Juwita gadis cantik berambut
hitam bergelombang ia duduk di kursi halte menunggu bus datang ,ia baru pulang
dari les bimbel geografi.umur Juwita sekitar 16 tahun ai sekolah di smp 76 surabaya,sebenarnya
ia murid pindahan dari smp 20 surabaya barat yang dekat rumahnya tapi karena ia
terkenal nakal & suka membolos ia di pindahkan bahkan sekolahan di sana
menolaknya hingga ia terpaksa sekolah di smp 76 kota Surabaya
Gemericik air hujan yang jatuh di
atas atap halte tua yang atapnya baru di ganti dengan seng di cat merah kemarin
sian sungguh membuat Juwita terusik,ia tak bisa menenangkan diri meski hanya
sejenak untuk menambah ke sabaranya menunggu bus datang.seorang pemuda
berpayung kuning menerjang derasnya hujan di kala sore itu menuju ke halte tua
tersebut,wajah pemuda itu tak terlihat jelas karena hujan deras menghalangi
pandangan Juwita.
"mbak sekarang
jam berapa?"
"jam 17.30 wib"
"oh sudah jam 17.30 wib ya,sudah hampir malam,si mbak ngapain sendirian di
sini?"
"hmm lagi nungguin banjir nenggelamin kamu mas"
"lo kok nunggu banjir nenggelamin aku,aku kan bertanya serius,galak banget
mbak"
"biarin,lagian sudah jelas ini halte pasti nunggu bus,masak sedang mancing
ikan lele"
"bukan gitu mbak,tapi aku kira sedang jualan buah"
"emangnya wajahku kayak penjual buah"
"iya,kayak penjual buah di perempatan sana"
sambil menunjuk nenek penjuah buah,Juwita berdiri &
melihat nenek tersebut berjualan di selatan perempatan,Juwita pun hanya
mengangguk ngangguk saja.
merekapun akhirnya bisa
akrab.kejenuhan Juwita menunggu bus mulai sirna berka kehadiran Farid yang
lucu.tak berapa lama bus yang di tunggu datang iapum meninggalkan Farid sendiri
di halte tua itu.pintu bus telah tertutup juwita menuju ke tempat duduk. Juwita
duduk di samping kiri ia melambaikan tanganya di jendela ke Farid tapi ia sudah
tiada di sana,mungkin
motor yang barusan lewat di sisi kanan bus tadi adalah saudara atau temanya
yang menjemputnya pulang.
bus
mulai berjalan di sore yang mulai gelap & hujan yang tadi mulai reda kini
mulai berangsur deras kembali,derasnya hujan di malam hari membuat samar
pandangan Juwita yang melihat suasana keramaian di luar jendela bus.
mata Juwita mulai mengantuk,ia memejamkan mata &
tertidur lalu tak berapa lama bus berhenti di halte menjemput para
penumpang,tidur Juwita terganggu mata yang terkantuk kantuk itu terusik oleh
bus yang berhenti & suara penumpang yang baru naik.
duduk
seorang gadis di samping kanan Juwita.tubuh Juwita menggigil karena dinginya
angin malam,gadis di sampingnya meminjamkan jaketnya pada Juwita
"pakailah
jaketku ini" sambil menyodorkan jaketnya ke Juwita
"oh,terima kasih,tapi tidak usah"
"tidak apa apa kok"
"tapi nanti kamu yang malah kedinginan"
"tenang,aku tidak akan kedingina,aku membawa 2 jaket"
Juwita
memakai jaket tersebut "oh iya,namamu siapa"
"namaku Laras,kalau kamu"
"aku juwita"
mereka berdua bercanda selama perjalanan hingga mengganggu beberapa
penumpang lain.mereka saling bertukaran nomor handphone tiba
tiba seolah seperti tertabrak sesuatu tubuhnya seakan tersentak ke belakang,ia
melihat sebuah kejadian di depan matanya seolah ia tidak ada di dalam
bus.terlihat farid sedang duduk di halte tua tadi memutar mutar payung
kuning miliknya setelah di tinggal Juwita masuk bus,sebuah motor hitam lewat di
sisi kiri bus melaju perlahan lalu orang yang di gonceng menodongkan pistol
& menembak kepala Farid,iapun jatuh tersungkur bersamaan dengan tertutupnya
pintu bus
orang yang menembak segera mengambil mayad Farid & membawanya pergi.payung
kuning bersimbah darah menggelinding tertiup angin.
"Fari....d!"
teriak Juwita
Juwita melihat Laras
& penumpang lain duduk tenang seolah tak mendengar teriakanya tadi.Juwita
bertanya pada Laras apakah ia tadi mendengar teriakanya tadi,ternyata Laras
tidak mendengarnya
"ta,emang kamu
tadi teriak apa?"
"apa kamu benar benar tidak mendengarnya?"
"sungguh aku tidak dengar,dari tadi kamukan cuma diam sambil smsan"
"o...h gitu ya"
"emang ada apa?"
"tidak ada apa apa,cuma mimpi buruk"
"ha mimpi buruk! kamu smsan bisa mimpi
buruk?"
Laras mengerutkan
dahinya lalu tertawa terbahak bahak,Juwita berbicara dalam hatinya mungkin itu
hanya mimpi buruk saja & berharap bukan pertanda buruk. bus
berhenti,Juwita mengambil tas di bawah kakinya dia menunggu penumpang di
depanya keluar dari bus,Juwita melambaikan tanganya ke laras.
"ta, di luar masih hujan deras kamu berteduh saja di sini bersamaku"
“iyaaku
mau tapi besok kamu yang bayar busnya,rumahmukan jauh dari rumahku coba besok
kalau gak ada bus bisa sempor kakiku pulang jalan kaki”
“kan masih ada ojek”
“ojek?
Gak level”
Juwita
melambaikan tanganya lagi pada Laras & iapun langsung lari ke halte baru
beberapa langkah sebuah payung meneduhinya dari derasnya hujan iapun melirik ke
atas
"payung
kuning!"
tubuhnya seakan kembali tersentak ke belakang lalu ia sekali
lagi melihat peristiwa tadi namun kini lebih cepat dari yang tadi.sebuah tangan
memegang tangan Juwita lalu ia kaget & tersadar sambil berteriak
"Farid !" Ari kaget dengan teriakan pendek namun keras dari Juwita
"parit? parit
apa Farid?"
"Ari"
"o...h! kamu ternyata memanggil namaku,tapi tadi kayak ada rit
ritnya"
"itu cuma kamu yang salah dengerin"
"hmm mungkin karena suara mesin bus tadi aku jadi salah denger"
Juwita menarik napas lega,Juwita
berjalan di payungi oleh Ari.
"wit kamu beli
jaket baru ya"
"waduh aku lupa mengembalikan jaket Laras"
sambil menepuk
dahinya dengan tangan kiri
"gak apa
apa,besok aku antarin kamu ke rumahnya"
"tapi aku gak tahu rumahnya,oh iya! aku punya nomor handphonenya nanti aku
tanya alamatnya,besok kamu antarin aku ya"
"iya wit" sambil tersenyum pada Juwita
Ari membukakan pintu mobilnya
mempersilakan Juwita masuk dahulu.selama perjalanan di mobil Ari & Juwita
bernyanyi mengikuti alunan lagu di radio yang mereka dengar.Ari jengkel &
menepuk stir mobilnya karena macet di tambah lagi lagunya berhenti karena ada breaking
news,Ari memperhatikan wajah Juwita yang nampak sangat cemas,Ari mengelus
kepala Juwita & menyakinkan kalau dia tidak akan di marahi orang
tuanya.sebenarnya Juwita cemas setelah mendengar berita dari radio, pikiranya
melayang ke mana mana & mengandai andai kalau mayat yang di temukan di
jalan merpati Surabaya timur itu Farid seperti bayangan yang tiba tiba ia lihat
& menghilang begitu saja.
malam makin larut Juwita semakin
tenggelam dalam kecemasan antara menyakini apa yang ia lihat dalam bayangan
tadi atau tidak menyakininya Ari terbawah atmosfer kecemasan Juwita iapun terus
mencoba menenangkan Juwita selama di perjalanan.
"wit,Juwita
sayang tenang ya,rumahmu sudah dekat kok"
Ari mengelus kepala Juwita lagi dengan tangan kirinya
"iya,Ar"
mengangguk
namun pandangan matanya kemana mana Ari menggelengkan kepalanya melihat tingkah
Juwita.
5 menit
kemudian mobil Ari telah sampai di depan rumah Juwita,Juwita langsung membuka
sendiri pintu mobil lalu berlari masuk rumah,ibunya Juwita yang melihat wajah
pucat putrinya langsung menyuruhnya mandi dengan air hangat dari termos karena
ibunya tadi kehabisan elpigi untuk membuatkan air hangat untuk mandi.Ari
berjalan pelan dengan sedikit malu & takut kalau ia akan di labrak ayah
Juwita.
pak
Nardi & bu Fatimah adalah orang tua Juwita mereka mempersilakan Ari masuk
rumah & duduk di ruang tamu,mata pak Nardi terus melototi Ari karena
terlambat menjemput putriknya hingga ia pulang ke malaman. sambil menunduk Ari
menjelaskan kepada pak Nardi kalau dia tadi sudah menunggu di halte 2 jam
lebih,tapi ayahnya Juwita makin marah & Ari berbohong buktinya putrinya
pulang dengan jaket baru, Ari langsung di suruh pulang oleh ayahnya Juwita
kemudian ia berpamitan & bersalaman dengan wajah pucat & tangan yang
bergetar.
hingga tengah malam Juwita tetap
tidak bisa tidur ia terus di hantui bayangan kematian teman barunya,ia mencoba
memastikanya dengan menonton berita di tv handphonenya,ia memakai earphone agar
tidak mengganggu orang tuanya tidur. beberapa berita telah lewat tidak ada
berita tentang penemuan mayat yang kepalanya tertembak seperti yang ada di
radio tadi.berita tinggal 5 menit lagi akan selesai ia memindah dari chanel ke
chanel lain tapi tidak ada juga saat hampir putus asa akhirnya akhirnya ia
menemukan berita yang ia cari tapi ini berbeda tempat mayatnya di temukan di
madiun.
dalam kecemasan ia terus berharap
yang ia lihat tadi hanya mimpi buruk saja,Juwita mematikan tv handphonenya lalu
melepas earphone & mencoba tidur lagi.rasa cemas membuatnya membolak
balikan tubuhnya hanya untuk bisa tidur seperti ikan sedang di goreng. Juwita
duduk di atas tempat tidurnya lalu ia mengambil handphone di atas bantalnya ia
sms Ari agar tidak mengantarnya sekolah karena tidak enak badan.sms balasan
dari Ari langsung datang, Ari meminta Juwita untuk cepat tidur & selalu
menjaga kesehatanya karena sebulan lagi UNAS smp,Juwita membalas sms terima
kasih & akan mencoba segera tidur,sms balasan dari Ari "slamat bobo'
cyank"
pagi hari sekitar jam 05.30 wib
Juwita sulit di bangunkan oleh ibunya untuk berangkat sekolah,bu Fatimah yang
melihat wajah putrinya yang pucat dengan perasaan khawatir memegang dahi
putrinya yang sedang tidur, dahi Juwita terasa panas Bu Fatimah segera
mengambilkan kompres lalu mengompres putrinya sedangkan suaminya pergi untuk
membeli bensin.jam 08.23 wib Juwita di antar ayahnya ke rumah sakit. pak dokter
yang memeriksa Juwita mengatakan ia tidak sakit tapi cuma kelelahan pak dokter
memberi resep obat & menyarankan Juwita lebih banyak istirahat.
seminggu kemudian setelah pulang
les bimbel matematika,Juwita di antar Ari ke rumah Laras,saat di perjalanan
Juwita sms ibunya dia akan pulang malam,isi sms balasan dari ibunya adalah
Juwita harus pulang sebelum magrib sesudah berbalasan sms Juwita dengan ibunya
ia melihat Farid sedang membeli jeruk di timur perempatan,hai Juwita lega
ternyata yang ia lihat dult hanya mimpi buruk lalu ia teringat saat pertama
mereka bertemu di halte tua yang barusan terlewati
kesombongan Ari yang mengaku
hafal seluk beluk Surabaya
timur telah sirna setelah hampir 2 jam nyasar tidak menemukan rumah Laras
"katanya
hafal semua tempat di sini"
"beneran aku hafal,tapi kalau rt & rw aku gak hafal"
"iya
aku percaya kamu gak hafalin semua rt & rw sebanyak itu tapi kalau cewek
cantik pasti hafal rt & rw berapa rumahnya"
"he he kamu tahu aja" Ari meringis karena di sindir pacarnya.
Ari menengok kanan kiri sambil
menggaruk garuk kepalanya ke bingungan mau belok ke mana,malahan sekarang
mereka tidak tahu arah mata angin.kebingungan mereka menambah kacau suasana di
mobil & di dalam mobil mereka terus bertengkar. setelah bolak balik ke sana sini Juwita melihat
Laras di warung,mobil memutar balik ke warung melaju perlahan menghampiri Laras
tapi ia menolak menumpang naik mobil karena rumahnya sudah dekat.
Juwita & Ari masih bertengkar
saat di rumah Laras,setengah jam lagi sudah isya Juwita pasti di marahi
lagi.Juwita mengeluarkan jaket dari dalam tasnya mengembalikan & berterima
kasih pada Laras karena telah meminjaminya jaket. Juwita berpamitan tapi
neneknya Laras memintanya untuk menunggu sebentar,dengan tongkatnya nenek itu
berjalan ke lemari di belakang kursi yang di duduki Ari ia mengambil sebuah
bungkusan yang di tutup kain batik berwarna coklat.
"cah
ayu,apa kamu putrinya pak Nardi?"
"iya benar nek" Juwita menerima bungkusan tersebut
"aku ini nenek buyutmu,jadi kamu harus sering mengunjungi aku di
sini"
"iya terima kasih nek,aku mau pamit dulu
"cah
ayu hati hati di jalan sudah malam & jangan lupa berikan bungkusan itu pada
ibumu" "iya nek"
jam 20.05 wib Juwita telah sampai
di rumah tapi Ari langsung pergi tunggang langgang karena takut pada ayah
Juwita.pak Nardi berdiri dari kursinya yang ada di setelah melihat bungkusan
yang di bawa putrinya sepertinya ia pernah melihat bungkusan itu entah di mana.
"cepat masuk!"kanan pintu rumah dengan mata melotot tapi ia menarik
napas lalu menghembuskan napas dengan kesal
pak Nardi menarik cepat tanganya
saat bersalaman dengan putrinya bu Fatimah terkejut melihat bungkusan yang
mirip dengan bungkusan milik neneknya.
"bu ini ada titipan dari nenek buyut" menyodorkan bungkusan kepada
ibunya
"hus!
nenek buyut sudah mati" menerima lalu membuka bungkusan tersebut
"nenek buyut masih hidup" gertak Juwita pada ibunya
"nenek buyut sudah mati saat kamu umur 3 tahun"
"lalu siapa yang memberikan ini & mengaku sebagai nenek buyutku"
pak Nardi nampak cemas mendengar
pembicaraan istri & putrinya
"Juwita! cepat tidur sana!
kamu masih harus sekolah besok" perintahnya pada putri dengan
menggertaknya
Juwita melihat pembicaraan serius
ayah & ibunya di ruang tamu,entah apa yang mereka bicarakan tapi mungkin
tentang orang yang mengaku sebagai nenek buyut tapi yang jelas di rahasiakan
dari Juwita. tengah malam Juwita menyelinap ke kamar orang tuanya mencari
bungkusan tadi namun tidak ada,suara perut keroncong terdengar dari perut
Juwita ia lekas menuju ke dapur mencari makanan.karena nyasar mencari rumah
Laras ia tidak sempat membeli makanan kini ia sangat lapar.Juwita mengambil
sebungkus bakso yang sudah dingin di meja dapur lalu ia mengambil sepiring nasi
kemudian membawanya ke kamar tidur.
bungkusan yang Juwita cari
ternyata ada di atas lemari ruang tamu,Juwita menaruh sepiring nasi &
baksonya di meja kamar tidurnya kemudian kembali ke ruang tamu mengambil
bungkusan tersebut. sambil makan bakso Juwita membaca buku dari bungkusan
tersebut dengan menyenteri tiap tulisan yang ia baca dengan center
handphonenya.
tulisan berbahasa jawa cukup
membuat kepala Juwita sedikit pusing tapi ia sedikit memahami isinya lalu ia
menemukan gambar kotak dengan kalimat yang ia tidak mengerti maksudnya, Juwita
mengulang ulang kalimat tersebut tapi ia tetap tidak paham kemudian ia
mengembalikan buku itu ke atas lemari.Juwita melihat jam di handphonenya sudah
jam 23.40 wib ia mengambil selimutnya lalu tidur.
jam 04.28 wib Juwita di marahi
ayahnya karena lupa mencuci piring hingga nasi & mie sisa bakso mengering
di piring ia segera bangun lalu mencuci piringnya.setelah sholat subuh Juwita
menyiapkan buku & sragam sekolah karena selama 3 minggu menjelang UNAS ada
les bimbel pagi
Juwita di antar Ari dengan
mobilnya berangkat ke sekolahanya
"Ar kamu tahu gak?"
"tahu apa?"
"kata ibuku nenek buyutku.awas ada orang!" teriak Juwita
Ari mengerem mobilnya "bra...k!" kepaka Juwita terbentur ia menangis
sambil memegangi kepalanya merintih kesakitan.Ari memaki maki anak perempuan
yang menyebrang sembarangan yang langsung lari begitu saja.
Juwita terbaring lemas di kamar
rumah sakit di surabaya
barat,ia melihat melihat Ari bertengkar dengan nenek buyutnya
"Ar ari jangan begitu,kamu tidak sopan pada neneku" suara Juwita
lirih hingga Ari tidak mendengarnya.
Juwita merasa jengkel dengan
sifat Ari,seolah ia tertabrak sesuatu tiba tiba tubuhnya seolah tersentak ke
belakang tapi kini bukan melihat sebuah kejadian melainkan tulisan di buku
pemberian nenek buyutnya yang telah ia baca. mata kanan Ari tertusuk jarum
suntik & paha kirinya tertusuk jarum suntik & gunting suster berteriak
histeris ketakutan lalu beberapa dokter datang melihat ada kejadian apa di sana?
dokter membawa Ari ke ruang
operasi ia harus segera di operasi.di ruang perawatan Juwita pingsan karena
melihat peristiwa tadi & melihat tubuh Ari yang jatuh tersungkur bersimbah
darah. di ruang operasi Ari di suntik obat bius lalu dokter mengeluarkan suntik
& gunting dari tubuh Ari kemudian menjahit di perban.roh nenek buyut Juwita
keluar dari tubuh Laras, Laras hanya ingat hari ini ia menjenguk Juwita tapi ia
tidak tahu kenapa petugas kebersihan rumah sakit mengepel darah di lantai,darah
siapa ini?apakah ini darah Juwita? Laras keluar ruang perawatan agar Juwita
bisa istirahat tapi kemana Ari pergi mungkin dia sudah pulang atau pergi
menjemput keluarga Juwita.
nenek buyut Juwita merasuki tubuh
pak Nardi lalu memberitahu bu Fatimah bahwa putrinya sekarang ada di rumah
sakit,awalnya bu Fatimah tidak percaya & menganggap suaminya sedang
bercanda tapi ia mulai percaya saat suaminya berjalan seperti neneknya.
"cu
ini semua ini salah nenek"
"gak mungkin itu salah nenek"
"iya cu ini salah nenek,dulu nenek kena sumpah dari mantan kekasih
nenek"
"sumpah apa itu nek""sekitar 50 tahun yang lalu nenek di lamar
oleh fatah ia di terima sebagai menantu oleh ayahku,saat itu mantan kekasihku
menjenguku yang sakit tipes ia mendengar langsung kalau Fatah menjadi
tunanganku karena kesaktian yang di turunkan oleh ayahnya yang seorang dukun
hebat di kampung ia menyumpahi nenek"
"siapa
dia nek? & sumpahnya itu apa?
"dia adalah samsul,ia menyumpahi nenek jika kami menikah kami akan selalu
tertimpa musibah & salah satu dari kami akan mati setelah anak kami lahir
tidak cukup di situ sumpahnya jika kami tidak menikah kami tetap tertimpa
musibah jika kami bersama"
"lalu
apa hubunganya dengan putriku nek?"
"itu karena Ari adalah buyut dari adik Fatah"
"lalu aku harus bagaimana nek? agar sumpah itu tidak menimpa putriku
nek,tolonglah nek ia buyutmu juga nek"
"itu
catatan milik nenek yang ku berikan padamu" lalu keluar dari tubuh pak
Nardi
"ada apa bu?kenapa kamu menangis?"
"putri kita di rumah sakit"
"siapa yang bilang & di rumah sakit mana"
bu Fatimah tidak menjawab
pertanyaan suaminya ia langsung pergi ke kamar mengambil uang di balik kasurnya
& mengambil buku pemberian neneknya lalu mengajak suaminya berangkat ke
rumah sakit.20 menit kemudian pak Nardi & istrinya sampai di rumah
sakit,mereka bertemu Laras tapi ia kurang tahu kejadian apa yang menimpa Juwita
karena Ari sudah pergi dulu.pak Nardi langsung naik pitam ia sangat marah
seandainya ia bertemu ia akan menghajarnya.
"bocah
itu hampir mati!" suara Laras berubah seperti nenek nenek ia juga
membungkuk mengintip Juwita yang sedang terbaring lewat jendela kaca.
"bocah itu hampir mati! karena kekuatan yang ku berikan pada buyutku
Juwita"
"apa
itu kamu nek?"
"iya cu ini aku" Laras menangis tersedu sedu
"hey jangan bercanda kamu ya! putriku sedang kritis tahu!"
"hus! pak ini roh nenek yang merasuki Laras"
"putrimu tidak apa apa ia cuma pingsan tapi kekasihnya yang sedang
sekarat”
"maaf,
apa maksud nenek Ari,di mana dia?" tanya pak Nardi sedikit takut,para
pembesuk yang menjenguk keluarga & temanya langsung pergi melihat gelagak
anek Laras sore itu bahkan rumah sakit terasa dingin hingga bulu kuduk mereka
berdiri.
"bocah itu ada di sana" menjuding ke
arah ruang operasi
Laras setelah roh nenek bu Fatimah ke luar dari tubuhnya.
seminggu kemudian Ari sudah siuma ia menoleh ke kiri ia melihat setangkai bunga
mawar & tulisan "tidak ini salahku yang mengerem mendadak"
"bukan,ini salahku yang membuatmu kaget & kini aku membuatmu
cacat"
"apa maksudmu sayang" Juwita mencoba menguatkan dirinya & menahan
tangisanya.
"kau seperti ini karena kekuatanku,tapi tenanglah aku
sudah bisa mengendalikanya,lihatlah ini" Juwita menerbangkan segelas air
putih untuk Ari.
"minumlah sayang"
"wo...w kau hebat!sebenarnya aku sudah tahu kau bisa lihat roh tapi
aku tidak tahu kalau kau juga bisa telekinesis"
"maafkan aku Ar"
"tidak apa apa justru aku bangga punya pacar hebat sepertimu"
Juwita Fatah
yang memelas meminta bantuan ayahnya untuk mencabut sunpah Fatah .kata
ayahnya sumpah itu bisa hilang jika mereka tidak saling bertemu bahkan
mencintai tapi jika itu terjadi merekaa harus melarung benda yang paling
berharga bagi mereka dengan di ikatkan kelapa 3 warna.setelah Juwita selesai
UNAS ia pergi bersama Ari ke pantai lamongan mereka melarungkan benda paling
berharga mereka,Juwita melarung smartphone pemberian pamanya sepulang dari
korea & Ari melarung tv hitam putih peninggalan alm kakeknya.Selama mereka
pacaran sudah banyak musibah yang menimpa mereka bahkan keluarga mereka tidak
akur.
4 tahun kemudian tepatnya setahun setelah
Juwita lulus sma ia meminta di inikahkan dengan Ari karena dirinyalah yang
membuat Ari cacat selamanyaia akan menjadi mata & kaki Ari untu seumur
hidupnya.saat hari pernikahan para tamu membicarakan kejadian yang menimpa
Ari,tapi karena cinta mereka sudah kuat mereka bisa memaklumi para tamu.Juwita
& Ari meliha kakek & nenek buyut mereka hadir bahkan Farid juga hadir,Ari
menahan tawanya saat Farid menjaili bayi yang di gendong ibunya yang duduk di
sebelah Farid berdiri hingga bayi itu menangis.
bersambung