Pages

Subscribe:
Tampilkan postingan dengan label biografi tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label biografi tokoh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Desember 2014

OKI (Organisasi Konferensi Islam)

Sejarah Singkat OKI (Organisasi Konferensi Islam)
Secara resmi OKI berdiri di Jedah, Arab Saudi pada tahun 1971 untuk menggalang solidaritas Islam. Organisasi ini diprakarsai oleh Raja Feisal Ibn. Abdul Aziz dan didirikan oleh beberapa negara Islam, yakni Maroko, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Somalia dan Nigeria. Pendirian OKI dibicarakan dalam KTT negara-negara Islam di Rabat (Maroko) pada tahun I 969. KTT ini menjadi KTT OKI ke-1.
Adapun KTT OKI selanjutnya adalah sebagai berikut.
1) KTT OKI ke-2 di Lahore (Pakistan) pada tahun 1974.
2) KTT OKI ke-3 di Taif (Arab Saudi) pada tahun 1981.
3) KTT OKI ke-4 di Casablanca (Maroko) pada tahun 1984.
4) KTT OKI ke-5 di Kuwait City (Kuwait) pada tahun 1987.
5) KTT OKI ke-6 di Dakar (Senegal) pada tahun 1991.
6) KTT OKI ke-7 di Casablanca (Maroko) pada tahun 1994.

Tujuan OKI
Sekarang OKI terdiri dari 46 negara. Organisasi ini clidirikan dengan berbagai tujuan seperti berikut.
1. Memajukan solidaritas Islam diantara negara-negara anggota.
2. Memperkuat kerjasama antara negara-negara anggota dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan bidang-bidang lainnya, serta mengadakan perundingan.
3. Mengupayakan seoptimal mungkin untuk menghilangkan pemisahan rasial, diskriminasi serta menghilangkan kolonialisme dalam setiap bentuk.
4. Menyokong segala kegiatan dan usaha-usaha perdamaian dunia, dan menciptakan keamanan bersama demi tercapainya keadilan sosial.
5. Mengatur usaha untuk melindungi tempat-tempat suci, menyokong perjuangan rakyat Palestina, dan membantu rakyat palestina` untuk memiliki kembali hak-hak mereka untuk membebaskan tanah Palestina.
6. Membentuk suasana yang harmonis demi meningkatkan kerjasama dan pengertian di antara sesama negara anggota OKI maupun negara-negara lain.
7. Memperkuat perjuangan umat Islam untuk melindungi martabat umat, ketidaktergantungan, dan hak setiap negara Islam.

Struktur organisasi OKI
Struktur organisasi OKI adalah sebagai berikut:
1. Badan utama yang meliputi:
a) Konferensi kepala negara/pemerintahan dan para raja yang diadakan setiap tahun.
b) Sekretariat Jenderal sebagai badan eksekutif di Jedah.
e) Konferensi para menlu negara-negara anggota. Konferensi ini diadakan sekali setahun.
d) Mahkamah Islam Internasional yang menjadi yudikatif cli Kuwait.
2. Komite-komite khusus, yang mencakup Komite Al-Guds, Komite Tetap Keuangan, Komite Ekonomi, Sosial dan Budaya.
3. Badan-badan subsider yang bergerak dalam bidang ekonomi dan sosial budaya, dan lembaga, serta organisasi yang otonom dalam lingkungan OKI, seperti Dana Solidaritas Islam di Jedah, Pusat Riset Sejarah dan Budaya Islam di Istanbul (Turki), Dana Ilmu Teknologi dan Pembangunan di Jedah. Komisi Bulan Sabit Islam di Bengasi (Libya), Komisi warisan Budaya Islam di Istanbul, Pusat Riset dan Training Sosial Ekonomi di Ankara (Turki), Bank Pembangunan Islam di Jedah, dan Kantor Berita Islam Internasional di Jedah.


PRchecker.info

ini sejarah yang membanggakan bangsa indonesia (Kontingen Garuda)

Lambang Pasukan Pedamaian PBBKontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian sejak 1957.

Sejarah

Kontingen GarudaKetika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946, mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum internasional.
Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul Mun’im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta, dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.

Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir dengan menunjuk HM Rasyidi sebagi Charge d’Affairs atau “Kuasa Usaha”. Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi diplomatik tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan yang akrab ini memberi arti pada perjuangan Indonesia sewaktu terjadi perdebatan di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB yang membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.
Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis, dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.

Daftar Kontingen Garuda

Kontingen Garuda I
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang. Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri Soediono Suryantoro. Kontingen Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibukota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El Sandhira dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah. Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September 1957. Kontingen Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol.Prijatna (kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.
Kontingen Garuda III
Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri atas 3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisa) turut dalam kontingen Garuda yang bertugas hingga akhir 1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA. Manulang, gugur di Kongo.
Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan Garuda IV diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo Atmodarminto, yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang terdiri dari anggota ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini merupakan Kontingen ICCS (International Commission of Cantre and Supervision) pertama yang tiba di Vietnam. Tugas kontingen GAruda IV adalah mencegah pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo, mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.
Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen TNI Harsoyo.
Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Rudini.Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda Indonesia sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi Kontingen tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan 466 orang, dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis, ditunjuk Mayor Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB diberangkatkan pula Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade Selatan Pasukan PBB di Timur Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen Garuda Indonesia VI tiba kembali di Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur Tengah selama sembilan bulan. Pada tanggal 31 September 1974, Kasum Hankam Marsdya TNI Sudharmono atas nama Menhankam/Pangab membubarkan Kontingen Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada kesatuan masing-masing.
Kontingen Garuda VII
Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen TNI S. Sumantri.
Kontingen Garuda VIII/1
Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.
Kontingen Garuda VIII/2
Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari kesatuan KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD 17/KOSTRAD, dengan komandan batalyon Letkol Inf.
Kontingen Garuda VIII/3
Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.
Kontingen Garuda VIII/4
Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.
Kontingen Garuda VIII/5
Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.
Kontingen Garuda VIII/6
Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Karma Suparman.
Kontingen Garuda VIII/7
Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Sugiarto.
Kontingen Garuda VIII/8
Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf R. Atmanto.
Kontingen Garuda VIII/9
Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf RK Sembiring Meliala.
Kontingen Garuda IX/1
Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh Letkol Inf Endriartono Sutarto.
Kontingen Garuda IX/2
Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh Letkol Inf Fachrul Razi.
Kontingen Garuda IX/3
Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh Letkol Inf Jhony Lumintang.
Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan dipimpin oleh Kol Mar Amin S.
Kontingen Garuda XI/1
Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh Letkol Inf Albert Inkiriwang.
Kontingen Garuda XI/2
Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh May CZI TP Djatmiko.Setelah Kontingen Garuda XI-1 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 23 April 1992 kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-1. Kontingen gelombang kedua ini berangkat pada tanggal 23 April 1992.Penugasan Kontingen Garuda XI-2 berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3 April 1992 pada paragraf 5 tentang pembentukan dan tugas-tugas yang dilaksanakan Unikom dan Surat Perintah Panglima ABRI Nomor Sprin 1024/IV/1992.Sebagai Komandan Kontingen Garuda XI-2 adalah Mayor Czi Toto Punto Jatmiko. Personel anggota Kontingen Garuda XI-2 terdiri dari 6 perwira. Sebagai duta bangsa prestasi yang berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah berperan mengembalikan personel Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait. Di samping itu Kontingen Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven untuk tidak melaksanakan kegiatan pasar gelap. Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen Garuda XI-2 telah selesai melaksanakan tugas dan kembali ke tanah air dan mereka kemudian mendapatkan bintang Satyalencana Santi Dharma dari pemerintah.
Kontingen Garuda XI/3
Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh May Kav Bambang Sriyono.Garuda XI-2 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 23 April 1992, maka Kontingen Garuda XI-3 menggantikan Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait. Kontingen ini beranggotakan enam orang perwira ABRI di bawah pimpinan Mayor Kav. Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19 April 1993 dan kembali ke tanah air pada tanggal 25 April 1994.Atas permintaan Dewan Keamanan PBB pada tanggal 10 Oktober 1993 Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol Inf. Hasanudin sebagai anggota Staf UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM dan berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Pada tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini kembali ke tanah air.
Kontingen Garuda XI/4
Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh May Inf Muh. Mubin.
Kontingen Garuda XI/5
Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh May CPL Mulyono Esa.
Kontingen Garuda XII/A
Konga XII/A dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/A berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh Letkol Inf Erwin Sujono.
Kontingen Garuda XII/B
Konga XII/B dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/B berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu.
Kontingen Garuda XII/C
Konga XII/C dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/C berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh Letkol Inf Darmawi Chaidir.
Kontingen Garuda XII/D
Konga XII/D dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/D berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung.Pada tanggal 20 Januari 1993 Kontingen Garuda XII-D diberangkatkan ke Kamboja untuk menggantikan Kontingen Garuda XII-C. Kontingen Garuda XII-D dipimpin oleh Letkol Inf. Saptdji dan wakilnya Mayor Inf. Suryo Sukanto. Jumlah personel 850 orang terdiri atas 390 orang dari Yonif 303/SSM Kostrad, 213 orang anggota Korps Marinir TNI AL dan 217 orang anggota ABRI dari berbagai kesatuan. Selama penugasan terjadi penyusutan lima orang personel, karena tiga orang menderita kecelakaan ranjau, satu orang kecelakaan lalu lintas dan satu orang sakit. Untuk menggantikan personel tersebut dikirim 63 orang, sehingga pada akhir penugasan berjumlah 908 personel.
Kontingen Garuda XII
Konga XII dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII berada di bawah misi UNTAC (civil police) dan dipimpin oleh Kol Pol Drs S Tarigan dan Kol Pol Drs Rusdihardjo.
Kontingen Garuda XIII
Konga XIII dikirim ke Somalia pada 1992. Konga XIII berada di bawah misi UNOSOM dan dipimpin oleh May Mar Wingky S.
Kontingen Garuda XIV/1
Konga XIV/1 dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993. Konga XIV/1 berada di bawah misi UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Inf Eddi Budianto.
Kontingen Garuda XIV/2
Konga XIV/2 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/2 berada di bawah misi UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Inf Tarsis K.
Kontingen Garuda XIV/3
Konga XIV/3 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/3 berada di bawah misi UNPROFOR.
Kontingen Garuda XIV/4
Konga XIV/4 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/4 berada di bawah misi UNPROFOR (civil police) dan dipimpin oleh Letkol Pol Drs Suhartono.
Kontingen Garuda XIV/5
Konga XIV/5 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/5 berada di bawah misi UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Art Mazni Harun.
Kontingen Garuda XIV/A
Konga XIV/A dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/A berada di bawah misi UNPROFOR (Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Heridadi. Konga XIV/A ini merupakan petugas kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/B
Konga XIV/B dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/B berada di bawah misi UNPROFOR (Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Budi Utoyo. Konga XIV/B ini merupakan petugas kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/C
Konga XIV/C dikirim ke Bosnia pada 1995. Konga XIV/C berada di bawah misi UNPROFOR (Yon Zeni) dan dipimpin oleh Letkol CZI Anwar Ende. Konga XIV/C ini adalah dari Batalyon Zeni.
Kontingen Garuda XV
Konga XV dikirim ke Georgia pada 1994. Konga XV berada di bawah misi UNOMIG dan dipimpin oleh May Kav M Haryanto.
Kontingen Garuda XVI
Konga XVI dikirim ke Mozambik pada 1994. Konga XVI berada di bawah misi UNOMOZ dan dipimpin oleh May Pol Drs Kuswandi. Kontingen ini terdiri dari 15 pasukan.
Kontingen Garuda XVII
Konga XVII dikirim ke Filipina pada 1994. Kontingen ini bertugas dari 17 Juni 1994 sampai 28 Desember 1994. KONGA XVII dipimpin oleh Brigjen TNI Asmardi Arbi, kemudian digantikan oleh Brigjen TNI Kivlan Zein, bertugas di Filipina sebagai pengawas genjatan senjata setelah adanya perundingan antara MNLF pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina.
Kontingen Garuda XVIII
KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997. Kontingen ini terdiri dari 8 perwira TNI yang dipimpin oleh Mayor Can Suyatno.
Kontingen Garuda XIX/1
Konga XIX/1 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/1 beranggotakan 10 perwira TNI dipimpin oleh Letkol K. Dwi Pujianto dan bertugas sebagai misi pengamat (observer mission).
Kontingen Garuda XIX/2
Konga XIX/2 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/2 beranggotakan 10 orang dipimpin oleh Letkol PSK Amarullah. Konga XIX/2 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/3
Konga XIX/3 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/3 beranggotakan 10 perwira dipimpin oleh Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk. Konga XIX/3 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/4
Konga XIX/4 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/4 beranggotakan 10 perwira dan dipimpin oleh Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Konga XIX/4 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XX/A
Konga XX/A dikirim ke Bungo, Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun. Konga XX/A berjumlah 175 prajurit dari Kompi Zeni dibawah pimpinan Mayor CZI Ahmad Faizal.
Kontingen Garuda XX/B
Konga XX/B bertugas di Republik Demokratik Kongo. Konga XX/B berasal dari Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/C
Konga XX/C dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada 28 September 2005. Konga XX/C berjumlah 175 personel dan dipimpin Mayor Czi Demi A. Siahaan. Konga XX/C berasal dari Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/D
Konga XX/D rencananya akan diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo untuk menggantikan Konga XX/C yang telah bertugas selama hampir satu tahun. Konga XX/D berjumlah 175 personel dan dipimpin oleh Mayor Czi Jamalulael. Konga XX/D berasal dari Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim kesehatan 11 orang, ton bantuan 30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang dan ton Alberzi 41 orang.
Kontingen Garuda XXI
Kontingen Garuda XXI merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia (UNMIL)yang terdiri dari perwira AD,AL,AU yang terlatih dalam misi PBB dan mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat militer (UN military observer).
Konga XXI terdiri dari 3 tahap:
Konga XXI-1 dipimpin oleh Letkol Lek Bayu Roostono, bertugas antara tahun 2003-2004 dalam periode DDRR, pasca perang sipil II.
Konga XXI-2 dipimpin oleh Letkol (L) Putu Angga, bertugas antara tahun 2004-2005 dalam periode pasca pemilu dan pemilu.
Konga XXI-3 dipimpin oleh Letkol (L)Supriatno, bertugas antara tahun 2005-2006 dalam periode pemulihan keamanan, rekonstruksi dan pemerintahan demokratis pertama semenjak perang sipil 14 tahun.
Kontingen Garuda XXI dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh Perhimpunan Masyarakat Indonesia di Liberia (PERMIL).
Kontingen Garuda XXII
Kontingen Garuda XXIII/A
Konga XXIII/A bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL) dan rencananya akan berangkat pada akhir September 2006 tetapi kemudian ditunda karena PBB menunda keberangkatan pasukan perdamaian dari negara-negara Asia sehingga akhirnya pasukan dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing. Kontingen Garuda XXIII/A dipimpin oleh Kolonen Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI. Anak pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut serta dalam pasukan ini.

misi pengiriman pasukan garuda I


Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaiandi negara lain. Indonesia mulaiturut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957 .

SEJARAH
Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 , Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab . Pada 18 November 1946 , mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka danberdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum internasional.
Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya , mengutus Konsul Jendral Mesir di India , Mohammad Abdul Mun'im , untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta , dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947 . Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.
Hubungan yang baik tersebutberlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir denganmenunjuk HM Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha". Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi diplomatik tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan yang akrab ini memberi arti pada perjuangan Indonesia sewaktu terjadi perdebatan di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB yang membicarakan sengketaIndonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.
Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris , Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan PemeliharaPerdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I

PENGIRIMAN PASUKAN GARUDA I

Masalah yang menyebabkan pembentukan dan pengiriman pasukan PBB ke Mesir adalah terjadinya pergolakan di Teursan Suez. Terusan Suez dinasionalisasi keg presiden Mesir, gamal Abdul Nasser pada tanggal 26 Juli 1956.
Nasionalisasi terusan suez yang dilakukan oleh pihak mesir mengakibatkan Negara-negara yang mempunyai kepentingan atas terusan suez seperti Inggris dan Perancis menolak nasionalisasi tersebut. Pendekatan-pendekatan untuk jalan damai terus dilakukan namun Mesir menolak dengan kukuh mengatakan bahwa Terusan Suez adalah bagian dari wilayhnya. Perjanjian damai yang diupayakan buyar ketika tentara Israel menyerbu pada tanggal 30 oktober 1956 hingga melewati garis perbatasan Meir dengan bertujuan menduduki gurun siani hingga terusan suez.
Pergolakan yang terjadi di wilayah terusan suez itu mengundang perhatian PBB untuk mencarikan jalan keluar dan mendamaikan Negara yang bersengketa, oleh karena itu PBB mengirimkan pasukan perdamaian ke Mesir. Pemerintah Indonesia menyatakan kesediannya ikut serta dalam pasukan PBB dengan mengirimkan pasukan Garuda . pada tanggal 31 desember 1956, pasukan garuda I dibawah pimpinan Mayor Sudiyono mengadakan apel persiapan di Istana Merdeka.
Pasukan garuda I yang dikirim ke mesir selanjutnya bergabung dengan UNEF (United Nations Emergency Force) di Abu Suweir, Mesir. Pasukan garuda I berhasil melaksanakan tugasnya dnegan baik dan kembali ke tanah air pada tangga 12 september 1957. 
Yang menjadi dasar Indonesia mengambil bagian dalam tugas misi Garuda ialah :
 Sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
 Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
 Landasan Konstitusional Indonesia ( Pembukaan UUD 1945)
 Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Serangan Inggris, Prancis, dan Israel terhadap Mesir itu dinilai telah membahayakan perdamaian dunia. Pergolakan yang terjadi di wilayah Terusan Suez mengundang PBB untuk mencarikan jalan keluar dan mendamaikan Negara-negara yang sedang bersengketa. Oleh katena itu, PBB mengirim pasukan perdamaian ke Mesir, yang diberi nama United Nations Emergency Forces (UNEF) di bawah pimpinan E.L.M. Burns.
Pada tanggal 8 November 1956 pemerintah Indonesia menyatakan kesediaannya untuk ikut serta dalam pasukan PBB dengan mengirimkan pasukan Garuda I. sebagai Komandan Kontingen ditunjuk Letnan Kolonel Hartoyo, yang kemudian digantikan Letnan Kolonel Saudi sampai januari 1957.
Pasukan Polisi PBB dibentuk dengan anggota berjumlah 550 orang (1 Detasemen). Pada tanggal 28 Desember 1956 pasukan Indonesia untuk PBB diresmikan oleh KSAD dengan nama Garuda.. Susunan pimpinan Pasukan Garuda I adalah:
Komandan : Letnan Kolonel Hartoyo, kemudian diganti Letnan Kolonel suadi
Wakil Komandan : Mayor Sugiarto
Kepala Staf : Mayor Sudiyono
Pra Komandan Kompi : Kapten Sukarno, Kapten Harsono, dan Kapten Suprapto
Misi garuda I berangkat pada tanggal 1 Januari 1957. Tugas utamanya ialah mengawasi penarikan mundur tentara Israel. Pasukan polisi PBB yang bertugas mengawasi garis demarkasi di sekitar Gaza dan Sinai berjumlah lebih kurang 6.000 orang.
Pasukan Garuda I ternyata berhasil dengan baik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya. Keberhasilan ini membuat Indonesia terus menerus dipercaya oleh PBB untuk membantu memelihara perdamaian di berbagai pelosok dunia bila terjadi sengketa. Bangsa Indonesia boleh berbangga karena kepercayaan yang begitu besar diberikan oleh PBB untuk memelihara perdamaian dunia.

Jumat, 07 November 2014

Sejarah dan Isi Perundingan Renville

Agresi Militer Belanda I terhadap Indonesia mendapatkan kecaman dan reaksi keras dari dunia internasional. Aksi militer yang dilakukan Belanda terhadap Republik Indonesia tersebut merupakan suatu ancaman terhadap perdamaian dunia. Dewan Keamanan PBB yang mulai memerhatikan masalah Indonesia - Belanda itu akhirnya menyetujui usul Amerika Serikat, yang untuk mengawasi penghentian permusuhan itu harus dibentuk suatu badan komisi jasa-jasa baik yang kemudian disebut dengan Komisi Tiga Negara (KTN).
Anggota KTN terdiri atas Richard Kirby (wakil dari Australia yang dipilih oleh Indonesia), Paul van Zeeland (wakil dari Belgia yang dipilih oleh Belanda), dan Dr. Frank B. Graham (wakil dari Amerika Serikat yang dipilih oleh Belgia dan Australia). Melalui KTN, berhasil diadakan Perundingan Renville yang dilaksanakan di Kapal Renville.
Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Berikut ini adalah pihak-pihak yang menghandiri Perundingan Renville:
1. PBB sebagai mediator, diwakili oleh Grank Graham (ketua) dan Richard Kirby (anggota).
2. Delegasi Belanda, diwakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmodjo (ketua).
3. Delegasi Indonesia, diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin (ketua).
Perundingan ini berjalan alot, karena kedua pihak berpegang teguh pada pendiriannya masing-masing. Meski perundingan berlangsung alot, akhirnya pada tanggal 17 Januari 1948 naskah Persetujuan Renville berhasil ditandatangani.

Sejarah dan Isi Perundingan Renvilee

Berikut ini adalah hasil (isi) dari Perundingan Renville:
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Dalam Uni Indonesia Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.
Perundingan Renville yang ditandatangani kedua belah pihak tersebut mengakibatkan posisi Indonesia semakin sulit dan wilayah Indonesia semakin sempit. Kesulitan itu ditambah lagi dengan blokade ekonomi yang dilaksanakan Belanda.
Diterimanya kesepakatan Renville ini juga mengakibatkan kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Amir Syarifuddin akhirnya menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 23 Januari 1948.
Kabinet Amir Syarifuddin kemudian digantikan oleh Kabinet Hatta. Pada masa Kabinet Hatta, Mohammad Hatta merangkap jabatan yaitu sebagai wakil presiden Republik Indonesia dan perdana menteri. Kabinet Hatta berusaha menaati hasil perundingan Renville. Tujuannya adalah agar strategi diplomasi masih dapat dijalankan. Keputusan-keputusan Perundingan Renville mengalami hal yang sama dengan Persetujuan Linggarjati. Belanda melakukan aksi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948.

Sabtu, 11 Oktober 2014

Biografi Jenderal Gatot Subroto

Biografi Jenderal Gatot SubrotoJenderal Gatot Subroto lahir di Banyumas 10 Oktober 1909, ini sejak anak-anak sudah menunjukkan watak seorang pemimpin. Dia memiliki keberanian, ketegasan, tanggung jawab, dan berpantang akan kesewenangan. Pengalaman tidak manis pernah dialaminya ketika masih bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Karena berkelahi dengan seorang anak Belanda, dia akhirnya dikeluarkan dari sekolah tersebut. Kasus itu sudah cukup menunjukkan bahwa sejak kecil dirinya sudah memiliki sifat pemberani dan tegas. Di kala orang tidak ada yang berani menantang anak-anak Belanda yang merasa lebih tinggi derajatnya dari kaum pribumi, Gatot Subroto dengan tanpa gentar sedikitpun maju menantang.

Dikeluarkan dari sekolah ELS dia kemudian masuk ke sekolah Holands Inlandse School (HIS). Dari sana, dia akhirnya menyelesaikan pendidikan formalnya. Namun setamat HIS, dia memilih tidak meneruskan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi bekerja sebagai pegawai. Pilihannya menjadi pegawai tersebut ternyata juga tidak memuaskan jiwanya. Dia kemudian keluar dari pekerjaanya dan masuk sekolah militer di Magelang pada tahun 1923. Setelah menyelesaikan pendidikan militer, Gatot pun menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda) hingga akhir pendudukan Belanda di Indonesia.

Tentara yang aktif dalam tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada masa pendudukan Belanda, anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Berpendirian tegas dan memiliki solidaritas yang tinggi, merupakan ciri khas dari Jenderal Gatot Subroto. Pria lulusan Sekolah Militer Magelang masa pemerintahan Belanda, ini paling tidak bisa mentolerir setiap tindak kezaliman, walau oleh siapapun dan kapanpun.

Ketika Perang Dunia ke II bergolak, pasukan Belanda berhasil ditaklukkan pasukan Jepang. Indonesia yang sebelumnya merupakan daerah pendudukan Belanda beralih jadi kekuasaan pemerintah Kerajaan Jepang. Pada masa Pendudukan Jepang ini, Gatot pun langsung mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yakni pendidikan dalam rangka perekrutan tentara pribumi oleh pemerintahan Jepang di Indonesia. Tamat dari pendidikan Peta, dia diangkat pemerintah Jepang menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan menjadi komandan batalyon.

Foto Jenderal Gatot Subroto
Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun Peta tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah zaman itu. Jiwa kebangsaan Gatot Subroto tetap tinggi. Di dalam menjalankan
tugasnya sebagai tentara pendudukan, perlakuannya sering terlihat memihak kepada rakyat kecil.

Perlakuan itu bahkan sering diketahui atasannya sehingga dia sering mendapat teguran. Bahkan karena begitu tebalnya perhatian dan solider terhadap kaumnya, sering sebagian dari gajinya disumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman yang ada di bawah pengawasannya. Begitu juga halnya pada masa pendudukan Jepang, dia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya.
Terhadap bawahannya, Gatot juga terkenal sebagai seorang pimpinan yang sangat perhatian. Namun walaupun begitu, sebagai militer, tanpa pandang bulu dia juga sangat tegas terhadap anak buahnya yang melanggar disiplin.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Gatot langsung masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), tentara bentukan pemerintah Indonesia sendiri dan merupakan tentara resmi RI yang dalam perjalanannya kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sejak kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI atau pada masa Perang Kemerdekaan yakni antara tahun 1945-1950, dia dipercayai memegang beberapa jabatan penting. Pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Bersamaan di saat dirinya menjabat Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun pun bergolak yakni pada bulan September 1948. Pemberontakan yang didalangi oleh Muso itu akhirnya berhasil diatasi dengan gemilang. Setelah banyak terjadi peristiwa dalam mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda, pengakuan kedaulatan republik ini pun berhasil diperoleh. Pasca pengakuan kedaulatan itu, Gatot Subroto semakin dipercaya mengemban tugas yang lebih tinggi. Dia diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV I Diponegoro.

Monumen Jenderal Gatot Subroto
Namun karena sesuatu hal pada tahun 1953, dia sempat mengundurkan diri dari dinas militer. Namun tiga tahun kemudian dia diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Di kalangan militer, dia dikenal sebagai seorang pimpinan yang mempunyai perhatian besar terhadap pembinaan perwira muda. Menurutnya, salah satu cara untuk membina perwira muda adalah dengan menyatukan akademi militer setiap angkatan yakni Angkatan Darat, Laut, dan Udara, menjadi satu akademi. Gagasan tersebut akhirnya terwujud dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).

Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia 55 tahun. Sang Jenderal ini dimakamkan di desa Sidomulyo, kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi negara, seminggu setelah kematiannya, Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962.

biografi Cut Nyak Dhien - Pahlawan Nasional Indonesia

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan NasionalCut Nyak Dhien lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848, seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh, Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak:

"Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?"

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada April 1873.

J.B. van Heutsz sedang memperhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang Aceh
Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.

Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan Nasional
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya. Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk
mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar). Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya. Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas.

Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:

Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid

Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.

Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Dhien dipindah ke Sumedang berdasari orang terakhir yang melindungi Dien sampai kematiannya. Namun, Cut Nyak Dhien memiliki penyakit rabun, sehingga ia tertangkap. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan Nasional
Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.

Ia dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu". Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964

Referensi :

- http://id.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien

Biografi Alessandro Volta - Penemu Baterai

Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta lahir di Como, Italia, dan mengajar di sekolah-sekolah umum di sana. Pada 1774 ia menjadi profesor fisika di Sekolah Royal di Como. Setahun kemudian, ia memperbaiki dan mempopulerkan electrophorus, sebuah alat yang menghasilkan muatan listrik statis. promosinya itu begitu luas sehingga ia sering dikreditkan dengan penemuannya, meskipun mesin yang beroperasi dalam prinsip yang sama pada tahun 1762 digambarkan oleh profesor Swedia Johan Wilcke.

Volta merupakan seorang fisikawan Italia. Ia terutama dikenal karena mengembangkan baterai pada tahun 1800. Ia melanjutkan pekerjaan Luigi Galvani dan membuktikan bahwa teori Galvani yaitu efek kejutan kaki kodok adalah salah. Secara fakta, efek ini muncul akibat 2 logam tak sejenis dari pisau bedah Galvani. Berdasarkan pendapat ini, Volta berhasil menciptakan Baterai Volta (Voltac Pile). Atas jasanya, satuan beda potensial listrik dinamakan volt.

Pada 1776-1777 Volta mempelajari kimia gas. Ia menemukan metana dengan mengumpulkan gas dari rawa-rawa. Dia merancang percobaan seperti pembakaran metana oleh percikan listrik dalam wadah tertutup. Volta juga mempelajari apa yang sekarang kita sebut kapasitansi listrik, pengembangan sarana terpisah untuk belajar baik potensial listrik (V) dan muatan (Q), dan menemukan bahwa untuk suatu objek mereka proporsional. Hal ini mungkin disebut Volta Hukum tentang kapasitansi, dan kemungkinan untuk pekerjaan ini unit potensi listrik itu disebut Volt.

Pada tahun 1779 ia menjadi profesor fisika eksperimental di Universitas Pavia, ia menduduki kursi selama hampir 25 tahun. Pada 1794, Volta menikahi Teresa Peregrini, yang mengangkat tiga anak, Giovanni, Flaminio dan Zanino. Dalam menghormati karyanya, Volta dibuat menghitung oleh Napoleon pada tahun 1810. Lebih jauh lagi, ia digambarkan pada 10.000 Lire Italia (tidak lagi dalam sirkulasi) bersama dengan sketsa terkenal volta Pile.
Volta mulai belajar sekitar 1791, "listrik" hewan dicatat oleh Luigi Galvani ketika dua logam berbeda yang dihubungkan secara seri dengan kaki katak dan satu sama lain. Volta menyadari bahwa kaki katak menjabat baik sebagai konduktor listrik (elektrolit) dan sebagai detektor listrik. Dia diganti kaki katak oleh kertas direndam air garam-, dan mendeteksi aliran listrik dengan cara lain yang dia kenal dari studi sebelumnya. Dengan cara ini dia menemukan seri elektrokimia, dan hukum bahwa gaya gerak listrik (ggl) dari sebuah sel galvanik, yang terdiri dari sepasang elektroda logam yang dipisahkan oleh elektrolit, perbedaan antara dua elektroda potensi mereka. Ini dapat disebut Hukum Volta tentang seri elektrokimia.

Pada tahun 1800, sebagai hasil dari perselisihan profesional atas tanggapan galvanik dianjurkan oleh Galvani, dia menciptakan tumpukan volta, baterai listrik awal, yang menghasilkan arus listrik stabil. Volta telah menentukan bahwa pasangan yang paling efektif logam berbeda untuk menghasilkan listrik seng dan perak. Awalnya dia bereksperimen dengan sel individu dalam seri, setiap sel menjadi piala anggur diisi dengan air
garam dimana dua elektroda berbeda adalah mencelupkan. Tumpukan volta menggantikan gelas dengan karton direndam dalam air garam.

Dalam mengumumkan penemuan tumpukan, Volta penghormatan kepada pengaruh William Nicholson, Tiberius Cavallo dan Abraham Bennet. Sebuah penemuan tambahan dirintis oleh Volta, adalah pistol yang dioperasikan jarak jauh. Dia menggunakan botol Leyden untuk mengirim arus listrik dari Como ke Milan (50 km atau 30 mil). Arus dikirim sepanjang kabel yang terisolasi dari tanah dengan papan-papan kayu. Temuan ini merupakan pelopor penting dari ide telegraf, yang juga memanfaatkan arus untuk berkomunikasi


Baterai yang dibuat oleh Volta dikreditkan sebagai sel elektrokimia pertama. Ini terdiri dari dua elektroda: yang terbuat dari seng, yang lain dari tembaga. elektrolit adalah asam sulfat atau campuran air garam garam dan air. elektrolit yang ada dalam bentuk 2H + dan SO42-. Seng, yang lebih tinggi dari tembaga dan hidrogen dalam seri elektrokimia, bereaksi dengan sulfat bermuatan negatif. (SO42-) Ion-ion hidrogen bermuatan positif (proton) menangkap elektron dari tembaga, membentuk gelembung gas hidrogen, H2. Hal ini membuat seng batang elektroda negatif dan tembaga batang elektroda positif.


Namun, sel ini memiliki beberapa kelemahan juga. Ini tidak aman untuk menangani, sebagai asam sulfat, bahkan jika encer, sangat berbahaya. Selain itu, kekuatan sel berkurang seiring waktu karena gas hidrogen tidak dirilis, mengumpulkan hanya pada permukaan elektroda seng dan membentuk penghalang antara logam dan larutan elektrolit. Sel primitif secara luas digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjukkan hukum-hukum listrik dan dikenal sebagai baterai lemon.

Volta pensiun di tahun 1819 dalam real di Camnago, sebuah frazione Como sekarang disebut Volta Camnago setelah, di mana dia meninggal pada 5 Maret 1827. Ia dimakamkan di Camnago Volta.. Warisan Volta dirayakan oleh Temple di tepi Danau Como di pusat kota. Sebuah museum di Como, Gedung Voltian, telah dibangun untuk menghormatinya dan pameran beberapa peralatan asli ia digunakan untuk melakukan percobaan. Dekat Danau Como berdiri Olmo Villa, yang rumah Voltian Foundation, sebuah organisasi yang mempromosikan kegiatan ilmiah. Volta dilakukan studi eksperimental dan membuat penemuan pertama di Como. Atas jasanya, satuan beda potensial listrik dinamakan volt.

Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Alessandro_Volta
- http://www.pendongeng.com/biografi-ilmuwan-penemu/494-alessandro-giuseppe-antonio-anastasio-volta-penemu-batu-baterai-.html
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kumpulan Biografi Tokoh Terkenal dan Tokoh Indonesia Lengkap www.kolom-biografi.blogspot.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Senin, 06 Oktober 2014

Sejarah CIA dan Pengaruh di Indonesia


Ketika terjadi pemberontakan, sabotase dan spionase di beberapa negara dunia yang berseberangan dengan kepentingan Amerika, publik dan pengamat langsung menunjukkan jari mereka ke CIA. Apa itu CIA? Apa yang melatarbelakangi berdirinya CIA?
Disini saya coba mengutip beberapa sumber artikel dari wikipedia dan buku ‘Suar Suroso : Bung Karno – Korban Perang Dingin’ serta Confession of EHM dan A Games As Old As Empire.
Apa itu CIA?
Logo CIA
Logo CIA
CIA atau Central Intelligence Agency merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat (BIN-nya Indonesia). Didirikan pada 18 September 1947 sesuai penandatanganan NSA 1947 (National Security Act) oleh Presiden Harry S. Truman
CIA merupakan kamuflase dari OSS (Office of Strategic Services) yang menjadi agen spionase Amerika untuk pemenangan Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II berkecamuk, Amerika secara diam-diam mengambil kesempatan dengan membangun kekuatan baru secara rahasia di Eropa demi membendung pengaruh komunis. Kerja keras agen rahasia Amerika semakin bertambah, ketika fasis Hitler mengalami kekalahan dan diikuti kemenangan dan kemunculan kekuatan sosialis dan komunis di Eropa, Asia dan Amerika Latin.
Menghadapi ‘bahaya’ pertumbuhan pesat pengaruh komunis di berbagai negeri tersebut, dan demi mempengaruhi hasil pemilu di Italia [saat itu Italia akan melakukan pemilu, dan dari perhitungan survei, pemilu akan dimenangi Partai Komunis Italia] agar menguntungkan politik Amerika Serikat, diadakannya kampanye di kalangan orang kaya Wallstreet untuk menyumbangkan dana buat melakukan operasi-operasi rahasia.
Dalam hubungan ini, Allen Dulles dengan keras mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk segera mendirikan organisasi-organisasi rahasia demi melakukan berbagai operasi khusus-opsus. Maka pemerintah [AS] menyetujui dan menetapkan dua ketentuan penting mengenai operasi-operasi khusus ini :
1. Harus rahasia
2. Harus masuk akal untuk dapat dibantah adanya keterlibatan Pemerintah [AS], seandainya operasi tersebut terbongkar.
(Sumber : Bung Karno Korban Perang Dingin, hal:103)
Salah satu badan operasi khusus yang didirikan adalah CIA pada tahun 1947.
Fungsi CIA
Seperti dijelaskan di depan, CIA muncul sebagai reaksi perang dingin yakni antara Amerika Serikat (liberal kapitalis) dengan Uni Soviet (komunis-sosialis). Diawal-awal pembentukan, aksi-aksi CIA cukup memuaskan bagi pemerintah AS. CIA berhasil menenggelamkan paham komunis dan sosialis melalui berbagai konspirasi, sehingga perang ideologi cukup sukses dimenangkan Amerika. Dengan berkurangnya pengaruh Soviet serta hancurnya negara-negara sosialis melalui kudeta dan pemberontakkan, CIA mulai memasuki isu keamanan energi.
Operasi-operasi yang awalnya merupakan perang melawan ideologi (komunis, sosialis dan nasionalis), kini mereka bertugas menguasai negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam dan minyak dibawah kendali AS. Mereka terus memburu negeri-negeri yang kaya sumber daya alam, dari Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika hingga Indonesia (Buku : Confession Economic Hitman dan A Game as Old As Empire).
Untuk memuluskan rencana-rencana kotornya, selalu ada EHM yang mendahului jalan CIA. Indonesia yang kaya raya akhirnya dimiskinkan sejak 1967 hingga saat ini (penjajahan ekonomi). Dengan bantuan-bantuan ahli ekonomi AS, EHM, CIA, Word Bank, IMF, ADB, negara-negara seperti Indonesia, Panama, Paraguay terjerat utang dan terjajah secara ekonomi. Begitu juga negara-negara Afrika yang kaya dengan emas, alumunium, dan minyak, rakyatnya mati kelaparan.
Yang paling tragis, aksi-aksi lembaga dan organisasi AS ini didukung oleh sejumlah oknum di pemerintahan sejak Orde Baru. Emas dan Tembaga di Tembagapura disedot habis-habisan oleh Freeport ditengah kemiskinan dan rendahnya pendidikan masyarakat Papua. Kontrak migas pun dilelang seperti barang tidak berharga, dan mengakibat Indonesia terkatung-katung tatkala harga minyak naik (Juli 2008 ) dan konsumsi meningkat di atas 1 juta barel per hari.
Berbagai tindakan kejam perusahaan dan kepentingan Amerika mendapat legitisami hukum lewat beberapa UU (yang jelas melanggar UUD 1945). Kita tidak perlu bingung atas terbitnya beberapa UU (Migas, Pendidikan, Ekonomi), karena  produk hukum Indonesia merupakan titipan pemerintah Amerika.
Selain kedua hal tersebut [ideologi, keamanan energi dan ekonomi], CIA saat ini sedang bingung mengalahkan sejumlah kelompok Islam Radikal yang disebut sebagai teroris seperti Al-Qaeda, Taliban, Hamas, dan Hizbullah.
Keberhasilan CIA
Secara gamplang, CIA berhasil memberi hadiah kepada pemerintah Amerika atas kemenangannya membendung pengaruh komunisme, yakni hancurnya Uni Soviet tahun 1991 (kini Rusia), mengucilkan Korea Utara
Pesawat Spy Khusus CIA
Pesawat Spy Khusus CIA
dan Kuba, serta menyeret negara-negara Eropa Timur, Timur Tengah [Arab Saudi, Mesir, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab], Asia Tenggara (Filipina, Singapura, Indonesia), Asia Selatan [Pakistan, Afganistan, 'India'], Afrika, serta sejumlah negara lain [Jepang, Korsel] menjadi ‘anaknya’.
Disisi positifnya, banyak kasus yang ditangani CIA seperti peredaran narkotika, organasisi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, dan beberapa kontra-teroris berhasil dicapai CIA.
Beberapa ‘kemenangan sementara’ CIA:
– Berhasil memisahkan Korea Selatan dari pengaruh komunis (BKKPD)
– Berhasil memecahbelah Uni Soviet (1991) (BKKPD)
– Berhasil mengkudeta Pemerintahan Chili (Wikipedia)
– Berhasil menumbangkan Saddam Hussein (EHM)
– Berhasil mengusir Uni Soviet dari Afganistan atas bantuan Taliban (EHM)
– Berhasil men-amerika-kan Jerman Timur/Barat.
– Berhasil mengulingkan Soekarno melalui Gestapu 1965 (Gestapu merupakan kata yang dikenal militer AS : Gerakan September 30 –>format Inggris ; beda 30 September –>format Indonesia) -(BKKPD)
– Berhasil menliberalkan Italia (BKKPD)
– Berhasil menyepahamkan Prancis (BKKPD)
– Berhasil membunuh Presiden Ekuator, Jaime Roldos. (EHM)
– Berhasil membunuh Presiden Panama, Omar Torrijos.(EHM)
– Berhasil menguasai kepentingan Dinasti Saudi.(EHM)
– Berhasil menendang Uni Soviet dari Afganistan (1980-an)
– dan banyak lagi
Kegagalan CIA
Meskipun ada sejumlah keberhasilan CIA, namun banyak catatan hitam CIA yang terbongkar dan gagal.
– Agen CIA kecolongan informasi runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989
– CIA gagal menjaga WTC, 11 September 2001
– CIA gagal menutup kebohongan senjata pemusnah massal di Irak
– CIA gagal mempertahankan Venezuela, Brazil, Bolivia agar tidak bengis terhadap Amerika.
– CIA gagal melumpuhkan Iran setelah diplomatnya di’segel’ oleh mahasiswa di Teheran (4 November 1979).
– CIA gagalkan memecahkan Indonesia melalui pemberontakkan PRRI-Semesta di tahun 1957.
– Gagal membunuh Soekarno secara langsung
– 14 kali gagal membunuh Fidel Castro
– CIA gagal membelokkan paham di China
– TNI berhasil menembak jatuh pesawat pembom CIA pada 18 Mei 1958 dalam konspirasi PRRI-Semesta. Pilotnya, Allan Pope berhasil ditawan tentara setelah berhasil menyelamatkan diri dengan terjun payung.
Baca juga : Membongkar Kegagalan CIA – Adam Malik Agen CIA
Indonesia dan CIA
Sudah menjadi ‘habit’ jika suatu negara yang sangat maju dengan paham kehausan materi dan kekuasaan, mereka akan berusaha memperoleh apa saja dengan cara apapun. Kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat Indonesia saat ini tidak terlepas dari tangan-tangan CIA. Indonesia berhasil dijajah kembali (secara ekonomi dan politik) sejak 1967. CIA juga secara meyakinkan telah ikut serta dalam Gestapu 1965.
Dan beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemilu, banyak dana yang mengalir dari asing (tanpa terbongkar) atas prestasi CIA (masih belum terbukti). Sehingga, menjelang Pemilu 2009, kita harus waspada juga jika AS berkepentingan terhadap calon presiden nanti (jangan sampai  Pemilu Italia 1948 terulang di Indonesia).
Akhir kata, Soekarno, founding father kita hanyalah korban dari instansi CIA. Semoga melalui pengalaman sejarah, rakyat Indonesia paham betul dan merasa memiliki Indonesia. Jaga, rawat dan raihlah kembali Indonesia agar tidak jatuh ditangan asing. Meskipun Amerika saat ini sedang rapuh, Indonesia harus tetap waspada akan adanya CIA-CIA baru seperti  5 warga Australia [terindikasi spionase] yang masuk tanpa izin di tanah Papua pada September 2008 silam.
Begitu juga potensi ‘spy’ yang suatu saat mungkin saja muncul dari negara-negara kuat (China, India) maupun tetangga (Malaysia).
Penutup
Karena referensi buku dan artikel yang saya gunakan yakni John Perkins (EHM), Steven Hiat (AGAOAE), Suar Suroso (BKKPD), Wikipedia, belum tentu 100% benar, maka kritik, saran, koreksi dan masukan sangat saya harapkan. Untuk mendapatkan artikel yang lengkap mengenai CIA silahkan baca di : http://en.wikipedia.org/wiki/CIA
Terima Kasih (echnusa)
Sumber Referensi :
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/CIA)
Suar Suroso.2008. Bung Karno Korban Perang Dingin. Jakarta : Hasta Mitra (BKKPD)
John Perkins.2004. Confession of Economic Hitman. (EHM)
Steven Hiatt.2008. A Game as Old As Empire (AGAOAE)
Biro CIA (kontribusi blogger bayhakiramli )
Data CIA tentang Indonesia (kontribusi blogger bayhakiramli )

Ho Chi Minh - Sang Proklamator Vietnam



Ho Chi Minh lahir pada tahun 19 Mei 1890. Beliau adalah seorang tokoh proklamator Vietnam, sekaligus Perdana Menteri (1954) dan Presiden Vietnam Utara (1954 - 1969). Ho Chi Minh sebenarnya bernama Nguyễn Sinh Cung, yang juga biasanya dikenal sebagai Nguyễn Tất Thành, Nguyễn Ái Quốc (sebuah nama yang sering digunakan orang lainnya juga), Lý Thụy, Hồ Quang dan akrab dipanggil Bác Hồ (paman Hồ) di Vietnam.

 Minh terlahir dari keluarga miskin tapi berjiwa patriotis. Minh dan keluarganya serta rakyat Vietnam berjuang keras untuk membebaskan Vietnam dari penjajahan Vietnam. Pada saat itu, dibawah kekuasaan Prancis, Vietnam tergabung bersama Kamboja dan Laos yang membentuk zona Indochina. Di usianya yang masih sangat muda, 18 tahun, dia memulai perjuangannya dengan menjadi seorang koki di sebuah kapal angkutan barang. Lewat pekerjaan inilah yang memberikan dia kesempatan untuk berkunjung ke beberapa negara yang pada akhirnya mengantarkan dia sampai ke Rusia (dahulu Uni Soviet) untuk mempelajari ideologi komunis. Kecintaanya pada ideologi komunis semakin mengobarkan semangatnya untuk segera menerapkan paham tersebut di negaranya. Dan pada tahun 1933 bersama dengan beberapa orang Vietnam yang ada dalam pengungsian di Hongkong, mereka menyusun rencana untuk memerdekakan negaranya, Vietnam Utara.

Meskipun Minh  menganut paham komunis namun cara berpikirnya sangat liberal. Dari dialah kaum perempuan di Vietnam mendapatkan kesamaan hak dengan kaum pria untuk mendapatkan pendidikan. Jauh sebelum dia menjadi presiden, rakyat Vietnam yang  pendidikannya hanya sekitar 2% saja. Kemiskinan adalah masalah utama yang mengakibatkan kematian akibat kelaparan berjumlah sekitar 2 juta orang!

Pada tanggal 2 September 1969 Minh meninggal dunia tanpa istri dan anak yang menemani . Ada cerita yang beredar bahwa saat Ho Chi Minh berada di Hongkong, ia menikahi seorang gadis yang merupakan seorang pembantu yang bekerja pada agen mata -mata komunis. Setelah ada pembantaian para kaum komunis, Minh akhirnya pergi meninggalkan istrinya dantak pernah bertemu lagi. Dilukiskan bahwa hingga ajal menjelang dia hidup bagaikan seorang 'pengemis' yang tidak memiliki harta sepeserpun. Satu-satunya benda yang dia miliki hanyalah 2 stel pakaian dan 1 buah topi kebanggaannya. Walaupun secara biologis dia tidak memiliki anak namun di dalam hati, setiap rakyat Vietnam menganggapnya sebagai bapak, bapak bangsa Vietnam. Begitulah kebanggaan dan kecintaan rakyat Vietnam kepada sang pemimpinnya Ho Chi Minh. Sehingga untuk mengenang sang patriot mereka membangun sebuah 'makam' (Ho Chi Minh Mausoleum) di ibukota Hanoi.

Merupakan sebuah kebanggaan besar bagi setiap rakyat Vietnam untuk mengunjungi Ho Chi Minh
Ho Chi Minh Mausoleum, Hanoi, Vietnam
Ho Chi Minh Mausoleum, Hanoi, Vietnam (Photo credit: Wikipedia)
Mausoleum (dibangun tahun 1976). Setiap pelajar berjuang untuk mencapai nilai tertinggi supaya dapat memperoleh beasiswa untuk mengunjungi Ho Chi Minh Mausoleum. Dan bagi mereka yang berhasil maka akan dengan bangga memajang foto-foto mereka di ruangan rumah dan kamarnya. Bahkan keluarga mereka juga ikut merasakan kebanggaan tersebut.

Begitu besar cinta Ho Chi Minh kepada rakyatnya sehingga menjelang kematiannya beliau masih sempat memberikan wasiatnya agar supaya mayatnya jangan dikubur tapi dikremasi saja. Hal ini dimaksudkan supaya dapat menghemat lahan tanah untuk pertanian selain lebih higienis. Dan agar supaya dia dapat terus berada di tengah-tengah rakyatnya, beliau juga berpesan supaya abunya disebarkan di 3 lokasi, yaitu di Vietnam bagian utara, tengah dan selatan.

Sebagai penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasa Minh maka setelah bersatunya Vietnam Utara (Komunis) dan Vietnam Selatan (Sosialis) maka nama Ho Chi Minh dijadikan sebagai nama kota menggantikan Saigon.

Dengan perubahan dan tambahan dari buku Ho Chi Minh - Sang Proklamator Vietnam

Chiang Kai-shek

Chiang Kai-shek atau Jiang Jie-shi (Mandarin) (lahir di Fenghua, Zhejiang, 31 Oktober 1887 – meninggal di Taipei, Taiwan, 5 April 1975 pada umur 87 tahun) adalah salah seorang pemimpin kubu nasionalis yang berhadapan dengan kubu komunis dalam perang saudara di Tiongkok pada era Republik. Nama resminya adalah Jiang Zhong-zheng, sedangkan Jiang Jie-shi adalah nama kecilnya.
Pada tahun 1925, sepeninggal Dr. Sun Yat-sen, ia melanjutkan cita-cita revolusi Dr. Sun untuk mempersatukan Tiongkok di bawah satu pemerintahan. Pada masa tersebut, banyak raja-raja perang daerah berkuasa di daerah masing-masing karena tidak ada pemerintahan pusat yang kuat. Dengan jabatan Panglima Tentara Revolusi Rakyat ia kemudian melancarkan Ekspedisi Utara untuk menaklukkan raja-raja perang daerah tersebut. Dalam waktu 3 tahun, ia berhasil mempersatukan setengah wilayah Tiongkok di bawah pemerintahan Nasionalis Kuomintang di Nanjing.
Pada tahun 1937, Jepang menginvasi Tiongkok.

Perang saudara

Setelah Perang Dunia II usai, perang saudara antara kaum nasionalis dengan kaum komunis mulai berkobar lagi. Perang baru selesai pada tahun 1949 dan dimenangkan oleh Mao Zedong dengan diproklamasikannya Republik Rakyat Cina pada tanggal 1 Oktober. Chiang Kai Shek-pun melarikan diri ke pulau Formosa atau Taiwan, berharap suatu hari bisa membebaskan Tiongkok daratan secara keseluruhan. Di Taiwan, negara Republik Nasional Tiongkok tetap ada dan dipimpinnya sampai ia meninggal pada tahun 1975. Lalu ia diteruskan oleh putranya Chiang Ching-kuo.

Peran U Aung San Dalam Perang Kemerdekaan Myanmar


U Aung San lahir di Natmauk, kota kecil di daerah kering di Myanmar Tengah pada tanggal 13 Februari 1915, tiga puluh tahun setelah perang Inggris-Myanmar ketiga yang mengakhiri Kerajaan Mandalay menyebabkan seluruh negeri Myanmar berada di bawah pemerintahan Inggris. Penduduk memiliki tradisi mengabdi kepada raja-raja Myanmar dan beberapa nenek moyang U Aung San memperoleh kedudukan tinggi dalam pemerintahan.

Ketika U Aung San memasuki Universitas Yangoon, pemberontakan Hsya San yang terjadi setahun sebelumnya telah tertumpas dan pemimpinnya telah di hukum mati. Latar belakang pemberontakan ini disebabkan oleh penderitaan penduduk yang menuntut pembagian tanah, Inggris menganggapnya sebagai pemberontakan petani yang dipimpin oleh orang yang percaya takhayul dan ingin menjadi raja dan meremehkannya, hal itu menimbulkan simpati lebih besar dari kalangan orang Myanmar, mereka menganggap Hsya San sebagai tokoh yang tidak menarik pun terharu oleh keberanian dan semangat kebangsaan para pemberontak dan merasa kasihan karena pembalasan yang keji oleh pemerintah. Orang-orang Myanmar tidak pernah berdamai dengan kekuasaan asing walaupun telah dicapai hasil yang lumayan dari politik perdamaian Inggris.

Keterlibatan U Aung San dalam kegiatan politik mahasiswa terjadi secara selangkah demi selangkah kemudian secara cepat meningkat setelah tahun 1935. Ia bekerja sama dengan para pemuda seperti Nu, Hla, Rashid, Their Pein pe dan Kyaw Nyein, kemudian ia menjadi tokoh terkenal dalam gerakan kemerdekaan Myanmar. U Aung San menjadikan organisasi mahasiswa itu sebagai kekuatan politik yang patut diperhitungkan, mereka berusaha memasuki pimpinan perhimpunan mahasiswa yang konformis walaupun pada mulanya tidak berhasil tetapi nasionalisme mereka yang terus berkobar dan kerja keras akhirnya menuai hasil.
u aung san
Gambar : U Aung San


Pada tahun 1935-1936 kelompok kaum nasionalis muda telah berhasil menduduki sebagian besar kursi pimpinan perhimpunan mahasiswa, U Aung San sebagai salah seorang yang terpilih dalam Dewan Eksekutif menjadi editor majalah perhimpunan. Pada tahun 1936 taerjadi pemogokan yang merupakan tonggak penting dalam perkembangan politik kaum nasionalis muda, hal ini menyebabkan U Aung San dikenal secara luas sebagai pemimpin mahasiswa dimana ia berhasil menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Myanmar dan Himpunan Mahasiswa Universitas Yangoon.

Pada tahun 1938 ia keluar dari Universitas untuk menjadi anggota Dohbama Asi-ayone sebuah partai yang lahir dari kancah huru hara Indo-Myanmar pada tahun 1930. Penguasa Inggris menginginkan istilah Thakin yang berarti tuan tanah agar diucapkan oleh orang Myanmar dan menjadikan mereka sebagai bawahannya. Dengan menerepkan gelar bagi diri mereka sendiri para Thakin muda itu menyatakan hak orang Myanmar menjadi tuan di negeri sendiri dengan warna nasionalisme yang berani sehingg muncullah percekcokkan dalam tubuh organisasi, sehingga timbullah dua golongan, U Aung San bergabung dengan faksi besar yang dipimpin oleh Thakin Kodaw Hmaing dan menjabat sebagai sekretaris jenderal Dohmana Asi-ayone dan kemudian dialah yang menyusun manifesto.

Pada tahun 1938-1939 terjadi peristiwa penting yang dikenal dengan Revolusi 1300. U Aung San adalah salah seorang yang dianggap bisa mengatasi persaingan antara faksi dan keprihatinan, Ia menjadi anggota pendiri serta sekretaris jenderal dalam suatu kelompok yang digambarkan sebagai studi Marxis. U Aung San tidak bersikap fanatik, ia beranggapan bahwa yang luas baginya ialah luas lingkup teori sosial namun pencarian sebenarnya adalah gagasan dan siasat yang dapat mencapai kemerdekaan dan percatuan bagi negerinya. Pada tahun 1939 U Aung San memimpin suatu kubu kemerdekaan yang diberi nama sindiran gagasan Thakin U Aung San. Tujuannya ialah melawan dan memberontak pada pemerintahan Inggris, namun menjelang akhir tahun 1942 banyak pemimpin Thakin dan Ba maw yang dimasukkan ke dalam penjara, kemudian keluarlah surat perintah atas penangkapan U Aung San, namun ia mendapat peringatan dan dapat segera menghilang.


A. GERAKAN NASIONALISME U AUNG SAN DALAM MERAIH KEMERDEKAAN MYANMAR
U Aung San telah memperkirakan bahwa suatu saat diperlukan perjuangan senjata, namun ia tidak selalu mengesampingkan kemungkinan mendapatkan kemerdekaan melalaui cara konstitusional. Pada Agustus 1940, U Aung San bersama seorang Thakin lain, Hla Nyaring (Yang aung) meninggalkan Myanmar dengan kapal Hai Lee dan tiba di Kulangsu, daerah pemukiman internasional di Amoy, Cina. Selama beberapa bulan keduanya terdampar disana tanpa mencapai hubungan dengan komunis Cina. Namun keduanya didekati oleh agen Jepang, kemudian pergi ke Tokyo untuk menemui kolonel Kenji Suzuki, seorang opsir militer Jepang yang terkenal sebagai kepala Minami Kikan, sebuah organisasi rahasia yang bertugas membantu kemerdekaan Myanmar.

Di Tikyo, U Aung San dan Suzuki membina sejenis pengertian bersama, namun keduanya masih terdapat pemikiran yang berbeda. Meskipun Suzuki menghargai U Aung San atas kejujuran dan patriotismenya, ia juga mengeluarkan kritikan keras yang berpendapat bahwa pemikiran politik U Aung San kurang matang. Dalam mendekati Jepang U Aung San merasa khawatir dan was-was. Karena meskipun ia mengagumi patriotisme, kebersihan, dan pengorbanan diri masyarakat Jepang, ia merasa berkeberatan terhadap kekasaran beberapa pandangan kemiliterannya dan agak terkejut oleh sikap mereka terhadap wanita.

Tentara Kemerdekaan Myanmar (TKM) secara resmi dibentuk di Bangkok pada bulan Desember 1941. TKM merupakan pasukan yang terdiri atas para pemuda yang dilatih di Hainan, orang-orang Thai dari Myanmar, dan para anggota Minami Kikan. Para anggota pasukan tersebut mengangkat sumpah setia, dan opsirnya menggunakan nama Suzuki menjadi Moegyo (halilintar) dan U Aung San menjadi Teza (api). Penyerbuan TKM ke Myanmar bersama bala tentara Jepang menjadi kebanggaan tersendiri dan menimbulkan kegembiraan bagi orang Myanmar, mereka merasa bahwa pada akhirnya kehormatan bangsa dapat ditegakkan. Namun U Aung San dan beberapa kawan seperjuangannya segera menyadari bahwa kesulitan akan timbul nanti.

Para anggota Minami Kikan, yang menyadari kehormatan dan janji untuk memberikan kemerdekaan kepada Myanmar merasa kecewa dengan perkembangan situasi. Sesungguhnya Suzuki telah menyusun pemerintahan pusat dengan Tun Ok sebagai kepala pemerintahan segera setelah Yangoon jatuh ke tangan Jepang pada Maret 1942. Pemerintahan itu hanya berlangsung singkat karena setelah pendudukan itu dilanjutkan, pemerintah militer Jepang mengambil alih pemerintahan tersebut. Myanmar diperlakukan terus sebagai wilayah taklukan. U Aung San tidak mambayangkan hal ini sebelumnya, ia memusatkan perhatian untuk memperkuat dan mendisiplinkan tentara, karena sadar bahwa usaha untuk mencapai kemerdekaan masih sangat panjang.

U Aung San dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal dan diundang ke Jepang untuk diberi bintang jasa oleh kaisar pada bulan maret 1943. Perutusan ke Tokyo dipimpin oleh Ba Maw, di disamping U Aung San juga terdapat dua negarawan terkemuka yaitu Thein Maung dan Mya, perdana menteri Jepang. Jenderal Tojo mengumumkan bahwa dalam bulan Januari Myanmar akan segera mendapatkan kemerdekaan. Pada 1 Agustus 1943, Myanmar dinyatakan sebagai negara merdeka yang berdaulat dan menjadi anggota yang sederajat dalam lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Kemudian Ba Maw diangkat menjadi kepala negara dengan gelar adipati yang merangkap sebagai perdana menteri, sedangkan U Aung San menjadi perdana menteri urusan perang.

Permusuhan yang muncul antara kaum komunis dan kaum sosialis dari partai revolusioner Myanmar menjadi masalah berat yang harus diatasi oleh U Aung San. Para pemimpin komunis itu ialah Soe, Than tun dan Ba Hein, sedangkan Kyaw nyein dan Ba Swe adalah dua orang diantara kaum sosialis yang pailng utama dan giat. U Aung San berusaha keras agar kedua belah pihak dapat bersatu. Pada bulan Agustus 1944, U Aung San mengadakan pertemuan rahasia selama beberapa hari dengan Soe, Than Tun dan Ba Hein. U Aung San mengusulkan mengenai pembentukkan organisasi serta rencana aksi bersama, usul ini disetujui.

Setelah kekuatan dalam tubuh sendiri dapat disatukan, tinggalah mencari jalan untuk dapat berhubungan dengan pasukan sekutu sebelum memutuskan rencana perlawanan. Pada tanggal 27 Maret 1945, ketika pasukan Myanmar di seluruh pelosok negeri bangkit melawan Jepang, sepuluh hari sebelumnya U Aung San ikut serta dalam pawai upacara di Yangoon. Setelah pawai berakhir, ia dan kawan-kawannya bersama-sama keluar dari ibukota untuk melakukan manuver. Pada tanggal 15 Mei, U Aung San bersama seorang perwira staf pergi menemui Slim di markasnya. Dalam pembicaraan selanjutnya, U Aung San menegaskan dirinya sebagai wakil pemerintahan sementara sekutu. Ia berusaha memperoleh konsesi yang seluas-luasnya dari opsir Inggris itu, ia membawa diri secara lebih realistis, kooperatif dan memperlihatkan kejujuran sehingga Slim menyukai dan menghargainya.

Setelah pembicaraan antara U Aung San dan Slim, pasukan Myanmar dan sekutu bergabung muntuk menyerang bala tentara Jepang. Serangan ini berakhir kekalahan pada pihak Jepang. Pada tanggal 15 Juni, angkatan bersenjata Myanmar bersama-sama dengan satuan-satuan yang mewakili kerajaan Inggris dan pasukan sekutu mengadakan pawai kemenangan di Yangoon. Pada bulan agustus 1945, organisasi antifasis diperluas dengan mencakup organisasi-organisasi dan perorangan yang mewakili berbagai kepentingan sosial dan politik dan manggunakan nama Liga Kemerdekaan Rakyat Antifasis (LKRA).

Tahun 1945-1947 memperlihatkan kemunculan U Aung San sebagai pemimpin yang kuat dan negarawan yang cakap serta memperoleh kepercayaan dan kecintaan rakyatnya, ia mengecam oarang yang menginginkannya tetap berada dalam angkatan bersenjata. Pada bulan Mei 1945, pemerintah Inggris telah menjelaskan politiknya mengenai masa depan Myanmar dalam Buku Putih. Bagaimanapun pelaksanaannya, selama tiga tahun akan diperintah oleh gubernur secara langsung, dan pada saatnya kemudian pemilihan dan pembentukkan kembali Dewan serta pembuat Undang-undang Myanmar tahun 1935. Persyaratan yang terdapat dalam Buku Putih ini seluruhnya tidak dapat diterima oleh LKRA. Para pemimpin LKRA menjelaskan bahwa LKRA merupakan partai yang mewakili negara dan oleh karena itu harus diperbolehkan untuk membentuk pemerintahan sementara nasional guna menggantikan pemerintahan militer.

Meskipun penggantian gubernur tidak mengubah kebijakan politik LKRA, namun ada juga perubahan dalam hal pendekatan pemerintah Inggris, sehingga politik kemerdekaan memasuki tahap baru. Dewan gubernur yang lama dibubarkan. Kemudian pada bulan September 1946, U Aung San diangkat menjadi wakil ketua Dewan Eksekutif tersebut dalam bidang pertahanan dan urusan luar. Rakyat memang kukuh berdiri dibelakangnya tetapi ia tidak bebas dari masalah. Lebih keras daripada tantangan yang datang dari partai politik yang mencoba menantang kedudukan LKRA adalah masalah dari dalam organisasi sendiri.

Pada bulan Desember, LKRA menerima undangan dari Pemerintah Inggris untuk berkunjung ke London guna membahas langkah-langkah yang diperlukan dalam membentuk Myanmar menjadi negara merdeka yang berdaulat. Dalam kunjungan dan pembicaraannya di Inggris tersebut menghasilkan ”Persetujuan U Aung San-Attlee”. Dua orang anggota delegasi Myanmar menolak menandatangani persetujuan itu, Kedua orang itu adalah Saw, perdana menteri terdahulu dan Ba Shein dari Dohbama Asi-ayone yang bersama Tun Ok memimpin faksi minoritas Thakin pasca perpecahan pada tahun 1938. Setelah tiba kembali di Myanmar, Saw dan Ba Shein bergabung dengan Ba Maw dan Paw Tun yang juga seorang mantan perdana menteri. Mereka membentuk oposisi nasional, dengan menuduh U Aung San telah menyerang pihak imperialis agar memegang jabatan.

U Aung San tidak terlalu terganggu dengan tuduhan lawan politiknya. Ia segera mengadakan perundingan dengan kelompok minoritas dalam negeri. Persetujuan yang dicapai dengan Inggris masih menetapkan batas-batas negara bakal akan ditentukan oleh penduduk. Konferensi untuk menyelesaikan masalah itu direncanakan akan diadakan di Panglong pada bulan Februari. Konferensi Panglong menghasilkan persetujuan yang mengakui bahwa kemerdekaan akan lebih cepat diperoleh suku bangsa Shan, Kachin dan Chin melalui kerja sama dengan Pemerintah Myanmar Sementara, merupakan puncak misi U Aung San untuk menyatukan suku bangsa yang beraneka ragam di Myanmar. Beberapa waktu setelah konferensi Panglong, U Aung San mengadakan perjalanan keliling yang meletihkan ke seluruh pelosok negeri, ia mengkampanyekan LKRA dalam pemilihan bulan April kemudian. Hubungan khusus tubuh antara masyarakat Myanmar dan pemimpin muda yang baru menginjak usia 32 tahun itu.

LKRA mengemukakan politik kemerdekaan dalam rapat bulan Mei, sebuah dewan dibnetuk untuk merencanakan konstitusi republik yang berdaulat dan bebas, yang disebut Uni Myanmar. Kemudian setelah kemerdekaan tercapai ia akan meninggalkan politik untuk mengabdikan diri pada keluarga dan peda kegiatan menulis. Namun hal itu tidak terlaksana. Dalam suatu rapat Dewan Eksekutif tanggal 19 Juli, U Aung San bersama enam anggota dewan termasuk Ba Win (kakak sulungnya) seorang anggota senior pemerintahan, serta seorang ajudan muda dibunuh oleh orang-orang berseragam yang mendobrak masuk ke dalam ruang yang tidak mendapat penjagaan dengan bersenjatakan senapan mesin. Setelah diselidiki ternyata mereka adalah suruhan Saw, mantan perdana menteri yang mempunyai ambisi besar dan tidak rela terhadap menanjaknya kepemimpinan nasional U Aung San. Saw terbukti bersalah dan mendapat hukuman mati.

Meskipun U Aung San telah meninggal dunia, kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan jiwa raganya menjadi kenyataan di negerinya. Nu, anggota LKRA yang paling senior dapat lolos dari maut, merampungkan perundingan terakhir dan pada tanggal 4 Januari 1949, lahirlah Uni Myanmar yang merdeka.