Pages

Subscribe:

Jumat, 04 November 2016

Panduan praktis budidaya belut


   Panduan praktis budidaya belut
Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat.
Memilih bibit belut
Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:
  • Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.
  • Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
  • Tidak cacat atau luka secara fisik.
  • Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.
Menyiapkan kolam budidaya belut
Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang.
Media tumbuh untuk budidaya belut
Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
  • Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
  • Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
  • Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
  • Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
  • Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.
  • Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.
  • Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
  • Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.
Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.
Penebaran bibit dan pengaturan air
Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.
Pemberian pakan
Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
  • Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
  • Umur 1-2 bulan: 1 kg
  • Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
  • Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.
Pemanenan
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam.

ASAL USUL PENGHUNI PERTAMA DAERAH KENDARI DAN DARATAN SULAWESI TENGGARA


            Mengenai asal usul penghuni pertama daratan Sulawesi Tenggara, antara lain telah di singgung oleh peneliti-peneliti sebelum ini. Bertin Lakebo dalam penelitiannya (1977-1978) menyinggung bahwa wilayah ini pernah dihuni oleh penduduk asli yang dikenal sebagai To Laiwoi atau Tokea.
                Karakteristik penduduk asli ini ialah : mereka tinggal di gua-gua dan hidup dari umbi-umbian dan binatang hasil buruan (Lakebo, 1977 : 20). Sekiranya apa yang diungkapkan oleh Lakebo ini benar, mungkin saja To Laiwoi atau Tokea ini telah di bandingkan oleh orang Toala yang menghuni gua-gua batu Sulawesi Selatan. Dengan kata lain bahwa To Laiwoi atau Tokea ini dapat ditempatkan dalam lapisan budaya masa berburu dan mengumpul makanan dan tingkat lanjut, atau zaman mesolitik. Namun demikian, pernyataan ini masih memerlukan data arkeologi yang memadai.
                Abdurauftarimana Tarimana adalah salah seorang antropolog didaerah ini, dalam kajiannya mengenai kebudayaan Tolaki (1985) melihat asal usul orang Tolaki ( masyarakat yang mendiami sebagian besar daratn Sulawesi Tenggara), dengan melihat cerita rakyat yang berkembang di daerah ini (Oheo. Pasa”eno, Wekoila dan Onggabo) (dilihat Tarimana 1985 : 331-345)
                Dari hasil analisa yang telah dilakukan terhadap cerita rakyat tersebut, Tarimana menduga bahwa orang Tolaki itu dating kewilayah daratan Sulawesi Tenggara ini dari utara dan timur. Mungkin mereka yang dating dari utara itu berasal dari Tiongkok Selatan yang melalui Filipina Kepulauan Mindanao, Sulawesi Utara, Halmahera, dan Sulawesi bagian Timur, terus memasuki muara Lasolo atau Sungai Konawe’eha dan akhirnya memilih lokasi pemukiman pertama dihulu sungai itu ( Tarimana, 1985:51).
                Tinjauan lain mengenai asal usul orang Tolaki, dapat juga dilihat melalui cirri antropologisnya. Hal ini sesuai dengan yang telah dipaparkan oleh Rustam E. Tamburaka dalam Profil Kerpendudukan dan Keluarga Bencana Propinsi Sulawesi Tenggara ( 1989 : 5 ) sebagai berikut :
                Dilihat dari ciri-ciri antropologisnya baik cepalixindeks, mata, rambut maupun warna kulit Suku Tolaki memilki kesamaan dengan ras Mongoloid, di duga berasal dari Asia Timur, mugkin dari Jepang untuk kemudian tersebar ke Selatan melalui Kepulaun Riukyu, Taiwan, Filipina, Sangihe Talaud, pantai Timur Sulawesi sampai ke Sulawesi Tenggara. Ada juga menyatakan bahwa perpindahan pertama berasal dari Yunan (RRC) ke Selatan melalui Filipina, Sulawesi Utara ke pesisir Timur dan Halmahera. Pada saat memasuki daratan Sulawesi Tenggara masuk melalui muara Sungai Lasolo dan Konawe’eha yang dinamakan Andolaki.
                Untuk menjembatani pendapat-pendapat di atas, kiranya perlu juga dikemikakan data arkeologis, apalagi dengan perkembangan ilmu ini yang semakin pesat, terutama dengan pengguanaan metode pertanggalan yang semakin akurat, sehingga upaya merenkontruksi kehidupan masa lalu dapat dilakukan dengan lebih sempurna.
                Suatu rekontruksi mengenai kehidupan pra sejarah telah dilakukan oleh Bellwood (1985). Rekontruksi yang dilakukan itu sangat menarik perhatian, terutama karena analisisnya yang didasari atas bahasa (linguistic) dan data artefak (dalamhal ini carbon dating atas artefak neolitik). Hasil analisis tersebut menghasilkan antara lain rekontruksi tentang persebaran pemakai-pemakai bahasa Austronesia. Dalam rekotruksi tersebut tampak bahwa pemakai bahasa Austronesia mulai menyebar meninggalkan daerah asal ( sekitar Cina Selatan)menuju Taiwan sekitar 4000 SM, sekitar tahun 3000 SM pemakai bahasa ini ada yang berlayar ke Selatan menuju Filipina dan selanjutnya sekitar tahun 2500 SM memasuki Sulawesi  ( Bellwood, 1985 : 120-121).
                Jika mengaju pada rekontruksi yang dilakukan Bellwood tersebut diatas, dapat diduga bahwa kedatangan orang Tolaki didaratan Sulawesi Tenggara ini sekitar tahun 2500 SM atau sesudahnya. Dengan kata lain bahwa mereka itu termasuk dalam kelompok migrant yang menggunakan bahasa Austronesia.
                Bertolak dari uraian-uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penghuni pertama daerah Kendari dan daratan Sulawesi Tenggara pada umumnya terdiri atas To Laiwoi ( Tokea) yang hingga saat ini datangnya masih sangat gelap. Selanjutnya disusul dengan route Cina Selatan-Taiwan-Filipina-Sulawesi.              
Demikian halnya persebaran hingga memasuki daratan Sulawesi Tenggara, mungkin dapat ditarik suatu garis dari Sulawesi Utara-sulawesi Tengah bagian Timur dan selanjutnya memasuki daratan Sulawesi Tenggara. Ilustrasi tersebut dapat pula diperkuat melalui data artefak (berupa peninggalan neolitik) yang terdapat dimasing-masing tempat. Selain data artefak, ilustrasi tersebut dapat pula diperkuat melalui data bahasa. Dari data yang dapat diperoleh deketahui bahwa beberapa kosa kata dari masing-masing daerah yang memilki persamaan sebutan maupun maknanya. Sebagi contoh; kta ike= alat pemukul kulit kayu, pongasi = minuman yang mengandung alkohol yang bahannya dari beras yang dipermentasi.
(Prof.Dr.H. Rustam E. Tamburaka, M.A. et. Al. “Sejarah Sulawesi Tenggara dan 40 Tahun Sultra Membangun)

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN KONAWE

      BERDIRINYA KERAJAAN KONAWE DAN WEKOILA SEBAGAI RAJA I Menurut dokumen DPRD Tk.I Sulawesi Tenggara, dijelaskan bahwaq dari deretan nama-nama raja (Mokole) di Kerajaan Konawe berdiri sejak abad V dan raja I adalah Tanggolwuta (1982 : 138 ). Sebelumnya sudah ada kerajaan kecil yaitu : Kerajaan Wawolesea, Kerajaan Besulutu dan Kerajaan Padangguni. Dari beberapa sumber informan maupun penulis sejarah lokal Sulawesi Tenggara (H. Surabaya, Prof. Eddy Mokodompit, Johan Mekuo, Muslimin Suud, B. Burhanuddin) mengemukakan bahwa wekoila adalah Raja I di Kerajaan Konawe. Saya menggaris bawahi pendapat tersebut mengapa Wekoila yang disepakati menjadi Raja I di Kerajaan Konawe, di jelaskan sebagai berikut : Sebelum Wekoila menjadi mokole More I di Konawe, raja-raja yang pernah memerintah belum memiliki konsep (system) pemerintah yang teratur. Raja-raja memerintah secara otokrasi, belum menggunakan aparat pembantu raja sehingga roda pemerintahan tidak berjalan dengan baik. Raja-raja belum memahami apa yang harus dikerjakan, kepada siapa seharusnya bertanggung jawab, seakan-akan terjadi suatu kevakuman dalam pemerintahan ( R.Tamburaka, 1998 : 5) Kehadiran Raja Wekoila memegang tumpuk pimpinan Kerajaan Konawe (± 948 – 968) dianggap sebagai Mokole I Kerajaan Konawe berkedudukan di Unaaha, sekaligus pertanda awal terbentuknya system pemerintahan yang mulai teratur dengan baik. Sebagai buktinya dapat dijelaskan sebagai berikut : Raja Wekoila telah menunjuk seorang WATI atau pembantu Raja dan pejabat-pejabat yang di gelar TONOMOTUO atau Pemimpin Masyarakat masing-masing, dibantu oleh pejabat-pejabat adat yang disebut TOLEA-PABITARA (Urusan Perapua= Perkawinan), POSUDA (Urusan Perbekalan/Logistik), OTADU (Urusan Pertahanan/Keamanan) dan TAMALAKI (Urusan Pertempuran/Peperanagan= Panglima Perang). Pada masa pemerintah Wekoila, masyarakat Konawe diklasifikasikan dalam tiga tingkatan-stratifikasi social yaitu : (a) golongan tingkat atas disebut ANAKIA (Bangsawan), (b) golongan tingkat menengah disebut TOONONGGAPA (orang kebanyakan), (c) golongan tingkat bawah disebut OATA (Budak). (Monografi Sultra 1982 : 118) Raja Wekoila memerintah disertai seperangkat-brenda (regalis) artinya untuk mengatur tata hidup masyarakat yang dikenal dengan adat KALO-SARA. Dalam pandangan falsafah masyarakat Tolaki di Konawe terhadap Kalo-Sara, dapat disimpulkan suatu Motto-filosofis dalam bahasa puitis Tolaki, berbunyi : “ INAE KONASARA IETO PINESARA, INAE LIASARA IETO PINEKASARA “ artinya; Barang siapa mentaati/menjujunjung tinggi hukum (Adat) akan diperlakukan dengan baik/adil, barang siapa melanggar hukum akan diberi ganjaran atau hukuman. Adapun kondisi dan situasi jalannya pemerintahan di Kerajaan Konawe pada masa Raja Wekoila, oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya digambarkan hanya berhasil meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang berlandaskan hokum adat, antara lain berhasil mempersatukan seluruh masyarakat yang beradad dibawah suatu hokum perundangan tidak tertulis dengan inti kepatuhan dan ketaatan terhadap raja/penguasa yang memerintah, namun soal bentuk dan susunan organisasi pemerintahan yang benar-benar riil dari tanggung jawab belum dapat diwujudkan oleh Raja Wekoila. Berdasarkan gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi dan situasi pemerintah Kerajaan Konawe pada zaman pemerintahan Raja Wekoila relative belum memiliki bentuk dan susunan yang rapi, namun secara keseluruhan penduduk yang tersebar secar kelompok dalam bentuk “ O’NAPO “ atau “ O’KAMBO “ (Kampung) dan hidup saling terpisah dan berjauhan satu sama lain, dapat dipersatukan dibawah satu kesatuan pemerintah kerajaan yang berpusat di Unaaha. Akhir pemerintahan Wekoila tidak diketahui secara pasti, namun dari penuturan para informan tokoh adat Tolaki yang disesuaikan dengan silsilah Raja-raja konawe yang kami susun, bahkan sesudah Wekoila memerintah di Kerajaan konawe sebagai mata rantai dinasti/keturunannya, berlangsung sampai 23 orang raja termasuk pelaksana sementara Raja Konawe terakhir sampai peralihan ke Raja Laiwoi (1918). Tetapi jika dihitung dari masa pemerintahan Tanggolowuta (abad V) maka kerajaan Konawe berlangsung ± 15 abad lamanya. Dari 23 Raja di Kerajaan Konawqe setelah Wekoila, kami akan ulas secara komprehensi peranan Raja Tebawo, karena peranan beliau dalam mengembangkan system organisasi pemerintahahn di Kerajaan Konawe.

Kamis, 06 Oktober 2016

Kajian Sejarah dan Misteri Benua Atlantis Yang Hilang


Atlantis yang berasal dari bahasa Yunani Kuno Ἀτλαντὶς νῆσος yang berarti “pulau Atlas” merupakan sebuah pulau fiksi yang beberapa kali disebut sebagai alegori tentang keangkuhan suatu negara dalam tulisan Plato yang berjudul Timaeus dan Critias. Atlantis menggambarkan sebuah kekuatan maritim antagonis yang menyerang Athena kuno, sebuah penggambaran pseudo-historic dari negara ideal yang didambakan Plato.
Sejarah Atlantis Oleh Plato
Tulisan yang mengandung referensi paling awal tentang sejarah dan misteri benua Atlantis ada dalam tulisan Plato, Timaeus dan Critias yang ditulis pada tahun 360 sebelum masehi. Dalam kedua karya tersebut, muncul empat orang yang terdiri dari Critias dan Hermocrates, dua orang politisi, serta Socrates dan Timaeus dari Locri, dua orang filsuf. Meski begitu, hanya Critias yang membicarakan tentang Atlantis. Dalam kedua tulisannya, Plato menggunakan metode Socratic. Entah atas alasan apa, Plato tidak pernah menyelesaikan Critias.
Kajian Sejarah dan Misteri Benua Atlantis Yang Hilang
Dari apa yang tertulis di Critias, dewa-dewa Hellenik kuno memisahkan benua-benua sehingga tiap dewa memiliki tanah mereka masing-masing, dan Poseidon memilih pulau Atlantis sebagai daerahnya. Pulau yang dipilih oleh Poseidon tadi jauh lebih besar dari Libya Kuno dan Asia Minor bahkan jika keduanya digabungkan, meskipun pada akhirnya pulau itu terguncang oleh gempa bumi dan tenggelam jauh ke dalam laut. Orang-orang mesir pada masa itu, menurut Plato, mendeskripsikan Atlantis sebagai sebuah pulau yang kebanyakan daerahnya adalah pegunungan di sisi utara sepanjang pantai, dan di sisi selatan terdiri dari padang yang sangat luas sepanjang 555 kilometer. Bagian pusat dari pulau tersebut memiliki diameter sekitar 0.92 kilometer.
Dalam mitologi yang ditulis sendiri oleh Plato, sejarah benua Atlantis dimulai ketika Poseidon jatuh cinta pada Cleito, anak dari Evenor dan Leucippe yang memberikannya lima pasang anak kembar laki-laki. Anak yang paling tua, Atlas, dijadikan raja seluruh pulau dan samudra yang akhirnya diberi nama Samudra Atlantis. Adik kembarnya, Gadeirus atau yang dalam mitologi Yunani disebut Eumelus, diberikan ekstrimitas pulau hingga pilar Herkules. Sisanya Ampheres & Evaemon, Mneseus dan Autochthon, Azaes dan Diaprepes, dan Elasippus dan Mestor diberikan kemampuan untuk “mengatur banyak orang, serta teritori yang besar”.
Poseidon mengukir gunung yang ia dan Cleito tempati menjadi sebuah kasti dan mengitarinya dengan tiga buah parit yang ukurannya terus bertambah. Warga Atlantis kemudian membangun jembatan di arah utara gunung, membuat sebuah rute menuju bagian pulau yang lainnya. Selain jembatan, mereka juga menggali sebuah kanal besar di laut, dan di sekitar jembatan diukir lah sebuah terowongan melewati cincin-cincin batu agar kapal-kapal mampu berlayar menuju kota melalui gunung-gunung.
Menurut tulisan Plato dalam Critias, 9000 tahun sebelum masanya, sebuah perang besar terjadi antara mereka yang ada di luar Pilar Herkules di selat Gibraltar dan mereka yang tinggal di dalam Pilar Herkules. Pada saat itu, masyarakat Atlantis berhasil mendudukkan bagian Libya yang ada di dalam daerah Pilar Herkules hingga sejauh Mesir, dan bagian Eropa hingga Tyrrhenia, dan memaksa orang-orang itu untuk menjadi budak mereka. Orang-orang Athena kemudian memimpin sebuah aliansi perlawanan untuk melawan kekejaman rezim kerajaan Atlantis. Bahkan ketika aliansi yang dibuat hancur, warga Athena akhirnya berhasil mengalahkan kerajaan Atlantis sendirian, membebaskan tanah-tanah yang sebelumnya sudah diambil oleh kerajaan tadi. Tidak butuh waktu lama untuk para dewa mengamuk akan apa yang diperbuat oleh warga Atlantis, karena dalam Critias kembali tercatat tentang sebuah gempa bumi dan banjir yang meluluhlantakkan seluruh benua itu.
Sejarah Atlantis Modern
Tulisan dari dua karya Plato tadi berhasil mengubah dunia sastra modern, karena sejak kedua tulisan tersebut terbit, banyak penulis-penulis yang menggunakan atau bahkan membuat sendiri sejarah lanjutan tentang Atlantis. Meski begitu, hampir seluruh interpretasi tentang Atlantis di era modern dianggap sebagai pseudohistory, pseudoscience, atau bahkan pseudoarchaeology karena meskipun interpretasi tersebut terdengar akademik maupun ilmiah, tulisan-tulisan tadi masih belum memenuhi standar dan kriteria.
Kajian Sejarah dan misteri benua Atlantis modern pertama dimulai dengan tulisan oleh Sir Thomas More yang juga pertama kali mencetuskan kata-kata “utopia” dalam karya fiksinya di abad ke-16 yang berjudul Utopia. Terinspirasi dari tulisan Plato, More mendiskripsikan Atlantis sebagai sebuah tanah yang ada di Dunia Baru. Tema ini kemudian diperkuat oleh Sir Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul The New Atlantis, tentang sebuah masyarakat utopis yang ia sebut “Bensalem”, berlokasi di pantai barat Amerika. Berkat tulisan Bacon ini jugalah orang-orang mulai percaya bahwa reruntuhan Aztec dan Maya merupakan peninggalan Atlantis.
Pada sekitar tahun 1960, continental drift mulai bisa diterima oleh orang-orang banyak, dan peningkatan pengetahuan tentang lempeng tektonik mendemonstrasikan tidak mungkinnya benua yang hilang pada jaman dahulu pernah ada. Hal tersebut menyebabkan kajian mengenai sejarah dan misteri benua Atlantis yang hilang menyusut popularitasnya. Meski begitu, Julia Annas yang merupakan wakil profesor filosofi di Universitas Arizona mengatakan bahwa selama ini orang-orang telah salah karena berfokus pada benua yang hilang, dan tidak paham apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Plato. Baru oleh Kenneth Feder, tujuan asli Plato bisa dilihat dari tulisan yang ada dalam Timaeus bahwa Plato ingin orang-orang ketika membicarakan tentang kota-kota dan masyarakat mereka, bisa mengingat tentang Atlantis, tentang bagaimana secara tidak sengaja, setuju dengan seluruh narasi Solon. Feder juga mengutip tulisan dari A. E. Taylor yang menulis tentang ketidakmampuan kita mengetahui secara polos tentang apa yang dibicarakan Solon dengan para pendeta dan juga tujuan Plato menulis tentang Atlantis.
Demikian artikel singkat mengenai kajian sejarah dan misteri benua atlantis yang hilang dilihat dari sudut pandang plato dan kajian modern. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan pengetahuan anda semua. Terima kasih telah berkunjung dihalaman kami Kumpulan Sejarah.

cara ternak ayam kampung

Sebagian orang menganggap ternak ayam kampung sama dengan ayam buras. Padahal ada perbedaan istilah antara ayam buras dan ayam kampung. Istilah ayam buras digunakan untuk menyebut jenis ayam yang bukan ras, untuk membedakannya dengan golongan ayam ras seperti ayam broiler ayam ras petelur. Ayam kampung termasuk golongan ayam buras. Jenis-jenis ayam buras lain diantaranya ayam bangkok, ayam pelung, ayam arab, ayam kedu, ayam katai, ayam nunukan dan lain-lain.
Awalnya ternak ayam kampung banyak dilakukan secara subsisten alias sebagai sampingan saja. Ayam kampung dipelihara di pekarangan-pekarangan dengan sistem umbaran, atau di lepas liarkan. Tujuan ternak ayam kampung untuk diambil dagingnya karena produksi telurnya relatif rendah.
Seriring meningkatnya permintaan ayam kampung baik daging maupun telurnya, ternak ayam kampung kini banyak diusahakan secara semi intensif dan intensif. Ternak ayam kampung pun tidak hanya diambil dagingnya, melainkan banyak yang berorientasi pada telur.
Untuk produksi telur, sebagian peternak lebih memilih jenis ayam buras lainnya yang memiliki produktivitas lebih tinggi. Diantaranya jenis ayam arab dan ayam pocin. Dimana karakteristik telurnya mirip dengan ayam kampung. Sebagai perbandingan, produktivitas telur ternak ayam kampung hanya mencapai 115 butir per tahun, sedangkan ayam arab bisa mencapai 225 butir telur per tahun.

Sistem ternak ayam kampung

Seperti sudah disinggung sebelumnya, ada berbagai metode ternak ayam kampung. Yaitu dengan sistem umbaran dan semi intensif. Metode ternak ini menentukan tipe kandang yang harus disiapkan.

a. Sistem umbaran

Untuk ternak ayam kampung sistem umbaran, tidak ada ketentuan bentuk kandang. Oleh karena itu sering juga disebut kandang asalan. Hal terpenting kandang tersebut bisa melindungi ayam dari dinginnya malam dan tangan-tangan jahil. Payam sistem umbaran, ayam dibiarkan lepas liar. Pada pagi hari ayam dilepaskan dan menjelang sore ayam dimasukkan dalam kandang.
Sistem umbaran ini cocok dilakukan di desa-desa yang masih huniannya masih memiliki pekarangan luas. Dengan sistem umbaran, peternak lebih hemat dalam memberikan pakan dan perawatan harian. Ayam biasanya mencari tambahan pakan sendiri. Namun kelemahannya, produktivitas ternak ayam kampung dengan sistem ini sangat rendah. Selain itu, ayam menjadi liar bahkan sampai tidak mau masuk kandang dan tidur dengan bertengger di pohon-pohon.
Perkawinan pada ternak ayam kampung sistem umbaran terjadi secara alami seperti di alam bebas. Biasanya betina yang bertelur akan mengerami telurnya sendiri hingga menetas dan memelihara anak-anak mereka. Peternak hanya perlu menyediakan tempat mengeram yang nyaman bagi induk betina.
Panduan umum cara ternak ayam kampung
Dengan sistem umbaran, ayam tidak terkontrol dan lepas sekekendaknya, terkadang bercampur dengan tunggas lain. (Foto: alamtani)

b. Sistem semi intensif

Untuk sistem semi intensif bisa digunakan kandang tipe pekarangan. Kandang tipe ini berupa hamparan lahan yang sekelilingnya dipagari agar ayam tidak bisa keluar dari lingkungan kandang. Dalam areal kandang disediakan kandang terutup tempat ayam beristirahat atau berteduh dari hujan.
Tipe kandang pekarangan sebaiknya dibiarkan beralaskan tanah dan ditumbuhi hijauan seperti rerumputan. Sesekali tanah bisa dicangkuli agar tidak terlalu padat sehingga cacing tanah bisa tumbuh untuk pakan alami ayam. Tipa kandang lain seperti tipe postal dan tipe baterai jarang digunakan untuk ternak ayam kampung. Alasannya, karena biaya pembuatan dan operasionalnya tidak sebanding dengan produktivitas ayam kampung. Kecuali untuk beberapa jenis ayam buras lainnya seperti ayam arab, ayam poncin, ayam nunukan dan ayam kampung unggul hasil silangan.
Perkawinan pada sistem semi intensif, memanfaatkan kandang koloni. Kandang berukuran luas 1×2 meter dengan tinggi 0.75-100 cm. Kandang sebesar ini bisa dihuni oleh 6 induk betina dan 1 ekor jantan. Perkawinan bisa terjadi dalam beberapa hari. Setelah induk betina dikawini pejantan, dalam tempo tiga hari telur yang dihasilkan bisa dipastikan fertil atau bisa menetas (tiga hari terhitung sejak kawin bukan masuk kandang).
Telur yang dihasilkan dalam kandang koloni segera dikeluarkan dan diambil untuk dierami oleh indukan lain. Atau bisa juga dierami unggas lain seperti entog atau bebek. Atau bisa menggunakan inkubator. Bila indukan betina dalam kandang koloni mengalami masa mengeram bisa dihilangkan dengan diguyur atau direndamnya dalam air bersih.

Memelihara ayam kampung

Ayam kampung merupakan ayam lokal asli. Konon ayam ini berasal dari ayam hutan yang dijinakan. Jangan terkecoh dengan jenis-jenis ayam buras lain seperti ayam katai dan ayam arab. Meskipun kini banyak dijumpai hasil silangan ayam kampung untuk meningkatkan produktivitasnya. Kelebihan ayam kampung mempunyai daya tahan yang cukup kuat terhadap penyakit.
Bibit ayam kampung bisa didapatkan dengan membeli dalam bentuk telur, Day Old Chicken (DOC), atau indukan. Bila membeli dalam bentuk telur, pastikan mengetahui asal-usul telur tersebut. Bila memilih bibit dari DOC, kenali ciri-ciri yang baik antara lain tidak cacat, berdiri tegap, mata bersinar, pusar terserap sempurna, dan bulu bersih.
Ternak ayam kampung biasanya tidak membedakan antara ayam petelur dan ayam pedaging. Produktivitas bertelur ayam kampung sangat rendah, sekitar 115 butir per tahun. Pertumbuhannya juga lambat, hingga umur 2 bulan ukuran ayam masih sebesar kepalan tangan orang dewasa. Baru pada umur 8-12 bulan ayam kampung sudah siap untuk ukuran konsumsi.
Ada anggapan keliru mengenai ayam kampung, yaitu ayam betina hanya bisa bertelur apabila dikawini oleh pejantan. Pendapat itu keliru, karena ayam kampung seperti juga ayam ras petelur dan unggas lainnya bisa bertelur meski tidak dikawini. Ayam kampung juga bisa produktif asal mendapatkan perlakuan dan pemberian pakan yang tepat. Telur yang dihasilkan karena tidak dikawini infertil dan tidak akan menetas.Ayam kampung sudah bisa bertelur setelah berumur 6 bulan.
Tidak seperti ayam ras, betina ayam kampung mempunyai naluri yang tinggi untuk mengerami telur dan memelihara anaknya. Saat periode mengerami dan mengasuh anak, ayam betina menjadi agresif untuk melindungi anaknya.
Ada hal yang harus dipantang dalam ternak ayam kampung asli, yakni jangan mengurung ayam 24 jam dan jangan hanya memberikan pakan pabrikan saja. Bila kedua hal tersebut dilakukan, siap-siap untuk merugi. Ayam kampung asli yang dikurung 24 jam artinya harus diberikan pakan buatan secara terus menerus. Alhasil, karena pertumbuhannya lambat, biaya pakan yang dikeluarkan tidak akan menutupi ongkos produksi.
Jadi bagaimana cara memelihara ayam kampung agar untung? Biarkan pekarangan di dalam pagar beralaskan tanah ditumbuhi rerumputan. Lingkungan seperti itu akan memberikan pakan alami bagi ayam. Hijauan akan tumbuh sebagai pakan tambahan dan cacing tanah juga bisa memenuhi kebutuhan protein ayam. Ada kebiasaan ayam memakan kerikil untuk membantu pencernaan di dalam tembolok mereka. Pakan buatan diberikan tidak secara intensif, hanya 2-3 kali saja sehari. Sisanya biarkan ayam mencarinya sendiri.

Pakan ayam kampung

Tidak banyak pabrikan yang memproduksi pakan untuk ayam kampung, beberapa ada pakan untuk ayam buras jenis lain seperti ayam arab, ayam poncin, ayam kampung unggul. Bila pakan ayam ras diberikan untuk ternak ayam kampung bisa dipastikan biaya produksinya terlalu mahal. Secara umum, kebutuhan pakan untuk ternak ayam kampung adalah sebagai berikut:
Umur (minggu) Kebutuhan pakan (gram/hari)
1 7
2 19
3 34
4 47
5 58
6 66
7 72
8 (lebih) 74
Untuk menyiasati mahalnya pakan, peternak bisa meramu pakan buatan. Ayam kampung membutuhkan pakan yang mengandung protein kasar 12% dan energi sebesar 2500 kkal/kg. Berikut cara membuat pakan untuk ayam kampung:
  • Pakan untuk ayam umur 0-2 bulan bisa menggunakan pakan ayam broiler. Untuk umur ayam 2-4 bulan bisa diberikan pakan broiler dicampur dengan dedak dan jagung dengan perbandingan 1:3:1.
  • Untuk ayam dengan umur di atas 4 bulan, bisa diberikan campuran antara layer dan dedak atau jagung dengan perbandingan 1:2. Berikan pula hijauan sebanyak 20 % dari kebutuhan pakannya. Kebutuhan pakan sekitar 7-8 gram per hari, bisa diberikan 2-3 kali sehari.
  • Untuk ayam yang masuk periode bertelur, biasanya umur lebih dari 6 bulan, berikan pakan berupa campuran dari layer dan dedak dengan perbandingan 1:1. Dan tambahkan hijauan sebanyak 25% dari kebutuhan pakannya. Kebutuhan pakan untuk periode ini 85 gram per hari, bisa diberikan 2-3 kali sehari.
  • Bila tidak mau membeli pakan pabrikan, bisa dibuatkan pakan dari sumber alternatif. Berikut bahan-bahan yang bisa dijadikan pakan untuk ternak ayam kampung: talas (umbi dan daunnya), beras paling murah, dedak, tepung tulang atau cangkang keong. Cara membuatnya lihat tips di bawah.
  • Sebagai pakan tambahan bisa dicarikan sisa-sisa makanan rumah tangga atau restoran atau sisa pengolahan pangan seperti ampas tahu.
  • Pekarangan yang dibiarkan dan dirawat agar tumbuh hijauan juga membantu menyediakan pakan tambahan bagi ayam kampung.
Tips membuat pakan dari umbi talas (Dayat Suryana, 2013)
Cincang 1 kg talas atau tangkai dan daun talas hingga ukuran 0,5 cm. Campurkan dengan 0,5 kg beras dan 0,5 kg dedak. Tambahkan satu sendok tepung tulang atau sangkang keong. Kemudian tanak seperti kita menanak nasi.

Pemanenan dan penjualan

Berbeda dengan ternak ayam ras, ternak yam kampung kebanyakan tidak fokus pada telur atau daging saja. Melainkan dijalankan secara sekaligus baik daging maupun telur. Jadi, penjualan ayam kampung juga tidak ketat pada hari atau bulan ke sekian ayam harus dipanen. Peternak mempunyai keleluasaan untuk menunggu harga terbaik.
Ayam kampung bisa dikonsumsi setelah umur lebih dari 8 bulan. Bila harga pada saat itu, tidak menarik peternak bisa menunggu hingga umur 12 bulan atau lebih. Ayam bisa diarahkan untuk diambil telurnya saja. Kecuali untuk telur, bila telur yang dihasilkan infertil harus tetap dijual karena akan busuk. Namun bila telurnya fertil atau bisa menetas, peternak bisa menunda menjualnya dan telur bisa terus dierami indukan ayam dan ditetaskan.

Referensi

  1. Kholis dan Sitanggang. 2002. Ayam arab dan poncin petelur unggul. Agromedia Pustaka.
  2. Bambang Krista dan Bagus Harianto. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Ayam Kampung. Agromedia Pustaka.
  3. Dayat Suryana. 2013. Cara beternak berabgai jenis ayam dan habitatnya.
  4. Muchamad Rasyaf. 6 Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya

Minggu, 04 September 2016

Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17. Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orang-orang Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang.
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan yang lain.

I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.

Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821. Kekuasaan Karangasem melemah, terjadi beberapa kali pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti Made Karangsem memerintah dengan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukkan Belanda tahun 1849.

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih/Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

Wangsa Warmadewa
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Menurut riwayat lisan turun-temurun, yang berkuasa sejak abad ke-10. Namanya disebut-sebut dalam prasasti Blanjong di Sanur dan menjadikannya sebagai raja Bali pertama yang disebut dalam catatan tertulis. Menurut prasasti ini, Sri Kesari adalah penganut Buddha Mahayana yang ditugaskan dari Jawa untuk memerintah Bali. Dinasti inilah yang memiliki hubungan dekat dengan penguasa Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada abad ke-10 hingga ke-11.
Berikut adalah raja-raja yang dianggap termasuk dalam wangsa Warmadewa :
  1. Sri Kesari Warmadewa (882M - 914 M)
  2. Sang Ratu Sri Ugrasena (915 M - 942 M)
  3. Sri Tabanendra Warmadewa (943 M - 961 M)
  4. Candrabhayasingha Warmadewa (962M - 975 M)
  5. Janasadu Warmadewa ( 975 M -988 M)
  6. Udayana Warmadewa (989 M - 910 M)
  7. Dharmawangsa Warmadewa (memerintah Medang)
  8. Airlangga (991-1049, penguasa Kerajaan Kahuripan)
  9. Anak Wungsu (1049M - 1077M)

Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki tiga putra, yaitu Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Kelak, Airlangga akan menjadi raja terbesar Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura batu Madeg, Raja Udayana menjalin hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Kedudukan Raja Udayana digantikan putranya, yaitu Marakatapangkaja.

Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya, Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Anak Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan, baik dari dalam maupun luar kerajaan.

Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.

Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa...” Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di manasa...”

Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling. Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.

Peninggalan Sejarah
a.  Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M).  Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta.

b. Prasasti Penempahan dan Malatgede
Prasasti Panempahan di Tampaksiring dan Prasasti Malatgede yang ditulis pada bagian paro bulan gelap Phalguna 835 S atau bulan Februari 913.

d. Pura Tirta Empul
Pura tersebut terletak di daerah Tampaksiring Bali dibangun pada tahun 967 M oleh raja Sri Candrabhaya Warmadewa. Pura ini, digunakan beliau untuk melakukan hidup sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi. Penamaan Pura Tirta Empul diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul. Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan.

e. Pura Penegil Dharma
Pura Penegil Dharma didirikan dimulai pada 915 M. Keberadaan pura ini berkaitan dengan sejarah panjang Ugrasena, salah seorang anggota keluarga Raja Mataram I dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di Bali.

SEJARAH PAHLAWAN DEPATI AMIR


Amir adalah putera sulung Depati Bahrin (Wafat tahun 1848), sedangkan Hamzah adalah adik atau saudara kandung Amir. Sebagai putera sulung, Amir menjadi Depati diangkat oleh Belanda karena ketakutan Belanda akan pengaruhnya yang besar di hati rakyat Bangka. Jabatan Depati yang diberikan Belanda kepada Amir atas daerah Mendara dan Mentadai kemudian ditolaknya, akan tetapi gelar Depati tersebut kemudian tetap melekat pada diri Amir dan kemudian kepada Hamzah karena kecintaan rakyat kepada keduanya, disamping kehendak kuat rakyat Bangka yang membutuhkan pigur Pemimpin. Sejak perlawanan rakyat Bangka dipimpin oleh Depati Bahrin (Tahun 1820-1828), Amir dan Hamzah sebagai putera Bahrin, sudah menjadi panglima Perang dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik, yaitu sifat yang tegas, berani, cerdas dan cakap.
Amir dan Hamzah membangun markas besarnya di daerah Tampui dan Belah serta di kaki Gunung Maras, namun secara pasti Pasukan terus berpindah dan bergerak diseluruh pelosok belantara Pulau Bangka. Dalam Pertempuran strategi yang digunakan adalah perang gerilya dengan ciri :
- Disamping pasukan utama dibentuk pasukan pasukan kecil dimasing masing distrik yang dipimpin oleh seorang Panglima Perang.
- Tugas pasukan kecil ini adalah menyerang pos pos militer Belanda dan parit-parit sebagai pusat kekayaan dan keuangan Belanda, serta membumihanguskan Batin Batin untuk menaikkan moral perjuangan dan menghancurkan sumber logistik musuh.
- Melemahkan mental dan moral musuh dengan menyerang kemudian menghilang dengan cepat, mengelabui dan menjebak musuh dengan memanfaatkan kondisi geografis alam Pulau Bangka.
- Menghindari pertempuran terbuka dan frontal.
- Memasang rintangan dan ranjau sepanjang jalan Pangkalpinang-Mentok.
- Mengadakan gerakan kontra mata mata.
- Mendatangkan senjata dan amunisi bekerjasama dengan orang orang Cina.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir dan Hamzah, Belanda mengalami kebingungan dan kesulitan, sehingga bermacam strategi dilakukan antara lain:
- Parit parit dijaga oleh militer dan di kampung kampung didirikan pos militer.
- Mendatangkan orang Indonesia dari daerah lain untuk berperang melawan Amir dan Hamzah.
- Memberi hadiah bagi yang dapat memberikan informasi keberadaan Amir dan Hamzah atau yang berhasil menangkapnya.
- Melakukan gerakan gerakan militer, benteng stelsel, memperkuat balatentara dan mendatangkan kapal perang untuk mempercepat gerak pasukan guna mendesak dan menumpas perlawanan.
- Menawarkan perundingan dengan memberi Gaji dan Tunjangan Kepada Amir dan Hamzah, kepada para Batin dan Mandor kampung untuk mengikat supaya tidak melakukan perlawanan.
- Menjanjikan melepas keluarga Amir dan Hamzah yang ditahan.
- Melaksanakan perundingan di Kampung Layang dipimpin oleh Kapten Dekker.
Kekurangan akan logistik dan kondisi pasukannya yang keletihan karena harus bergerak terus menerus dalam rimba Pulau Bangka yang sangat luas yang menjadi pemikiran Amir dan Hamzah, sehingga ketika pasukannya kembai ke kampung - kampung untuk menggarap ladang pertanian justru menjadi hal yang dianjurkan, karena mengingat kepentingan yang lebih besar yaitu menghindari rakyat Bangka dari kelaparan. Di samping kekurangan pangan dan logistik perang ditambah iklim yang kurang mendukung, menyebabkan dalam peperangan digunakannya peralatan tradisional yang disebut Pidung dan Sumpitan sebagai senjata. Keletihan, kekurangan pangan, dan kondisi alam yang ganas, pertempuran demi pertempuran yang berlangsung hampir tiga tahun tanpa henti disertai penyergapan - penyergapan dan pengepungan menyebabkan pasukan semakin lemah, dalam dua kali penyergapan dipimpin oleh Lettu Dekker di Cepurak pada tanggal 27 Nopember 1850 dan pada bulan Desember 1850 Amir dan Hamzah beserta pengikutnya berhasil meloloskan diri. Dalam kondisi kurus, lemah dan sakit Amir dan Hamzah berhasil ditangkap pada tanggal 7 januari 1851 lalu dibawa ke markas militer Belanda di Bakam, kemudian di bawa ke Belinyu pada tanggal 16 Januari 1851, selanjutnya di bawa ke Mentok. Pada tanggal 28 Pebruari 1851 berangkatlah Amir dan Hamzah kepengasingan di Desa Airmata Kupang Pulau Timor.
Perjuangan tidak berhenti dan terus dilanjutkan di Pulau Timor Propinsi NTT dalam bentuk memberikan petuah dan mengatur siasat dan strategi perang bagi pejuang di Pulau Timor dalam melawan Belanda, melakukan dakwah menyebarkan agama Islam (komunitas muslim yang ada di Pulau Timor adalah keturunan Bahrin dan mereka mendirikan masjid di Bonipoi yang bernama masjid Al Ikhlas), serta memberikan pengetahuan tentang sistem pengobatan tradisional bagi masyarakat setempat. Sejarah perjalanan pembuangan yang dramatis ke Pulau Timor selama 6 (enam) bulan di atas Kapal Uap Unrust dengan terus menerus dirantai dan dikerangkeng serta penderitaan di pembuangan (Desa tempat pembuangannya dinamai dengan Desa Airmata) tidak kalah dengan kisah pembuangan Imam Bonjol, Diponegoro, dan Pahlawan Nasional lainnya. Kalau dilihat dari fakta sejarah di atas sangat jelas bahwa Depati Amir dan Hamzah adalah SALAH SEORANG PEJUANG BANGSA DAN SEBAGAI SALAH SATU SIMPUL DARI SEKIAN BANYAK SIMPUL PEREKAT KEINDONESIAAN. Setelah 34 tahun kemudian Amir wafat pada tahun 1885 dan Hamzah wafat pada tahun 1900. Keduanya di makamkan di Pemakaman Batu Kadera Kupang. Pengasingan dan Pembuangan adalah cara yang dilakukan oleh Belanda untuk mengakhiri perlawanan dan menjauhkan pengaruh pemimpin terhadap rakyatnya, hak istimewa untuk mengasingkan dan membuang para pejuang disebut dengan EXORBITANTE RECHTEN. Cara Kolonial ini ternyata sangat efektif untuk menumpas perlawanan rakyat di berbagai kerajaan kerajaan tradisional di daerah. Setelah tertangkapnya Amir dan Hamzah perjuangan rakyat Bangka tidak berhenti dan dilanjutkan oleh pejuang pejuang lainnya seperti Batin Tikal, dan bekas panglima panglima perang lainnya.

Tabi’in: Ahnaf bin Qais, Berguru Kepada Umar al-Faru



Kisah Muslim – Kita memasuki masa awal khilafah Umar bin Khaththab. Saat dimana para pahlawan dan tokoh kaum Ahnaf bin Qais, yaitu Bani Tamim, berlomba memacu kuda-kuda mereka yang perkasa dengan pedang terhunus yang berkilat-kilat. Dari rumah-rumahnya di Ahsa dan Najd mereka keluar menuju Bashrah, untuk bergabung dengan pasukan muslimin yang telah berkumpul di sana, di bawah pimpnan Utbah bin Ghazwan. Mereka hendak menghadapi Persia, berjihad fi sabilillah dan mengharapkan mardhatillah. Di tengah-tengah mereka ada seorang pemuda bernama Ahnaf bin Qais.

Suatu hari Utbah bin Ghazwan menerima surat dari amirul Mukminin Umar bin Khaththab meminta agar dikirim sepuluh orang prajurit utama dari pasukannya yang telah berjasa dalam perang. Amirul mukminin ingin mengetahui hal-ihwal pasukan Islam dan ingin meminta pertimbangan mereka.
Perintah itupun segera dilaksanakan oleh Utbah. Beliau mengirim sepuluh orang prajuritnya yang terbaik kepada Amirul Mukminin di Madinah, termasuk Ahnaf bin Qais. Lalu berangkatlah mereka menuju Madinah.
Setibanya para utusan itu disambut oleh Amirul Mukminin dan dipersilakan duduk di dalam majelisnya. Mereka ditanya tentang kebutuhan-kebutuhannya dan kebutuhan rakyat semuanya. Mereka berkata, “Tentang kebutuhan rakyat secara umum Anda lebih tahu karena Anda adalah pemimpin. Maka kami hanya berbicara atas nama pribadi kami sendiri.” Kemudian masing-masing meminta kebutuhannya.
Kebetulan Ahnaf bin Qais mendapatkan kesempatan terakhir untuk berbicara karena terhitung paling muda di antara mereka. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berkata, “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya tentara kaum muslimin yang dikirim ke Mesir, mereka tinggal di daerah subur menghijau dan tempat yang mewah peninggalan Fir’aun. Sedangkan pasukan yang dikirim yang mewah peninggalan Fir’aun. Sedangkan pasukan yang dikirim ke negeri Syam, mareka tinggal di tempat yang nyaman, banyak buah-buahan dan taman-taman layaknya istana. Sedangkan pasukan yang dikirim ke Persia, mereka tinggal di sekitar sungai yang melimpah air tawarnya, juga taman-taman buah peninggalan para kaisar.
Namun kaum kami yang dikirim ke Bashrah, mereka tinggal di tempat yang kering dan tandus, tidak subur tanahnya dan tidak pula menumbuhkan buah-buahan. Salah satu tepinya laut yang asin, tepi yang satunya hanyalah hamparan yang tandus. Maka perhatikanlah kesusahan mereka wahai Amirul Mukminin, perbaikilah kehidupan mereka dan perintahkanlah gubernur Anda di Bashrah untuk membuat aliran sungai agar memiliki air tawar yang dapat menghidupi ternak dan pepohonan. Perbaikilah kondisi mereka dan keluarganya, ringankanlah penderitaan mereka, karena mereka menjadikan hal itu sebagai sarana untuk berjihad fii sabililah.”
Umar takjub mendengarkan keterangannya, kemudian bertanya kepada utusan yang lain, “Mengapakah kalian tidak melakukan seperti yang dia lakukan? Sungguh dia (Ahnaf) –demi Allah- adalah seorang pemimpin.” Kemudian Umar mempersiapkan perbekalan mereka dan menyiapkan perbekalan pula untuk Ahnaf. Namun Ahnaf berkata, “Demi Allah wahai Amirul Mukminin, tiadalah kami jauh-jauh menemui Anda dan memukul perut onta selama berhari-hari demi mendapatkan perbekalan. Saya tidak memiliki keperluan selain keperluan kaumku seperti yang telah saya katakan kepada Anda. Jika Anda mengabulkannya, itu sudah cukup bagi Anda.” Rasa takjub Umar semakin bertambah lalu beliau berkata, “Pemuda ini adalah pemimpin penduduk Bashrah.”
Usailah majelis itu dan para utusan beranjak ke tempat menginap yang telah disediakan. Umar bin Khaththab melayangkan pandangan beliau pada barang-barang mereka. Dari salah satu bungkusan tersembul sepotong pakaian. Umar menyentuhnya sambil bertanya, “Milik siapa ini?”
Ahnaf menjawab, “Milik saya, wahai Amirul Mukminin,” dan seketika itu dia merasa bahwa Umar menganggap barang itu terlalu mewah dan mahal. Umar bertanya, “Berapa harga baju ini tatkala kamu membelinya?” Ahnaf berkata, “Delapan dirham.” Ahnaf tidak pernah mendapati dirinya berdusta kecuali kali ini. Pakaian tersebut dibelinya dengan harga dua belas dirham.
Umar menatapnya dengan pandangan kasih sayang. Dengan halus dia berkata, “Saya rasa untukmu cukup satu potong saja, kelebihan harta yang kau miliki hendaknya Anda pakai untuk membantu muslim lainnya.” Umar berkata kepada semuanya. “Ambillah bagi kalian yang diperlukan dan gunakan kelebihan harta kalian pada tempatnya agar ringan beban kalian dan banyak mendapatkan pahala.” Ahnaf tertunduk malu mendengarnya dan beliau tak sanggup berkata apa-apa.
Kemudian Amirul Mukminin memberi izin kepada para utusan untuk kembali ke Bashrah. Namun Ahnaf tidak diperkenankan kembali bersama mereka, beliau diminta tinggal bersama Umar selama setahun penuh.
Umar radhiyallahu ‘anhu mengamati bahwa pemuda Bani Tamim itu memiliki kecerdasan yang lebih, fasih berbicara, berjiwa besar, bersemangat tinggi, dan kaya akan ilmu. Oleh sebab itu Amirul Mukminin bermaksud membinanya agar menjadi kader muslim yang berguna dengan cara banyak belajar kepada para sahabat dan mengikuti jejak mereka dalam menekuni agama Allah. Beliau juga bermaksud menguji lebih dalam tentang kepribadian Ahnaf sebelum memberinya tugas-tugas kemasyarakatan. Sebab Umar paling khawatir atas orang-orang yang lihai dan tangkas dalam berbicara. Orang-orang semacam itu, jika baik bisa memenuhi dunia, dan jika rusak maka kecerdasannya akan menjadi petaka bagi manusia.
Setahun sudah Ahnaf bersama Umar, lalu Umar berkata, “Wahai Ahnaf, aku sudah mengujimu, ternyata yang kutemukan dalam dirimu hanya kebaikan semata. Kulihat lahiriyahmu baik, maka kuharap batinmu pun demikian.”
Kemudian beliau mengutus Ahnaf untuk memimpin pasukan ke Persia. Beliau berpesan kepada panglimanya, yakni Abu Musa al-Asy’ari: “Untuk selanjutnya ikutkanlah Ahnaf sebagai pendamping, ajak dia bermusyawarah dalam segala urusan dan perhatikanlah usulan-usulannya.”
Bergabunglah Ahnaf di bawah panji Islam dan menyerbu daerah Timur Persia. Beliau mampu membuktikan kepahlawanannya. Namanya makin tenar dan prestasinya kian cemerlang. Dia dan kaumnya, Bani Tamim, turut berjasa dalam menaklukkan musuh dengan pengorbanan besar. Banyak kota dan daerah yang dikuasai, termasuk kota Tustur dan menawan pemimpin mereka, yaitu Hurmuzan.
Dia adalah pemimpin Persia yang paling kuat dan keras serta memiliki tipu muslihat yang lihai dalam perang. Kemenangan kaum muslimin kali ini berhasil memaksa dia untuk menyerah. Berkali-kali sudah dia mengkhianati perjanjian damai dengan muslimin dan mengira bisa melakukannya terus-menerus dan merasa dapat memenangkan kaum muslimin.
Tatkala dia terdesak disalah satu bentengnya yang kokoh di Tustur, dia masih berkata sumbar, “Aku punya seratus batang panah. Dan demi Allah, kalian tidak mampu menangkapku sebelum habis panah-panah itu. Padahal kalian tahu bahwa bidikanku tak pernah meleset, maka kalian tidak bisa menangkapku sebelum seratus orang dari kalian tewas.”
Pasukan Islam bertanya, “Apa yang engkau kehendaki?” Hurmuzan menjawab, “Aku mau diadili di bawah hukum Umar bin Khaththab. Hanya dia yang boleh menghukumku.” Mereka berkata, “Baiklah. Kami setuju.”
Dia pun meletakkan panahnya ke tanah lalu menyerah kepada kaum muslimin. Pasukan muslimin membelenggu dia kemudian mengirimkannya ke Madinah dalam pengawalan yang ketat dan para pahlawan perang di bawah pimpinan Anas bin Malik, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga Ahnaf bin Qais, murid dan kader Umar bin Khaththab.
Rombongan itu mempercepat jalannya menuju Madinah. Semua berharap agar Amirul Mukminin puas dengan kemenangan tersebut. Mereka membawa harta untuk Baitul Maal, yakni seperlima dari hasil ghanimah. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah Hurmuzan yang selalu mengkhianati janji itu bisa dihukum khalifah setimpal dengan kejahatannya.
Setibanya di pinggiran kota Madinah, mereka menyuruh Hurmuzan mengenakan pakaian kebesarannya yang terbuat dari sutera mahal bertabur emas permata. Di kepalanya bertengger mahkota yang penuh intan berlian yang mahal harganya.
Begitu memasuki kota Yatsrib, rakyat besar dan kecil, tua atau muda, berjubel menonton tawanan berpakaian mewah itu dengan terheran-heran. Dia langsung dibawa ke rumah Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, tetapi beliau tidak ada di rumah. Seseorang berkata, “Beliau pergi ke masjid untuk menyambut tamu yang datang berkunjung.”
Rombongan itu berjalan ke arah masjid, namun tak terlihat ada di dalam. Sementara itu orang makin banyak berkerumun. Saat mereka masih sibuk mencari-cari, anak-anak yang sedang bermain di situ bertanya: “Apakah kalian mondar-mandir untuk mencari Amirul Mukminin Umar?” Mereka berkata, “Benar, di mana dia?” Anak itu menjawab, “Beliau tertidur di samping kanan masjid dengan berbantalkan surbannya.”
Memang, tadinya Amirul Mukminin berangkat dari rumahnya untuk menemui utusan dari Kufah. Tapi setelah mereka pulang, beliau merasa mengantuk sehingga tidur di samping masjid.
Hurmuzan digiring ke samping masjid. Mereka mendapatkan Amirul Mukminin sedang tidur nyenyak. Mereka pun duduk menanti hingga beliau bangun dari tidurnya.
Hurmuzan tidak paham bahasa Arab, tidak tahu apa yang sedang dibicarakan orang-orang sehingga sama sekali tak menduga bahwa yang tidur di depannya adalah Amirul Mukminin. Memang dia sudah mendengar kesederhanaan dan kezuhudan Umar bin Khaththab, tapi tak disangkanya bahwa orangnya adalah yang sedang tidur itu. Orang yang telah menaklukkan Romawi dan raja-raja lain, tidur tanpa bantal tanpa pengawal. Melihat orang-orang duduk bersamanya, dia mengira mereka sedang bersiap untuk shalat dan menunggu khalifah.
Ahnaf mengisyaraktkan kepada orang-orang untuk tenang agar tidak membangunkan khalifah dari tidurnya, sebab sepanjang pengetahuannya dalam menyertai Umar radhiyallahu ‘anhu, khalifah itu tidak pernah tidur di malam hari. Beliau selalu berdiri shalat di mihrabnya, atau menyamar meronda berkeliling Madinah untuk menyelidiki hal-ihwal rakyatnya atau menjaga rumah-rumahnya dari kejahatan pencuri.
Kemudian tatkala Hurmuzan melihat isyarat Ahnaf kepada orang-orang, dia menoleh kepada Mughirah bin Syu’bah yang bisa berbahasa Persia. Dia bertanya, “Siapakah orang yang tidur itu?” Mughirah menjawab, “Dialah Amirul Mukminin Umar bin Khaththab.”
Betapa terkejutnya Hurmuzan, lalu dia berkata, “Umar? Lalu mana penjaga dan pengawalnya?” Mughirah menjawab, “Beliau tidak memiliki pengawal ataupun penjaga.” Dia berkata, “Kalau begitu, pasi dia nabi.” Mughirah berkata, “Bukan, tak ada nabi setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya saja tingkah lakunya memang seperti nabi.”
Orang-orang makin padat berdatangan dan suara-suara yang ditimbulkan semakin keras. Umar radhiyallahu ‘anhu terbangun dari tidurnya dan heran melihat orang telah ramai berkerumun. Beliau juga melihat seseorang yang mengenakan pakaian kebesaran, dengan mahkota di kepala dan tongkat bertabur permata indah di tangan. Umar beralih menatap wajah Ahnaf lalu berkata, “Diakah Hurmuzan.” Ahnaf menjawabnya, “Benar, wahai Amirul Mukminin.”
Umar kembali mengamati pakaian dan sutera gemerlapan yang dikenakan oleh pemimpin Persia tersebut kemudian memalingkan muka sambil bergumam, “Aku berlindung kepada Allah dari api neraka dan dari dunia ini. Terpujilah Allah yang telah menundukkan orang ini dan orang-orang semacamnya untuk Islam.”
Kemudian beliau berkata, “Wahai kaum muslimin. Pegang teguhlah agama ini dan ikutilah petunjuk Nabi kalian yang bijaksana. Jangan sekali-kali Anda terpesona oleh dunia, karena dunia itu menggiurkan.”
Selanjutnya, Ahnaf bin Qais mengutarakan kabar gembira tentang kemenangannya. Ahnaf berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Hurmuzan telah menyerahkan diri kepada kita dengan syarat akan menerima ketetapan Anda atas dirisnya. Silakan Anda berbicara sendiri kepadanya jika Anda berkenan.”
Umar berkata, “Aku tak sudi berbicara dengannya sebelum kalian melepas pakaian kemegahan dan kesombongan itu.” Merekapun melucuti semua kemewahan yang dipakai Hurmuzan kemudian memberinya gamis untuk menutupi auratnya. Sesudah itu Umar menjumpainya dan berkata, “Bagaimana akibat penghianatan dan ingkar janjimu?”
Dengan menunduk penuh kehinaan Hurmuzan menjawab, “Wahai Umar, pada masa jahiliyah ketika antara kalian dengan kami tidak ada Rabb, kami selalu menang atas kalian. Tapi begitu kalian memeluk Islam, Allah menyertai kalian sehingga kami kalah. Kalian menang atas kami memang karena hal itu, tapi juga karena kalian bersatu sedangkan kami bercerai berai.”
Umar menatap tajam kepada Hurmuzan dan berkata dengan nada tegas, “Apa yang menyebabkan engkau ingkar janji, Hurmuzan?” Dia berkata, “Aku khawatir Anda membunuhku sebelum aku menjawabnya.” Umar menjawab, “Tidak, sebelum engkau menjawabnya.” Hurmuzan menjadi tenang dengan jawaban tersebut, lalu dia berkata, “Aku haus.”
Umarpun segera memerintahkan untuk mengambil air minum, kemudian seseorang menyodorkan air dalam suatu wadah yang tebal. Melihat itu, Hurmuzan berkata, “Sampai matipun, sungguh aku tidak bisa minum dari wadah seperti ini.’
Umar menyuruh petugasnya untuk mengambilkan air denagn wadah yang disukainya. Hurmuzan menerimanya dengan tangan gemetaran. Umar bertanya, “Ada apa dengan engkau?” Dia menjawab, “Aku takut dibunuh di saat meneguk air ini.” Umar berkata, “Engkau akan aman sampai selesai minum air ini.” Namun Hurmuzan langsung menuang air itu ke tanah.
Umar berkata, “Bawakan air lagi dan jangan kalian bunuh dia dalam kehausan!” Hurmuzan berkata, “Aku tak butuh air, aku hanya butuh keamanan atas diriku.” Umar berkata, “Aku akan membunuhmu!” Hurmuzan menjawab, “Anda sudah berjanji menjamin keamananku (hingga aku meminum air yang aku buang tadi).” Umar berkata, “Engkau bohong.”
Anas bin Malik berkata, “Dia benar wahai Amirul Mukminin, Anda telah menjamin keamanannya.” Umar berkata, “Janganlah berlaku bodoh, Anas. Aku menjamin keamanan orang yang menewaskan adik Anda, al-Barra bin Malik serta Majza’ah bin Tsur?! Tidak! Tidak mungkin!”
Anas berkata, “Tapi tadi Anda berkata, “Engkau aman sampai minum air ini.” Ahnaf mendukung kata-kata Anas, demikian pula orang-orang yang lain. Umar menatap Hurmuzan dengan geram, “Engkau telah memperdayaiku!”
Akhirnya Hurmuzan memeluk Islam, kemudian Umar memberinya bagian dua ribu dirham setahun.
Hal yang membuat Umar dongkol hatinya adalah seringnya orang-orang Persia ingkar janji terhadap kaum muslimin. Lalu dia mengumpulkan para utusan yang datang bersama Hurmuzan dan bertanya, “Apakah kaum muslimin suka menganggu orang-orang dzimmi dan menekan mereka sehingga mereka melanggar perjanjian?”
Mereka berkata, “Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, tak satupun pejabat kita berbuat keji terhadap mereka, menyalahi janji atau menipu.” Umar bertanya, “Lantas mereka selalu berbalik setiap ada peluang padahal sudah terikat perjanjian?”
Umar radhiyallahu ‘anhu tidak merasa puas dengan jawaban para utusan tersebut. Pada saat itulah Ahnaf angkat bicara, “Saya akan coba jelaskan apa yang Amirul Mukminin kehendaki dari pertanyaan Anda. Umar berkata, “Katakan apa yang Anda ketahui.” Ahnaf memperjelas jawaban para utusan tersebut, “Mereka hendak berkata, “Anda melarang kami memperluas kekuasaan di Persia dan memerintahkan agar selalu puas dengan wilayah-wilayah yang ada di tangan kita. Padahal Persia masih berdiri sebagai kekaisaran yang berdaulat, masih mempunyai seorang kaisar yang hidup. Tak heran bila orang-orang Persia itu selalu merongrong kita, sebab mereka ingin merebut kembali rumah-rumah dan harta benda yang berada di tangan kita. Kawan-kawan mereka yang terikat perjanjian dengan kita berusaha bergabung setiap ada kesempatan dan peluang untuk menang. Memang, tak mungkin ada dua kekuasaan bersatu dalam satu wilayah, salah satu pasti harus keluar. Kalau saja Anda mengizinkan kami menaklukkan mereka seluruhnya, barulah akan berhenti makar mereka dan selesai sudah urusan itu.”
Sejenak Umar merenung mendengar uraian itu, lalu berkata, “Engkau benar wahai Ahnaf. Kini terbuka sudah hal-hal yang belum terjangkau oleh akalku tentang kaum itu.”
Nantinya, berkat saran Ahnafiah akhirnya terjadi peristiwa-peristiwa besar sesudahnya. Saran Ahnaf tersebut sangat nampak mempengaruhi putaran roda sejarah.
Sumber: Mereka adalah Para Tabi’in, Dr. Abdurrahman Ra’at Basya, At-Tibyan, Cetakan VIII, 200

SEJARAH JAKA TINGKIR & ARYA PANANGSANG


Sepeninggal Raden Patah, kerajaan Demak dipenuhi dengan kekisruhan dan intrik-intrik kekuasaan. Anak sulung Raden Patah, yaitu Dipati Unus, meninggalkan kerajaan dan memilih memerangi Portugis di Malaka. Pemerintahan diserahkan kepada Raden Trenggana, adiknya, anak ketiga Raden Patah. Anak kedua Raden Patah, yaitu Pangeran Suryawiyata / Pangeran Sekar Seda Lepen, telah lebih dulu meninggal karena dibunuh. Dipati Unus pun akhirnya gugur di medan perang tanpa meninggalkan ahli waris. Sultan Trenggana sendiri pun akhirnya gugur juga ketika memimpin serangan penaklukkan ke wilayah Panarukan, Jawa Timur.

Setelah wafatnya Sultan Trenggana, maka putra sulung Sultan Trenggana, yaitu Pangeran Prawata atau Sunan Prawata, terpilih sebagai penggantinya. Tetapi kemudian Sunan Prawata pun mati dibunuh. Walaupun tidak tampak di permukaan, setelah wafatnya Sultan Trenggana, dalam birokrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata Demak sudah terpecah ke dalam dua kubu. Kubu pertama mendukung Sunan Kudus dengan Jipang Panolan-nya. Sedangkan kubu kedua mendukung Jaka Tingkir atau Adipati Adiwijaya dengan Pajang-nya. Pendukung Sunan Kudus adalah mereka yang berhaluan keras, yang memiliki misi untuk membangun suatu kekhalifahan Islam di Jawa yang dipimpin oleh para Wali, yang terkenal sebagai aliran Islam putihan. Sedangkan pendukung Jaka Tingkir adalah mereka yang dulu mendukung Sultan Trenggana dan para pembesar dan bangsawan di bekas wilayah Majapahit di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka tidak mau tunduk kepada Demak dan mereka juga membentengi diri, tidak mau termakan kelicikan para Wali yang ingin memaksakan kekuasaan dengan membawa-bawa nama agama. Walaupun mereka tidak berada di bawah kekuasaan Jaka Tingkir dan Pajang, tetapi mereka siap mengirimkan bantuannya kapan saja jika diminta.

Mereka merapatkan barisan di belakang Jaka Tingkir, putra Ki Ageng Pengging yang sangat mereka hormati, dan berharap kejayaan Majapahit akan kembali berkibar. Di pihak Sunan Kudus, Raden Arya Penangsang, putra Pangeran Suryawiyata, telah dipersiapkan sebagai pemimpin perang kubu Putihan. Arya Penangsang tumbuh menjadi seorang pemuda yang sakti ahli olah kanuragan di bawah bimbingan Sunan Kudus dan orang-orang sakti lainnya. Nama Arya Penangsang sangat ditakuti, karena keras perangainya dan tingginya kesaktiannya. Arya Penangsang adalah putra dari Pangeran Suryawiyata yang merasa berhak mewarisi tahta, yang diangkat anak dan murid oleh Sunan Kudus dan sudah menjadi Adipati di Jipang Panolan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi pada kesaktiannya dan keris saktinya Setan Kober, dan dukungan Sunan Kudus di belakangnya, Raden Arya Penangsang diam-diam membunuhi orang-orang yang berhubungan dengan hak tahta kerajaan Demak, sebagiannya juga karena ia ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya, Pangeran Sekar Seda Lepen.

 Pembunuhan-pembunuhan oleh Raden Arya Penangsang terutama ditujukan untuk menumpas habis keturunan Sultan Trenggana sampai kepada menantu-menantunya. Bahkan pembunuhan terakhir dilakukan oleh Arya Penangsang terhadap Sunan Prawata sang Raja Demak dan permaisurinya. Bahkan Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawata, sepulang dari Kudus, setelah gagal mendapatkan keadilan dari Sunan Kudus, sehubungan dengan pembunuhan kakaknya itu oleh Arya Penangsang, bersama suaminya pun diserang oleh para prajurit suruhan Arya Penangsang. Suaminya dan para pengawalnya tewas terbunuh. Untungnya, ia sendiri berhasil meloloskan diri. Situasi politik Demak semakin memanas. Bahkan beberapa daerah telah diserang oleh Jipang Panolan dan yang berhasil ditaklukkan, dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Jipang Panolan. Jipang Panolan rupanya ingin menduduki tahta Kesultanan Demak atau ingin mendirikan sebuah kesultanan baru yang lepas dari Kesultanan Demak Bintara.

Jaka Tingkir yang telah menjadi menantu Sultan Trenggana dan menjadi Adipati Pajang (Adipati Adiwijaya), juga menjadi sasaran pembunuhan. Raden Arya Penangsang mengutus 4 orang prajurit khusus andalannya, yang sakti dan belum pernah gagal menjalankan tugasnya sebagai pembunuh gelap untuk membunuh Jaka Tingkir. Sesampainya di keraton Pajang, setelah sebelumnya menyirep para penjaga istana, keempat orang itu berhasil masuk ke dalam tempat tidur Jaka Tingkir yang baru saja tidur. Mereka menusuk Jaka Tingkir dengan keris Kyai Setan Kober bekal khusus dari Arya Penangsang. Tetapi ternyata Jaka Tingkir tidak mempan ditusuk, meskipun telah berkali-kali ditusuk dengan keris tersebut. Walaupun dalam kondisi tidur, kesaktian ilmu Lembu Sekilan Jaka Tingkir selalu melindunginya, karena sudah matang dan sempurna menyatu dengan dirinya. Ketika mereka sedang berusaha keras membunuh Jaka Tingkir, muncullah 2 orang pengawal khusus istana kadipaten yang berhasil lolos dari serangan sirep dan membuntuti mereka.

Maka terjadilah pertarungan antara mereka di dalam ruang tidur tersebut. Karena kegaduhan yang terjadi, terbangunlah Jaka Tingkir. Hanya dalam segebrakan saja keempat orang pembunuh gelap itu sudah jatuh terkapar. Jaka Tingkir menyita keris Kyai Setan Kober. Keempat orang pembunuh itu diperintahkannya pulang kembali kepada Raden Arya Penangsang dengan pesan supaya Arya Penangsang mengambil sendiri keris Kyai Setan Kober miliknya di Pajang. Kegagalan para pembunuh gelap tersebut telah membuat marah besar sekaligus malu bagi Arya Penangsang, terutama karena kerisnya ada di tangan Jaka Tingkir, disita, sehingga ia tidak dapat lagi menyembunyikan rahasia usaha pembunuhan tersebut. Bagaimana pun juga semua orang sudah tahu bahwa Jaka Tingkir adalah orang keturunan Majapahit yang tua-tua dan saudara-saudaranya sudah habis dibunuhi. Jaka Tingkir harus dilenyapkan untuk mengamankan jalannya ke tahta Demak.

Tetapi Jaka Tingkir terkenal sebagai menantu Sultan Trenggana yang kesaktiannya sangat tinggi dan dari sekian banyak perkelahian dan pertarungan, belum pernah sekalipun ia terkalahkan. Bagaimana lagi cara yang harus dilakukan untuk membunuh Jaka Tingkir, sedangkan keris Kyai Setan Kober andalannya, pusaka milik Sunan Kudus yang telah diwariskan kepadanya, pusaka yang paling sakti di daerahnya, tidak mampu membunuhnya, melukai saja tidak. Malah sekarang berada di tangan Jaka Tingkir. Keris Kyai Setan Kober adalah sebuah keris ciptaan seorang empu jawa di jawa barat. Keris yang dibuat sangat sakti, walaupun tidak sesakti sepasang keris pusaka kerajaan Demak, keris Nagasasra dan Sabuk Inten, tetapi kesaktiannya sudah cukup sulit untuk dicari tandingannya. Sebuah keris yang ditujukan untuk dimiliki oleh seorang pemimpin daerah sebagai sarana tolak bala, dan mengamankan wilayahnya dari adanya gangguan mahluk halus atau pun serangan gaib.

Keris yang berwatak keras, berhawa panas dan angker menakutkan, membuat merinding siapapun yang melihatnya. Kasus kegagalan Arya Penangsang tersebut juga membuat Sunan Kudus menjadi khawatir dan cemas. Bagaimana kalau Jaka Tingkir datang untuk menuntut balas ? Siapa yang mampu menghadapi ? Sunan Kudus tak habis pikir betapa tinggi ilmu kanuragan yang dimiliki Adipati Adiwijaya itu sampai-sampai keris Kyai Setan Kober pun tidak mampu melukai tubuhnya sedikitpun. Arya Penangsang mendesak Sunan Kudus agar diberi ijin untuk mengadakan penyerangan ke Kadipaten Pajang, karena sudah kepalang basah. Daripada diserang duluan oleh Pajang, lebih baik menyerang duluan.

Namun Sunan Kudus menghalanginya. Sunan Kudus masih memiliki satu cara lagi, masih ada satu siasat untuk memancing Adipati Adiwijaya keluar untuk dimusnahkan segala ilmu kanuragan yang dimilikinya, agar semakin mudah membunuhnya. Siasat dilaksanakan. Sunan Kudus dengan didampingi Sunan Bonang, mengundang Jaka Tingkir untuk dipertemukan dengan Arya Penangsang untuk upaya perdamaian. Tempat dan waktunya sudah mereka atur. Sunan Kudus sudah menyiapkan 2 tempat duduk dari batu. Sunan Kudus mewanti-wanti supaya Arya Penangsang tidak duduk di batu di sebelah kanannya, karena batu itu batu keramat, sengaja diambil dari sebuah candi dan akan melunturkan kesaktian siapapun yang duduk di atasnya. Batu itu disediakan untuk Jaka Tingkir supaya semua ilmu kesaktiannya luntur.

Tetapi pada saat datang ke tempat pertemuan tersebut, Jaka Tingkir sudah mengetahui lewat rasa batinnya bahwa batu yang akan didudukinya mengandung suatu energi gaib negatif yang kuat. Sekalipun kegaiban batu itu masih belum cukup kuat untuk berpengaruh kepadanya, tetapi ia tidak mau begitu saja termakan kelicikan mereka. Jaka Tingkir menolak untuk duduk sekalipun berkali-kali dipersilakan duduk, sampai-sampai Arya Penangsang pun mengejeknya karena dianggap takut duduk di batu tersebut. "Silakan saja kamu yang duduk disitu kalau berani ! ", begitu kata Jaka Tingkir kepada Arya Penangsang. Karena malu hati termakan oleh omongannya sendiri, akhirnya dengan menutup-nutupi kekhawatirannya, Arya Penangsang pindah duduk di batu tersebut. Sesaat duduk di batu tersebut terasa oleh Arya Penangsang bahwa ada energi dingin yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya dan terasa kekuatannya melemah, terhisap hilang ke dalam batu itu.

Kegaiban batu itu telah bekerja kepadanya. Para Sunan pun tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena terlanjur sudah terjadi. Jaka Tingkir datang memenuhi undangan tersebut dengan membawa keris Kyai Setan Kober sitaannya. Di hadapan Arya Penangsang dan Sunan Bonang, Jaka Tingkir menyerahkan keris tersebut kepada Sunan Kudus, sebagai bukti perbuatan jahat Arya Penangsang kepadanya. Kemudian sambil mengucapkan banyak nasehat, Sunan Kudus menyerahkan keris tersebut kembali kepada Arya Penangsang. Tetapi Arya Penangsang adalah seorang yang tinggi hati. Sudah terlanjur malu, ia tidak mau begitu saja menerima dirinya dipersalahkan. Sambil menghunus Setan Kober kerisnya ia menantang perang kepada Jaka Tingkir. "Perselisihan harus diselesaikan secara laki-laki ! ", begitu katanya. "Kalau aku sendiri yang menusukkan keris ini ke tubuhmu, belum tentu kamu masih akan bisa sombong". Secara refleks Jaka Tingkir juga mencabut kerisnya, berdiri siap bertarung dengan kerisnya di tangan kanannya.

Tetapi Sunan Kudus dan Sunan Bonang cepat-cepat melerai mereka dan memerintahkan Arya Penangsang menyarungkan kembali kerisnya. Akhirnya mereka masing-masing pulang dengan tidak ada perdamaian di antara mereka. Untunglah pada saat itu Arya Penangsang mau menyarungkan kerisnya. Kalau tidak, pastilah sudah tamat riwayatnya. Kesaktian Jaka Tingkir masih terlalu tinggi. Kesiuran pancaran hawa energi kesaktiannya terasa sekali ketika ia refleks mencabut kerisnya dan siap bertarung dengan keris di tangan kanannya. Jika sampai terjadi pertarungan, semua yang hadir disitu tidak ada yang mampu menahannya. Apalagi ternyata keris yang ada di tangan Jaka Tingkir adalah Kyai Sengkelat, keris yang jauh lebih sakti dibandingkan Kyai Setan Kober dan semua pusaka yang ada di Demak saat itu. Bersama keris Kyai Sengkelat di tangan Jaka Tingkir, yang entah darimana didapatkannya, telah menjadikan Jaka Tingkir seorang yang pilih tanding.

Perpaduan wahyu keris yang telah menyatu dengan pribadi Jaka Tingkir telah menjadikan efektivitas wahyu keilmuan dan wahyu spiritual yang telah ada pada dirinya berlipat-lipat ganda pengaruhnya. Jaka Tingkir dipenuhi dengan ilham untuk memperdalam, juga untuk menciptakan ilmu-ilmu baru. Ditambah lagi ia juga mewarisi ilmu-ilmu tua jaman Singasari dan Majapahit. Ketika telah matang usianya Jaka Tingkir menjadi salah seorang manusia sakti yang sulit sekali dicari tandingannya. Keris Kyai Sengkelat telah menemukan pasangannya, seorang manusia berpribadi ksatria dan berbudi pekerti tinggi yang sejalan dengan pribadi wahyu keris tersebut, yang juga memiliki wahyu raja di dalam dirinya, sesuai perkenan Dewa. Setelah kejadian itu Sunan Kudus memerintahkan Arya Penangsang untuk bertapa dan berpuasa 40 hari untuk memulihkan kembali kesaktiannya dan juga untuk ditambahkan dengan ilmu-ilmu baru yang lebih tinggi lagi.
Tulisan terkait: