Setelah selesai membangun jembatan Situbanda, Rama dan pasukan
Pancawatipun bergerak menyebrangi lautan. Merekapun sampai di wilayah
Alengka yaitu di Suwelagiri. Prabu Rama memerintahkan pasukannya untuk
berhenti dan beristirahat. Prabu Rama segera menentukan tempat
pesanggrahan bagi prajurit Pancawati. Prabu Rama meminta agar tempat ini
bisa menjadi pusat pertahanan Kerajaan Pancawati. Akhirnya para
Prajurit Pancawati mendirikan perkemahan di Suwelagiri.
Pada keesokan harinya, Prabu Rama memerintahkan Senapati Anggada pergi ke Istana Alengka menemui Prabu Dasamuka. Untuk menyampaikan dua pilihan, apakah Prabu Dasamuka akan menyerahkan kembali Dewi Sinta kepada Prabu Rama, ataukah harus menghadapi kekuatan senjata Perajurit Pancawati. Kemudian Anggada berangkat ke Istana Alengka untuk menemui Prabu Dasamuka.
Di Alengka, dikisahkan para raksasa sedang melakukan penjagaan ketat, dikarenakan trauma dengan kejadian sebelumnya, yaitu kota Alengka pernah dibakar oleh Anoman. Ketika sedang bertugas berjaga-jaga para raksasa dikejutkan oleh kedatangan seekor kera merah yang bernama Anggada. Peperangan tidak bisa dihindari, para raksasa dengan ganas menyerang Anggada, begitu juga sebaliknya. Namun pertempura akhirnya diberhentikan dengan kedatangan Rahwana. Rahwana mendekati Anggada dan menanyakan maksud dari kedatangannya ke Alengka. Anggada diajak ke balai paseban agung. Anggada memperkenalkan diri dan menceritakan dirinya adalah anak dari Subali. Seketika itu juga Rahwana menangis dihadapan Anggada. Rahwana berakting sedih guna mengelabui Anggada, dan kemudian bisa diperalat. Anggada disanjung, diperlakukan dan dijamu dengan baik.
Prabu Dasamuka menampakkan kerinduan pada Anggada, dia meratapi kematian Subali. Anggada menjadi bingung, tidak terpikir olehnya Prabu Dasamuka yang sejahat itu bisa menangis. Akhirnya Prabu Dasamuka menceritakan peristiwa terbunuhnya Subali, ayahnda Anggada oleh pamannya, Sugriwa dan Prabu Rama. Oleh karena itu Prabu Dasamuka meminta agar Anggada menyatukan diri dengan kekuatan Alengka dan membalas kematian Ayahnda Subali.
Anggada terdiam di dalam hatinya bertanya tanya apakah betul yang dikatakan Dasamuka. Anggada pernah mendengar dari ibunda Dewi Tara, sebab-musabab terjadinya perselisihan ayahanda Sugriwa dan uwa Subali, sehingga menyebabkan kematian Subali. Juga mengenai Subali yang pernah ditipu dan mau dibunuh oleh Prabu Dasamuka, setelah Subali menyerahkan Aji Pancasona kepada Prabu Dasamuka.
Anggada menegaskan kembali bahwa kedatangannya menjadi utusan Prabu Rama, yaitu minta Prabu Dasamuka mengembalikan Dewi Sinta kepada Prabu Rama atau menghadapi perang dengan kekuatan senjata. Prabu Dasamuka memilih melakukan perang melawan Prabu Rama dan dimintanya Anggada menyatu dengan kekuatan Alengka.
Anggada berpamitan pada Prabu Dasamuka, dan ia ingin membalas kematian ayahnya pada Sugriwa dan Prabu Rama. Selesai berpamitan, tiba tiba Anggada mengambil mahkota yang dipakai Prabu Dasamuka, dan membawa lari mahkota kerajaan Alengkadiraja kembali ke Suwelagiri..
Sesampai diperkemahan Prabu Rama di Suwelagiri, Anggada menceriterakan segala sesuatunya kepada Prabu Rama, dan diserahkannya tandabukti kalau sudah bertemu dengan Prabu Dasamuka, berupa mahkota Prabu Dasamuka.Prabu Rama menerima mahkota kerajaan Alengka dan kemudian diserahkan kepada narpati Sugriwa agar memakainya. Narpati Sugriwapun menerimanya dan memakai mahkota
Hati Anggada semakin lama semakin mendidih sejak mendapat hasutan Prabu Dasamuka. Anggada mencoba melupakan, tetapi tidak bisa. Semakin ditahan semakin membara, Anggada menahan gejolak kemarahan yang luar biasa, makin lama makin sudah tidak bisa terbendung lagi. Tiba tiba saja meledaklah kemarahannya, dihampirinya Sugriwa dan dipukulnya keras keras, sehingga pamannya, Sugriwa, terjatuh terkapar dan pingsan. Anggada kemudian merangsek menyerang Anoman, Anila dan para senapati kera lainnya. Posisi mereka menghalangi Anggada untuk menyerang Prabu Rama. Anggada berniat membalas kematian ayahnya Subali. Ia ingin membunuh Paman Sugriwa juga Prabu Rama. Anoman dan Anila menangkap Anggada dan menenangkannya.
Sementara itu paman Sugriwa sudah sadar dari pingsannya. Melihat keadaan Anggada sedemikian itu, Sugriwa memastikan bahwa penyebabnya pasti karena adu domba dari Prabu Dasamuka, antara Anggada dan Sugriwa. Kemudian Sugriwa menceriterakan Riwayat Sugriwa Subali. Sebenarnya hal itu terjadi ketika Ibu Anggada, Dewi Tara, sejak dianugerahkan pada Sugriwa dari Batara Guru menjadi rebutan antara Sugriwa dan Subali. Maka menjadikan keberadaan Anggada tidak bisa dipastikan, siapakah ayah Anggada yang sebenarnya, Sugriwa atau Subali. Sugriwa dan Subali saling mengaku, kalau Anggada adalah anaknya.Tetapi bagi Sugriwa merasa, bahwa Anggada betul betul puteranya. karena Dewi Tara adalah istrinya sebelum direbut oleh Subali. Namun dari beberapa versi lain Anggada ditetapkan sebagai anak Resi Subali.
Setelah mendengarkan cerita dari Pamannya, Sugriwa, Anggada bisa lebih tenang, Sekarang bagi Anggada, Subali atau Sugriwa yang menjadi ayahnya, sama saja. Apalagi Sugriwa sangat sayang pada dirinya, dan Resi Subali pun telah tiada.
Sementara itu di taman Argasoka, Dewi Sinta menolak kehendak Prabu Dasamuka, yang berniat memperistrinya. Ia meminta kepada Prabu Dasamuka untuk mengembalikan dirinya kepada Prabu Rama, apalagi Prabu Rama sudah berada di negera Alengka. Prabu Dasamuka menjadi marah, ia berniat akan memenggal kepala Rama dan Laksmana.
Pada suatu hari diistana Alengka ada dua orang kesatria yang tampan parasnya, yang berniat menghadap Prabu Dasamuka, untuk minta pekerjaan pada Prabu Dasamuka. Mereka bernama Trikala dan Kalasekti. Prabu Dasamuka bergirang hati, melihat kedatangan mereka. Prabu Dasamuka segera memanggil keduanya, Kedua kesatria merasa senang, ketika Prabu Dasamuka menerima mereka menjadi punggawa pada Kerajaan Alengka. Kedua Kesatria itu diminta kesetiaannya oleh prabu Dasamuka.Mereka diminta kesetiaannya, apakah mereka bersedia mati untuk Prabu Dasamuka. Tanpa berpikir panjang keduanya menyatakan siap mati, andaikata diminta mati oleh Prabu Dasamuka. Mereka terkejut ketika tanpa diduga sebelumnya, Prabu Dasamuka menjambak rambut mereka dan memenggal kepalanya. Kedua satria tampan itu tewaslah menjadi korban kejahatan Prabu Dasamuka.
Kemudian kedua kepala pemuda tampan itu dibawanya dengan baki emas, menuju Taman Argasoka, menemui Dewi Sinta. Dewi Sinta terkejut melihat kedua kepala yang dibawa Prabu Dasamuka. Juga dikatakan oleh Prabu Dasamuka, bahwa kedua kepala itu, betul betul kepala Prabu Rama dan Laksmana. Dewi Sinta menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan Prabu Dasamuka. Hati Dewi Sinta mencoba untuk tidak percaya apa yang dikatakan Prabu Dasamuka. Dewi Sinta meyakinkan dirinya bahwa perbuatan Prabu Dasamuka itu adalah perbuatan Rekayasa.
Prabu Dasamuka meyakinkan Dewi Sinta bahwa kepala kepala dalam baki itu, adalah kepala Prabu Rama dan Laksmana. Makanya Dewi Sinta harus menurut perintah Prabu Dasamuka, dan tidak boleh ada alasan lagi kembali ke Prabu Rama.
Mendengar kata kata Prabu Dasamuka, menjadi sedih, dan minta agar Prabu Dasamuka membawa kembali kepala kepala itu keluar dari taman Argasoka. Dewi Trijata juga mengingatkan agar Prabu Dasamuka jangan menyakiti hati Dewi Sinta. Prabu Dasamukapun membawa kembali kepala kepala itu,dan meninggalkan taman Argasoka.
Dewi Sinta menangisi kematian Prabu Rama dan Laksmana. Melihat keadaan Dewi Sinta tersebut, Dewi Trijata menghibur, bahwa kepala kepala yang dibawa Prabu Dasamuka belum tentu benar kalau itu kepala Prabu Rama dan Laksmana. Dewi Trijata kemudian bermaksud menemui Prabu Rama dan Laksmana di Suwelagiri.
Akhirnya pergilah Dewi Trijata ke Suwelagiri. Sesampai di Suwelagiri ternyata Dewi Trijata masih bisa melihat Prabu Rama dan Laksmana.
Dewi Trijata kemudian kembali ke Taman Argasoka, dan memberikan kabar baik kepada Dewi Sinta bahwa Prabu Rama dan Laksmana masih hidup, dan dalam keadaan sehat-sehat saja. Dewi Sinta pun menjadi lega.
Pada keesokan harinya, Prabu Rama memerintahkan Senapati Anggada pergi ke Istana Alengka menemui Prabu Dasamuka. Untuk menyampaikan dua pilihan, apakah Prabu Dasamuka akan menyerahkan kembali Dewi Sinta kepada Prabu Rama, ataukah harus menghadapi kekuatan senjata Perajurit Pancawati. Kemudian Anggada berangkat ke Istana Alengka untuk menemui Prabu Dasamuka.
Di Alengka, dikisahkan para raksasa sedang melakukan penjagaan ketat, dikarenakan trauma dengan kejadian sebelumnya, yaitu kota Alengka pernah dibakar oleh Anoman. Ketika sedang bertugas berjaga-jaga para raksasa dikejutkan oleh kedatangan seekor kera merah yang bernama Anggada. Peperangan tidak bisa dihindari, para raksasa dengan ganas menyerang Anggada, begitu juga sebaliknya. Namun pertempura akhirnya diberhentikan dengan kedatangan Rahwana. Rahwana mendekati Anggada dan menanyakan maksud dari kedatangannya ke Alengka. Anggada diajak ke balai paseban agung. Anggada memperkenalkan diri dan menceritakan dirinya adalah anak dari Subali. Seketika itu juga Rahwana menangis dihadapan Anggada. Rahwana berakting sedih guna mengelabui Anggada, dan kemudian bisa diperalat. Anggada disanjung, diperlakukan dan dijamu dengan baik.
Prabu Dasamuka menampakkan kerinduan pada Anggada, dia meratapi kematian Subali. Anggada menjadi bingung, tidak terpikir olehnya Prabu Dasamuka yang sejahat itu bisa menangis. Akhirnya Prabu Dasamuka menceritakan peristiwa terbunuhnya Subali, ayahnda Anggada oleh pamannya, Sugriwa dan Prabu Rama. Oleh karena itu Prabu Dasamuka meminta agar Anggada menyatukan diri dengan kekuatan Alengka dan membalas kematian Ayahnda Subali.
Anggada terdiam di dalam hatinya bertanya tanya apakah betul yang dikatakan Dasamuka. Anggada pernah mendengar dari ibunda Dewi Tara, sebab-musabab terjadinya perselisihan ayahanda Sugriwa dan uwa Subali, sehingga menyebabkan kematian Subali. Juga mengenai Subali yang pernah ditipu dan mau dibunuh oleh Prabu Dasamuka, setelah Subali menyerahkan Aji Pancasona kepada Prabu Dasamuka.
Anggada menegaskan kembali bahwa kedatangannya menjadi utusan Prabu Rama, yaitu minta Prabu Dasamuka mengembalikan Dewi Sinta kepada Prabu Rama atau menghadapi perang dengan kekuatan senjata. Prabu Dasamuka memilih melakukan perang melawan Prabu Rama dan dimintanya Anggada menyatu dengan kekuatan Alengka.
Anggada berpamitan pada Prabu Dasamuka, dan ia ingin membalas kematian ayahnya pada Sugriwa dan Prabu Rama. Selesai berpamitan, tiba tiba Anggada mengambil mahkota yang dipakai Prabu Dasamuka, dan membawa lari mahkota kerajaan Alengkadiraja kembali ke Suwelagiri..
Sesampai diperkemahan Prabu Rama di Suwelagiri, Anggada menceriterakan segala sesuatunya kepada Prabu Rama, dan diserahkannya tandabukti kalau sudah bertemu dengan Prabu Dasamuka, berupa mahkota Prabu Dasamuka.Prabu Rama menerima mahkota kerajaan Alengka dan kemudian diserahkan kepada narpati Sugriwa agar memakainya. Narpati Sugriwapun menerimanya dan memakai mahkota
Hati Anggada semakin lama semakin mendidih sejak mendapat hasutan Prabu Dasamuka. Anggada mencoba melupakan, tetapi tidak bisa. Semakin ditahan semakin membara, Anggada menahan gejolak kemarahan yang luar biasa, makin lama makin sudah tidak bisa terbendung lagi. Tiba tiba saja meledaklah kemarahannya, dihampirinya Sugriwa dan dipukulnya keras keras, sehingga pamannya, Sugriwa, terjatuh terkapar dan pingsan. Anggada kemudian merangsek menyerang Anoman, Anila dan para senapati kera lainnya. Posisi mereka menghalangi Anggada untuk menyerang Prabu Rama. Anggada berniat membalas kematian ayahnya Subali. Ia ingin membunuh Paman Sugriwa juga Prabu Rama. Anoman dan Anila menangkap Anggada dan menenangkannya.
Sementara itu paman Sugriwa sudah sadar dari pingsannya. Melihat keadaan Anggada sedemikian itu, Sugriwa memastikan bahwa penyebabnya pasti karena adu domba dari Prabu Dasamuka, antara Anggada dan Sugriwa. Kemudian Sugriwa menceriterakan Riwayat Sugriwa Subali. Sebenarnya hal itu terjadi ketika Ibu Anggada, Dewi Tara, sejak dianugerahkan pada Sugriwa dari Batara Guru menjadi rebutan antara Sugriwa dan Subali. Maka menjadikan keberadaan Anggada tidak bisa dipastikan, siapakah ayah Anggada yang sebenarnya, Sugriwa atau Subali. Sugriwa dan Subali saling mengaku, kalau Anggada adalah anaknya.Tetapi bagi Sugriwa merasa, bahwa Anggada betul betul puteranya. karena Dewi Tara adalah istrinya sebelum direbut oleh Subali. Namun dari beberapa versi lain Anggada ditetapkan sebagai anak Resi Subali.
Setelah mendengarkan cerita dari Pamannya, Sugriwa, Anggada bisa lebih tenang, Sekarang bagi Anggada, Subali atau Sugriwa yang menjadi ayahnya, sama saja. Apalagi Sugriwa sangat sayang pada dirinya, dan Resi Subali pun telah tiada.
Sementara itu di taman Argasoka, Dewi Sinta menolak kehendak Prabu Dasamuka, yang berniat memperistrinya. Ia meminta kepada Prabu Dasamuka untuk mengembalikan dirinya kepada Prabu Rama, apalagi Prabu Rama sudah berada di negera Alengka. Prabu Dasamuka menjadi marah, ia berniat akan memenggal kepala Rama dan Laksmana.
Pada suatu hari diistana Alengka ada dua orang kesatria yang tampan parasnya, yang berniat menghadap Prabu Dasamuka, untuk minta pekerjaan pada Prabu Dasamuka. Mereka bernama Trikala dan Kalasekti. Prabu Dasamuka bergirang hati, melihat kedatangan mereka. Prabu Dasamuka segera memanggil keduanya, Kedua kesatria merasa senang, ketika Prabu Dasamuka menerima mereka menjadi punggawa pada Kerajaan Alengka. Kedua Kesatria itu diminta kesetiaannya oleh prabu Dasamuka.Mereka diminta kesetiaannya, apakah mereka bersedia mati untuk Prabu Dasamuka. Tanpa berpikir panjang keduanya menyatakan siap mati, andaikata diminta mati oleh Prabu Dasamuka. Mereka terkejut ketika tanpa diduga sebelumnya, Prabu Dasamuka menjambak rambut mereka dan memenggal kepalanya. Kedua satria tampan itu tewaslah menjadi korban kejahatan Prabu Dasamuka.
Kemudian kedua kepala pemuda tampan itu dibawanya dengan baki emas, menuju Taman Argasoka, menemui Dewi Sinta. Dewi Sinta terkejut melihat kedua kepala yang dibawa Prabu Dasamuka. Juga dikatakan oleh Prabu Dasamuka, bahwa kedua kepala itu, betul betul kepala Prabu Rama dan Laksmana. Dewi Sinta menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan Prabu Dasamuka. Hati Dewi Sinta mencoba untuk tidak percaya apa yang dikatakan Prabu Dasamuka. Dewi Sinta meyakinkan dirinya bahwa perbuatan Prabu Dasamuka itu adalah perbuatan Rekayasa.
Prabu Dasamuka meyakinkan Dewi Sinta bahwa kepala kepala dalam baki itu, adalah kepala Prabu Rama dan Laksmana. Makanya Dewi Sinta harus menurut perintah Prabu Dasamuka, dan tidak boleh ada alasan lagi kembali ke Prabu Rama.
Mendengar kata kata Prabu Dasamuka, menjadi sedih, dan minta agar Prabu Dasamuka membawa kembali kepala kepala itu keluar dari taman Argasoka. Dewi Trijata juga mengingatkan agar Prabu Dasamuka jangan menyakiti hati Dewi Sinta. Prabu Dasamukapun membawa kembali kepala kepala itu,dan meninggalkan taman Argasoka.
Dewi Sinta menangisi kematian Prabu Rama dan Laksmana. Melihat keadaan Dewi Sinta tersebut, Dewi Trijata menghibur, bahwa kepala kepala yang dibawa Prabu Dasamuka belum tentu benar kalau itu kepala Prabu Rama dan Laksmana. Dewi Trijata kemudian bermaksud menemui Prabu Rama dan Laksmana di Suwelagiri.
Akhirnya pergilah Dewi Trijata ke Suwelagiri. Sesampai di Suwelagiri ternyata Dewi Trijata masih bisa melihat Prabu Rama dan Laksmana.
Dewi Trijata kemudian kembali ke Taman Argasoka, dan memberikan kabar baik kepada Dewi Sinta bahwa Prabu Rama dan Laksmana masih hidup, dan dalam keadaan sehat-sehat saja. Dewi Sinta pun menjadi lega.