangkit dari keterpurukan
situasi negara yang telah hancur akhirnya menjadi tonggak berdirinya
negara Republik Turki.
Tahun 1920
sebuah gerakan revolusi yang dikomando oleh Mustafa Kemal Pasha
melahirkan perjuangan kemerdekaan bangsa Turki yang diawali dengan
pembentukan Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly). Melalui
berbagai gerakan perjuangan pembebasan Turki dari penjajahan asing serta
pesan strategisnya di atas panggung politik, pada tahun 1923 ia akhimya
dapat mengukuhkan diri sebagai Presiden Republik Turki.
Mustafa
Kemal Pasha, yang kemudian bergelar Ataturk (Bapak Bangsa Turki),
adalah tokoh pendiri negara sekuler Republik Turki. Di bawah rezim
pemerintahannya Republik Turki pernah dicap sebagai negara sekuler anti
Islam. Bahkan, dengan sikap diktatorial rezim pemerintahannya, ia
berhasil mengomando pengikutnya di dalam parlemen pemerintahan Turki
untuk menghapus lembaga kesultanan dan kekhalifahan Islam. Selain
tindakan radikal yang ia lakukan tadi, dengan serentetan program
pembaruan (sekularisasi) Turki yang ia lakukan sejak tahun 1923 sampai
dengan tahun 1938, Mustafa Kemal juga dianggap telah mencerabut akar
dogmatisme Islam dari masyarakat Turki, dan menjauhkan nilai-nilai Islam
yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Turki tersebut
dengan dalih modernitas dan pembaruan.
Makalah ini mencoba mengurai secara
lugas sosok tokoh bernama Mustafa Kemal Ataturk, baik dari segi
pemikirannya dalam pembaruan Turki setelah keruntuhan Imperium Turki
Usmani, maupun mengenai gerakan politiknya yang akhirnya
menghantarkannya menjadi Presiden Republik Turki sepanjang hidup.
Kemudian, penulis juga akan mengurai sedikit mengenai kelangsungan
pemikiran Mustafa Kemal Ataturk hingga, saat ini yang menjadi ideologi
bagi pengikuttiya.
Perkumpulan
persatuan dan Kemajuan membawa Turki turut dalam perang dunia I, dengan
memihak pada jerman. Setelah selesai perang dengan kekalahan di pihak
Jerman dan Turki, Kabinet Turki Muda mengundurkan diri. Talat Pasya,
Enver pasya dan Jamal Pasya lari ke Eropa. Perdana Menteri Baru, Ahmed
Izzet Pasya mencari perdamaian dengan pihak yang menang. Tentara sekutu
masuk dan menduduki bahagian-bahagian tertentu dari Kota Istanbul.
Dalam
pada itu Yunani yang ingin mengembalikan kejayaan lama, mendarat di
Izmir pada tanggal 15 Mei 1919, dengan dibantu oleh kapal perang
Inggeris, Perancis dan Amerika. Tanah, yang telah semenjak ratusan tahun
dipandang tanah air oleh orang Turki, hendak dirampas oleh bekas
jajahan. Ini menimbulkan amarah dan semangat rakyat Turki untuk membela
tanah air. Hilangnya daerah-daerah di Eropa Timur dan di dunia Arab
tidak begitu menyakitkan hati.
Sultan
Turki, yang boleh Barat diejek dengan sebutan “Orang Sakit dari Timur”,
berada dalam keadaan sangat sulit. Pasukan Turki di Irak dan Syria
terancam punah di medan Perang Dunia I, 1914-1918. Jerman, sekutu utama
Turki tidak mampu membantu.
Sementara
itu, Sekutu telah membuka front lain di Turki. Mereka ingin merebut
Konstantinopel, ibu kota Turki, dengan menerobos Dardanela. Sebuah
pasukan gempur Anzacs (Australia dan Selandia Baru) mendarat di
Semenanjung Gallipoli pada 25 April 1915. Panglima tertinggi Jerman
untuk pasukan Turki, Jenderal Von Sanders, tidak melihat adanya anca¬man
berbahaya dari pasukan musuh yang kecil itu. Tetapi Mustafa Kemal yang
muda, sebagai salah seorang komandan pasukan Turki, berpendapat lain.
Ia menganggap pasukan Anzacs itu sebagai sebuah ujung tombak serangan
Sekutu yang amat besar. Tanpa mengindahkan perintah Jenderal Von
Sanders, Mustafa Kemal membalas menyerang. Ia, selama empat bulan
terus-menerus, mencoba menahan serbuan musuh, yang datang demi
gelombang. Pasukan Sekutu, yang terdiri dari prajurit-prajurit Selandia
Baru, Australia, Inggris, dan India, mencoba merebut tepi pantai, tetapi
tiap kali mereka dipukul mundur. Di bawah komando Mustafa Kamal,
pasukan Turki telah bertekad tidak ingin menyerah, meski mendapat
tekanan keras dari pasukan yang jauh lebih kuat, dalam persen¬jataan dan
jumlah prajurit. Akhirnya, setelah menyerang beberapa bulan dan tidak
berhasil, Inggris terpaksa mundur dengan kehilangan beribu-¬ribu
prajurit dan banyak peralatannya. Akhir Agustus 1915, Kamal melan¬carkan
serangan gencar ke Saula. Ia merebut kembali posisi sebuah pen¬ting,
Teluk Chumik, serta memaku pasukan Sekutu di pantai. Akhirnya Kamal
berhasil memaksa musuh membatalkan ekspedisi Gallipoli di dalam
kegagalan total.
Mustafa Kamal
berhasil meraih keunggulan sangat gemilang dalam Perang Dunia I. Tidak
diragukan lagi, Inggris menderita kekalahan paling buruk dalam
sejarahnya yang panjang, Kamal disambut di Konstantinopel sebagai juru
selamat Dardanela dan Turki.
Mustafa
Kemal lahir di Salanika pada 1881 Masehi. Ayahnya bernama Ali Riza
bekerja sebagai pegawai biasa di salah satu kantor pemerintahan di kota
itu. Ibunya bernama Zubeyde seorang wanita yang amat baik dalam perasaan
keagamaannya.
Ketika dipindahkan
ke suatu desa di lereng gunung Olimpus, Ali Riza berhenti dari
pekerjaanya sebagai pegawai Pemerintah dan memasuki lapangan dagang
kayu. Di daerah itu memang banyak terdapat kayu. Tetapi dagangannya
mendapat gangguan dari kaum perampok yang berkeliaran di daerah itu. Ia
pindak ke perusahaan lain, tetapi juga gagal dan dalam keadaan susah ia
ditimpa penyakit dan tidak lama kemudian meninggal dunia.
Pada
mulanya Mustafa, atas desakan ibunya dimasukkan di madrasah, tetapi
karena tidak merasa senang belajr di sana, ia selalu melawan guru. Ia
kemudian dimasukkan orang tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika.
Ketika
Mustafa masih kecil. Anak laki-laki ini energitik dan sangat cerdas,
dan bakat militernya sudah mulai tampak. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar, ia masuk sekolah tentara di Rushtiye. Karena
keahliannya dalam ilmu matematika, ia diberikan nama Kamal. Selanjutnya
ia dikenal sebagai Mustafa Kamal.
Diantara
teman-teman sekelasnya, Mustafa cemerlang luar biasa. Pada umur 17 ia
meninggalkan Salonika untuk masuk sekolah militer di Monatsin. Setelah
dua tahun di sini, ia diangkat menjadi pembantu letnan, dan dikirim ke
sekolah staf kerajaan di Konstantinopel. Di kota inilah ia mengenyam
kehidupan politiknya yang pertama.
Kelompok
nasionalis Turki menjulukinya sebagai Ataturk (artinya bapak Turki)
pada tahun 1934, sebagai penghormatan dan pengakuan atas kecemerlangan
dalah datu anaknya. Kamal bukan saja pahlawan yang mampu mengendalikan
pasukan tentaranya serta menyelamatkan negaranya dari penjajah Yunani
dan gangguan bangsa Eropa yang merobek-robek kesatuan daulah Utsmaniyah
pada perang Dunia I, melainkan juga pendiri kebangkitan Turki modern.
Dia berhasil mengangkat Turki menuju peradaban modern dari waktu ke
waktu, dengan meniru kemajuan Islam pada abad-abad pertengahan,
mamasukkan perbaikan yang mendasar ke dalam negaranya, serta
bentuk-bentuk peradaban modern. Dialah teladan yang patut diikuti oleh
kaum modernis di Negara-negara Islam yang lain.
Masa
studi Mustafa Kemal di Istanbul adalah masa meluasnya tantangan
terhadap kekuasaan absolute Sultan Abdul Hamid dan masa pembentukan
perkumpulan-perkumpulan rahasia bukan dikalangan politisi saja, tetapi
juga di kalangan pemuda di sekolah-sekolah militer. Mustafa dan
teman-temannya pernah membentuk suatu komite rahasia dan menerbitkan
surat kabar tulisan tangan yang mendukung kritik terhadap pemerintahan
Sultan. Sesudah selesai studi, ia tidak meninggalkan kegiatan politik
sehingga ia akhirnya, bersama dengan beberapa teman ditangkap dan
dimasukkan ke dalam penjara untuk beberapa bulan. Kemudian mereka di
bebaskan, tetapi diasingkan ke luar Istanbul. Mustafa Kemal dan seorang
temannya Ali Fuad diasingkan ke Suria.
Setelah
di penjara beberapa bulan, Mustaf Kemal memulai karirnya di bidang
kemiliteran. Ia ditugaskan untuk bergabung dengan pasukan kelima di
Danaskus untuk menumpas pemberontakan sekte Druzz. Pada tahun 1907, dia
dipromosikan ke pankat mayor dan ditugaskan di Pasukan Ketiga di
Macedonia. Di tengah karir militernya, ia tetap melakukan kegiatan
politiknya dengan mendirikan kelompok posisi bawah tanah pada tahun
1906. Pada masa tugasnya di Macedonia, ia tetap menjalin kontak,
meskipun tidak terlalu dekat dengan kelompok CUP. Setelah revolusi tahun
1908, ia memusatkan karir militernya dan untuk sementara menghentikan
kegiatan politiknya. Setelah mendapat tugas ke Eropa untuk tugas
militer, pada tahun 1915 atas permintaannya sendiri, ia dipanggil ke
Turki untuk mengambil peran di Pasukan Ketiga belas dengan pangkat
komandan. Mereka berhasil mempertahankan Gallipoli dari serbuan Inggris
tahun 1915. Setelah kemenangan tersebut, karir militernya menanjak
dengan cepat.
Dengan teman-temannya
dari pimpinan nasionalis lain, Ali Fuad, Rauf dan Refat, ia dalam pada
itu mulai menentang perintah yang dating dari Sultan di Istanbul, karena
perintah itu banyak bertentangan dengan kepentingan nasional Turki.
Sultan di Istanbul telah berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus
menyesuaikan diri dengan kehendak mereka.
Mustafa
Kemal melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan di Anatolia.
Segera ia dengan rekan-rekannya tersebut di atas mengeluarkan maklumat
yang berisi pernyataan-pernyataan berikut:
1. Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan bahaya.
2. Pemerintah di Ibu Kota terletak di bawah kekuasaan Sekutu dan oleh karena itu tidak dapat menjalankan tugas.
3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4. Gerakan-gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikordinir oleh suatu panitia nasional pusat.
5. Untuk itu perlu diadakan kongres.
"Minggu
pertama Juli 1921, pasukan Yunani melaju menduduki dan mengancam Eska
Shehir. Lasykar Kamal menderita kekalahan berat dalam berbagai
pertempuran sengit. Karena itu, Kamal memutuskan mundur dua ratus mil ke
garis pertahanan alarm sebelum Ankara: Sungai Sakarya.
"Dan
di sinilah, pada 24 Agustus, dimulai serangkaian pertempuran paling
berdarah dan menentukan dalam sejarah perang modern. Setelah penembakan
artileri oleh pasukan Yunani, kedua tentara sampai pada per¬tarungan
hidup-mati. Dendam yang berabad-abad lamanya antara Yunani dan Turki,
orang Kristen, dan orang kafir, menyatu dalam pelampiasan kemarahan yang
berlangsung empat belas hari, berbentuk Baling bunuh¬-membunuh secara
habis-habisan yang tidak dapat dilukiskan."
"Akhirnya
orang Yunani dipukul mundur dari medan perang yang menjadi kacau balau,
orang Turki sendiri ikut berantakan dalam kemenang¬annya mengejar musuh
sampai ke Eska Shehir."
Bangsa-bangsa
di seluruh dunia mendengarkan koor pujian bagi Kamal, ketika ia tiba
kembali ke Ankara. Tetapi Sang Ghazi (yang unggul) sadar bahwa tugasnya
baru saja dimulai. Ia masih harus mengusir orang Yunani ke laut.
Demikianlah,
Mustafa Kemal dan teman-temannya dari golongan nasionalis bergerak
terus dan dengan perlahan-lahan dapat menguasai situasi, sehingga
akhirnya Sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa defacto dan
dejure di Turki. Pada tanggal 23 Juli 1923 ditanda tangani Perjanjian
Lausanue, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan
inter¬nasional.
C. Prinsif Pemikiran Pembaharuan Mustafa Kemal Ataturk
Pembaruan
Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi, Turki,
jauh sebelum pembaruan yang dilakukan Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan
di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang
ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada
era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876;
kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an
sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang
mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosia dan keagamaan; dan
pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muds Turki.
Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki
Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata
mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka
melakukan agitasi terhadap restorasi rezim parlementer dan
kontitusional.
Pemikiran pembaruan
Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleth dianggap merupakan
sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan,
prinsip pemikiran pembaruan Turki yang ia ke tengahkan di dalam frame
kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari
seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki,
yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan
kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya
Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan
oleh tokoh¬tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet
Shidiq Ri'at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876),
Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi
Usmani Muda, dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912)
dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan
gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah
pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan
program-program pernbaruannya dalam berbagai aspek yang ia rebut sebagai
The Programs of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism,
Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism,
dan Philosopical Turkism.
Prinsip
Pemikiran Pembaman Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai
attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan
dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip
pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya
terdiri dari tiga unsur, yakni: nasionalisme, sekularisme dan
westernisms. Mempersoalkan tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan
Turki Mustafa Kemal di atas, penulis mengulasnya sebagai berikut:
Pertama,
unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya
Gokalp (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan
reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki.
Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki
adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh
karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan
dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan
membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus
dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki
sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah
Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam;
Kedua,
unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman
westernisms Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut
setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian
suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial.
Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya
karena kemajuan ihnu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena
keseluruhan unsur-unsumya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah
peperangan antara dua peradaban. yakni peradaban Islam dan peradaban
Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai
dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut
campumva Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundumya
Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan
peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki
harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan
social dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal. sekularisme bukan saja
memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari
pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan
orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih merupakan
antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani; dan
Ketiga,
unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa
Turki harus berorientasi ke Barat. la melihat bahwa dengan meniru Barat
negara Turki akan maju. Unsur westernisms dalam prinsip pemikiran
Mustafa Kemal mendapat momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia
menga--takan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban
modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya
ilmu pengetahuan mampu membawa perubahan secara terus-menerus, maka
bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi
usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus
dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala
kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Dari
ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang
terdiri atas : republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme,
etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur
Mustafa Kemal ini kemudian di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya.
“Kenapakah
sampai ada suatu anggapan umum, bahkan semacam tuduhan, bahwa dengan
mendirikan suatu Negara secular di bawah pimpinan Kemal Ataturk, Turki
telah meninggalkan Islam?” Tanya Haji Wa’ang.
Mungkin
karena tindakan-tindakan yang diambil oleh pemerintah Republik Turki,
yang satu persatu meninggalkan kesan mendalam pada bagian lain dunia
Islam.
Dapat disebutkan misalnya:
(1) penghapusan Khalifah di tahun 1924: (2) pembubaran yang dipaksakan
pada perkumpulan-perkumpulan agama dan penutupan tarikat-tarikat Sufi
atau apa yang dinamakan di situ “tekkes” (takiah) di tahun 1925 ; (3)
dugantinya hukum-hukum Shari’a dengan hukum nasional yang berdasarkan
Barat di tahun 1926: (4) diperbaikinya undang-undang dasar di tahun 1928
dengan menghilangkan klasule yang berbunyi: “agama Negara Turki adalah
Islam” dan sebagai gantinya memajukan asas ‘laicism”, keawaman, duniawi,
sekularisme sebagai salah satu tiang Negara; (5) pada tahun 1928
diberikan tulisan latin untuk menggantikan tulisan arab; (6) pada tahun
1935 seluruh warga turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana
yang berlaku dengan pola nama Barat.
Kebijaksanaan
berikutnya Al Ghazi menghapuskan artikel dalam UUD yang berbunyi bahwa
agama Islam adalah agama Negara. Selanjutnya dia menghapuskan syari’at
Islam dan sebagai gantinya syari’at Atiqat (Hukum Adat) diberlakukan,
akan tetapi syari’at Atiqat juga kemudian diganti lagi dengan hukum
positif model Swiss dan hukum pidana lal Itali. Hari libur resmi
mingguan dirubah dari hari Jum’at menjadi hari Minggu, di samping
mengganti kalender Hijriyyah dengan kalender Miladi. Hukum warispun
tidak luput dari perubahannya. Bagian laki-laki dan perempuan disamakan
dan yang menjadi ahli waris adalah hanya keluarga mayat saja (anak
istri) lain tidak.
Gerakan
sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir wiring dengan
wafatnva Mustafa Kemal pada tahun 1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal
Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet
Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian,
proses sekularisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian
tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi
konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru
ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang
atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha
mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung
menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi
terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.
Dalam
sistem politik multi partai inilah, akhimya pengaruh Partai Republik
yang pemah dipimpin oleh Mustafa Kemal, cenderung berkurang.
Kecenderungan apresiasi masyarakat Turki terhadap Partai Demokrat lebih
didasarkan oleh sikap politik partai ini yang mengusung opini tentang
orientasi keagamaan baru yang berbeda daripada orientasi keagamaan di
masa rezim Mustafa Kemal bersama Partai Republik-nya.
0 comments:
Posting Komentar