Pages

Subscribe:

Kamis, 05 Januari 2017

Abu Ma'shar Astrolog Muslim dari Persia


Nyaris semua karya Abu Ma’shar dalam astronomi telah hilang, dan hanya karya astrologinya dalam bahasa Arab yang masih tersisa.


Al-Falaki. Gelar itu ditabalkan para ilmuwan di era kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah kepada Abu Ma’shar berkat kehebatannya dalam bidang astrologi (ilmu perbintangan). Gerrit Bos dalam tulisannya bertajuk Abu Ma’shar: The Abbreviation of the Introduction to Astrology, Together with the Medieval Latin Translation of Adelard of Bath, menyebut Abu Ma’shar sebagai astrolog hebat di abad ke-9 M.

‘’Karya-karya Abu Ma’shar dalam bidang astrologi begitu populer dan sangat ber pengaru h bagi peradaban masyarakat Eropa Barat di abad pertengahan,’’ ujar Bos. Betapa tidak. Sederet adikarya sang Astrolog Muslim itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Menurut Bos, Abu Ma’shar tak hanya berpengaruh dalam bidang astrologi, ia juga berkontribusi dalam bidang kedokteran.

Penjelasan mengenai soal epidemik, papar Bos, merupakan salah satu pengaruh besar Abu Ma’shar dalam bidang kedokteran di Eropa. Ia menghubungkan masalah kedokteran dengan fenomena luar angkasa lewat teorinya yang disangat popular, yakni Theory of the Great Conjunctions.

‘’Menurut teori ini, hubungan planet tertentu dapat menyebabkan bencana alam dan politik,’’ tutur Bos. Salah satu bencana besar yang dihubung-hubungkan para dokter di abad ke -14 dengan teori yang dicetuskan Abu Ma’shar adalah fenomena Black Death. Hal ini menunjukkan betapa pemikiran Abu Ma’shar begitu berpengaruh terhadap peradaban Barat.

Keiji Yamamoto dalam tulisannya tentang sejarah hidup Abu Ma’shar mengungkapkan, ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-9 M itu terlahir pada 10 Agustus 787 M di Balkh, Persia (sekarang Afganistan). Sejatinya ia memiliki nama lengkap Ja’far ibnu Muhammad Abu Ma’shar al-Balkhi.

Selain dikenal dengan sebutan Abu Ma’shar, atrolog yang satu ini juga biasa disebut dengan panggilan Abulmazar. Abu Ma’shar merupakan seorang ilmuwan serbabisa. Selain dikenal sebagai seorang ahli astrologi (ilmu perbintangan), Abu Ma’shar juga menguasai matematika, astronomi, dan filsafat Islam. Ia menekuni matematika saat berusia 47 tahun, setelah kenal dan berkecimpung dalam dunia astrologi.

Ia merupakan murid dari seorang guru yang sangat legendaris, yakni al-Kindi, ilmuwan Muslim di abad ke-8 M. Seperti sang guru, nama Abu Mas'har begitu populer di dunia Barat. Abu Ma'shar telah berjasa menyatukan pelajaran ilmu perbintangan dari berbagai sumber Islam yang luas.

Menurut Yamamoto, Abu Ma'shar juga merupakan salah satu orang yang berpe -ran sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Sayangnya, tak banyak umat Islam di era modern yang mengetahui kisah hidup Abu Mashar. Para sejarawan sains pun sangat jarang mengupas kisah hidup sang ilmuwan.

Tak heran, jika banyak hal dalam sejarah hidup sang ilmuwan yang masih misterius dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Menurut Yamamoto, Abu Ma'shar terkenal dengan karya astrologinya. Yamamoto menuturkan, Abu Ma'shar pernah menulis mengenai ilmu perbintangan, termasuk tabel astronomi. Ada beberapa pertanyaan mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya, karena pendahulunya mengetahuinya hanya semata-mata berdasarkan pada kutipan horoskop (zodiak) yang tak dikenal dalam bukunya yang bertajuk The Revolutions of the Years of Nativities, papar Yamamoto.

Sejarah hidup Abu Ma'shar, tutur Yamamoto, ditulis seorang sejarawan pada abad ke-10 M bernama Ibnu al-Nadim (wafat 995/998 M). Salah satu misteri yang belum terungkap secara pasti tentang Abu Ma'shar adalah tahun wafatnya. Yamamoto memperkirakan, Abu Ma'shar wafat di Irak pada tahun 886 M. Sementara itu, al-Biruni (973-1048M) dalam karyanya bertajuk Chronology of the Ancient Nation menuturkan bahwa Abu Ma'shar masih melakukan pengamatan astrologi pada 892 M atau enam tahun sesudah tahun kematian yang disebutkan oleh para sejarawan. Al-Biruni dalam karyanya Book of Religions and Dynasties juga mengambil referensi dari karya Abu Ma'shar mengenai posisi bintang yang ditulis pada 896/897 M.

Karya tersebut ditulis Abu Ma'shar ketika berusia lebih dari 100 tahun. Ibnu al-Nadim dalam karyanya Fihrist mengungkapkan bahwa Abu Ma'shar merupakan ilmuwan dan filsuf yang menentang pandangan Helenistik. Pandangan Abu Ma'shar ini kemudian dimanfaatkan al-Biruni untuk memetahkan pendapat filsuf Islam sebelumnya yakni al-Kindi (801-873 M). Kemasyhuran Abu Ma'shar sebagai ahli astrologi hebat di istana Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad membuat namanya masuk dalam cerita tentang astrologi.

Bahkan, Ibnu Tawus (1193n1266 M) mengumpulkan beberapa anekdot Abu Ma'shar dalam karyanya berjudul Faraj al-Mahmum (Biografi Para Astrolog). Sayangnya, nyaris semua karya Abu Ma'shar dalam astronomi telah hilang, dan hanya karya astrologinya dalam bahasa Arab yang masih tersisa. Nama Abu Ma'shar tampaknya lebih populer di dunia Barat, ketimbang di dunia Islam modern. Nyaris tak ada pelajaran yang diajarkan di sekolah di Indonesia yang menyebut nama dan kontribusi Abu Ma'shar di era kekhalifahan. Sungguh sangat ironis. Kontribusi Sang Astrolog Siapa yang membaca akan mengetahui. Siapa yang menulis tak akan pernah mati. Peribahasa orang Perancis itu menemukan faktanya. Meski Abu Ma'shar telah tiada belasan abad silam, namun namanya tetap dikenang dan diperbincangkan kalangan ilmuwan, khususnya di dunia Barat.

Salah satu buku yang ditulis Charles Burnett bertajuk Abu Ma'shar: The Abbreviation of the Introduction to Astrology merupakan bukti betapa pemikiran sang ilmuwan masih dianggap penting oleh dunia Barat.

Richard Lemay dalam karyanya berjudul Abu Ma'shar and Latin Aristotelianism in the Twelfth Century, The Recovery of Aristotles Natural Philosophy through Iranian Astrology, masih tertarik dengan pemikiran sang astrolog Muslim.

Dalam bukunya itu Lemay berargumentasi bahwa tulisan Abu Ma'shar sangat mirip dengan salah satu karya terpenting teori Aristoteles tentang alam. Salah satu karya Abu Ma'shar dalam bidang astrologi yang sangat berpengaruh berjudul Kitab al-Mudkhal al-Kabir. Kitab ini terdiri dari 106 bab.

Karyanya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1133 M dan tahun 1140 M. Selain itu, buku yang ditulis Abu Mafshar pun diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Tak heran, jika buah pikir Abu Mafshar telah memiliki pengaruh yang signifikan kepada ahli filsafat Barat, salah satunyai Albert The Great.

Abu Ma'shar juga menulis sebuah versi ringkas dalam mengenalkan karyanya Kitab Mukhtafar alfMudkhal yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Adelard of Bath. Buku lainnya yang ditulis Abu Ma'shar yang terkenal dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Introductorium in Astronmiam.

Buku itu merupakan terjemahan dari kitab berbahasa Arab yakni Kitab al-Mudkhal al-Kabir ila eIlm Ahkam Annujjum, yang ditulis Abu Ma'shar di Baghdad pada 848 M. Kali pertama, kitab itu dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin oleh John of Seville pada 1133 M, dan selanjutnya, literatur dibuat lebih sedikit dan ringkas oleh Herman of Carinthia pada 1140 M.

Karya lainnya yang ditulis Abu Ma'shar adalah sejarah astrologi yang memperkenalkan tradisi Sasaniah. Ini dibuat pada era kekuasaan Khalifah al-Mansur, khalifah kedua pada dinasti Abbasiyah. Ini merupakan bagian strategi politik al-Mansur untuk memberikan sebuah yayasan untuk lahirnya dinasti baru, dan tentu saja itu digunakan paling efektif antar Dinasti Abbasiyah sebelumnya.

Buku Abu Ma'shar yang monumental dalam kategori sejarah adalah Kitab al-Milal wa-l-Duwal (Kitab tentang agama-agama dan dinasti). Buku itu terdiri dari delapan bagian dalam 63 bab. Karyanya yang satu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibaca oleh Roger Bacon, Pierre dfAilly, dan Pico della Mirandola (1463n1494 M).

Pemikiran Abu Ma'shar ini tentunya juga dibahas dalam karya besar mereka. Karya lain dalam kategori ini meliputi Fi dhikr ma tadullu elayhi al-ashkhas al-fulwiyya, Kitab aldalalat elaalittisalat waqiranat al-kawakib,dan Kitab aluluf (Book of Thousands), yang tidak bertahan lama tapi ringkasannya dipelihara oleh Sijzi (945-1020M).

Karya lainnya dari sang ilmuwan dikategorikan dalam genethlialogi, ilmu pengetahuan mengenai pemilihan kelahiran. Salah satu contoh adalah Kitab Tahawil Sini al-Mawalid (Book of the revolutions of the years of nativities).

Buku ini juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani. Kitab itu terdiri dari sembilan volume dan terbagi menjadi 96 bab. Yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani hanya lima volume dan terdiri dari 57 bab.

Karya lain Abu Ma'shar yang masuk dalam kategori ini adalah Kitab Mawalid al-Rijal wa-al-Nisa atau (Buku Asal Pira dan Wanita). Dalam karyanya Introductorium in Astronomiam and De magnis coniunctionibus, Abu Ma'shar, mengatakan, dunia diciptakan ketika tujuh planet bergabung dengan Aries, dan ramalan itu bisa berakhir ketika fenomena yang sama terjadi pada Pisces.

Terjemahan kedalam bahasa Latin dan dalam bahasa sehari-hari menjadikan karyanya beredar luas di Eropa dan menjadi sumber inspirasi untuk literatur penggambaran astrologi dengan beberapa pengarang minor awal era modern.

Astronomi
Abu Ma'shar mengembangkan model planet yang beberapa penafsiran sebagai sebuah model heliosentrik. Ini menunjukkan pada revolusi orbital planet diberikan sebagai revolusi heliosentrik lebih baik dari pada revolusi geosentrik dan hanya diketahui teori planet di kejadian ini dalam teori heliosentrik.

Karyanya dalam teori planet tidak dapat bertahan, tapi data astronomnya terakhir direkam oleh al-Hashimi dan al-Biruni, jelas Bartel Leendert van der Waerden dalam karyanya The Heliocentric System in Greek, Persian and Hindu Astronomy.she/des

Rabu, 04 Januari 2017

Indonesia di Mata Tiga Penjelajah Dunia : Marcopolo, Ibnu Batutah, dan James Cook




Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 13.466 pulau menurut Badan Informasi Geospasial. Beberapa penjelajah dunia sempat mampir ke Indonesia. Dan berkat mereka nama beberapa kerajaan, pulau, dan kota sempat tercatat sebagai bagian dari sejarah dunia.
Ada banyak penjelajah dunia di masa-masa terdahulu. Banyak diantaranya yang singgah di Indonesia. Ada yang mencatatnya, ada yang hanya menyimpannya di kepala saja, ada pula yang mungkin tidak tahu nama daerah itu sesungguhnya.

Adalah tiga penjelajah dunia yang sempat mencatatkan kesannya tentang beberapa daerah di Indonesia, mereka adalah Marcopolo, Ibnu Batutah, dan James Cook.

1. Marcopolo (1254 – 1324)
Marcopolo adalah seorang pedagang dan penjelajah dunia yang berasal dari Italia. Ia terkenal dengan cerita-cerita uniknya tentang dunia timur. Saat itu bangsa barat tidak mengenal dunia timur sehingga banyak yang meragukan perjalanannya.
Selain menyusuri jalan sutra, Marcopolo juga sempat mengunjungi Tiongkok serta Indonesia. Berikut adalah penemuannya yang berkaitan dengan Indonesia yang diceritakan dalam buku berjudul “The Travels.”
# Pulau Jawa Besar (Pulau Jawa)
Diperkirakan sangat luas karena Marcopolo tidak sempat mengunjungi pantai selatannya. Marcopolo juga menceritakan tentang kegagalan penyerangan Kubilai Khan ke Jawa.
# Pulau Sondur dan Condur 
Diperkirakan merupakan pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan yang pernah digunakan sebagai patokan pelayaran.
# Pulau Pentam (Pulau Bintan)
Marcopolo menyebutkan letak pulau ini dari Selat Singapura.
# Kota Malaiur (Singapura atau Palembang)
Diceritakan mempunyai seorang raja.
# Pulau Jawa Kecil (Pulau Sumatera)
Diceritakan mempunyai 8 kerajaan dan 8 raja, masing-masing kerajaan punya bahasanya sendiri-sendiri.
# Kerajaan Ferlec dan Basma (Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai)
Kerajaan Perlak diceritakan Marcopolo sebagai kerajaan yang beragama Islam, terutama penduduk kotanya. Sementara orang gunungnya masih liar dan kanibal kemungkinan adalah suku Battas (Batak). Basma, yang kemungkinan adalah Samudra Pasai, digambarkan memiliki gajah liar, unicorn, dan monyet kecil yang berwajah seperti manusia. Belakangan unicorn yang disebutkan Marcopolo merupakan badak bercula satu.
Kerajaan Samara dan Dagroian (Kerajaan Samudera dan Poli/Pidie)
Di kerajaan Samara, Marcopolo menemukan kacang India sebesar kepala orang, yang enak dimakan ketika segar, rasanya manis dan putih seperti susu. Kacang yang dimaksud Marcopolo disini adalah kelapa (palem Melayu). Di kerajaan Dragoian terjadi praktek perdukunan dan kanibalisme keluarga yang meninggal.
# Kerajaan Lambri dan Fansur (Kerajaan Lamuri dan Barus)
Di kerajaan Lamuri Marcopolo menceritakan tentang manusia berbulu dan berekor yang kemungkinan besar adalah orang utan. Di kerajaan Barus ia menemukan yang kini disebut kapur barus dan sagu kelapa.
2. Ibnu Batuttah (1304 – 1377)
Bernama lengkap Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi, penjelajah dunia ini berasal dari Maroko. Berawal dari menunaikan ibadah haji, Ibnu Batutah memulai perjalanannya di usia 21 tahun. Geoge Sarton, sejarawan Barat, mencatat bahwa perjalanan Ibnu Batutah mencapai 120.000 kilometer melintasi 44 negara dalam waktu 30 tahun.

Ibnu Battuta, nationalgeographic.com
Ibnu Batutah sempat terdampar di Indonesia, tepatnya di Kerajaan Samudera Pasai yang saat itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik Zahir. Sultan Malik Al- Zahir merupakan salah satu dari 7 raja yang dikagumi olehnya, karena Sultan Malik Al-Zahir dinilai berpengetahuan luas dan mendalam. Berikut adalah penemuannya:
Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.
Kedatangannya mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai.
Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memiliki ghirah (semangat) belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada ulama.
Samudera Pasai saat itu menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Pusat studi Islam yang dibangun di lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama dan elit kerajaan.
Pedalaman Sumatra kala itu masih dihuni masyarakat non-Muslim. Ada beberapa perilaku masyarakat yang mengerikan, seperti bunuh diri massal yang dilakukan hamba ketika pemimpinnya mati.
3. James Cook (1728 – 1779)
James Cook merupakan seorang penjelajah dan navigator berasal dari Inggris. Ia menjelajah dunia hingga 3 kali untuk kepentingan kerajaan Ingris, yaitu menemukan daerah jajahan baru dan mengantar para ilmuwan ke Tahiti. Cook dikenal sebagai pribadi yang baik, patuh pada perintah, dan sangat memperhatikan kesehatan anak buahnya walau pada akhirnya ia tewas dibunuh oleh orang Hawaii.

Potrait Captain James Cook, gambar: wikipedia.org
Dalam perjalanannya, James Cook pernah singgah di Indonesia sekitar 2,5 bulan, tepatnya di Batavia atau Jakarta di masa kini. Persinggahannya di Indonesia tidak direncanakan. Hal itu terjadi karena kapal Endeavour mengalami kekurangan bekal dan kerusakan saat perjalanan pulang dari Australia.
Pada masa itu Indonesia sudah dijajah oleh Belanda lewat VOC. Berikut adalah catatannya mengenai Batavia dalam jurnalnya yang berjudul “Journal of the Proceedings of His Majesty’s Bark Endeavour, on a Voyage Round the World.”
Sebagian jalan Batavia memiliki kanal-kanal air yang kemudian bersatu sekitar setengah mil sebelum aliran itu ke laut. Komunikasi antara laut dan kota dilakukan lewat kanal, dan hanya siang hari. Ketika malam pintu penghubungnya ditutup batang kayu.
Sebuah jalan di Batavia dengan perahu-perahu di kanal dengan penanda sebuah kubah gereja. Di masa kini kawasan yang dimaksud Cook adalah sepanjang Kalibesar, sementara kubah gereja yang dimaksud kini menjadi Museum Wayang.
Batavia adalah tempat di mana orang Eropa tidak ingin untuk mengunjunginya. Tetapi, jikalau terpaksa ke kota ini, mereka akan melakukannya sesingkat mungkin, kalau tidak mereka akan segera merasakan efek dari udara tak sehat di Batavia. Hal ini terjadi karena di masa itu aturan membuang sampah dan tinja di kanal diperbolehkan, dan kanal mandek serta mendangkal akibat letusan Gunung Salak di tahun 1699.
Observatorium sangat elegan milik Tuan Mohr, dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti kebanyakan wahana astronomi di Eropa. Kubah observatorium tersebut merupakan penanda kota yang berlokasi di kawasan Glodok, tak jauh dari Klenteng Jin De Yuan.
Lewat catatan sejarah, kita bisa mengenal keadaan dan pribadi bangsa kita di masa lalu. Semoga kita bisa belajar dari catatan sejarah tersebut, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
Referensi:
http://id.wikipedia.org
https://ebooks.adelaide.edu.au/p/polo/marco/travels/book3.9.html
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,41371-lang,id-c,kolom-t,Ibnu+Batutah++Petualang+Legendaris+asal+Maroko-.phpx
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/james-cook-pernah-keluyuran-di-batavia

Ketika Bangsa Mongol Memilih Islam


ketika-bangsa-mongol-memilih-islamMendengar kata Mongol atau Tatar, nalar kita dengan cepat menyasar pada sifat-sifat anti peradaban. Trauma sejarah, kontak pertama dunia Islam dengan mereka adalah alasannya. Saat itu, bangsa Mongol adalah orang-orang nomad yang bengis, sadis dalam peperangan, dan penghancur peradaban. Saat Mongol memporak-porandakan dunia Islam, orang-orang menyangka, kehancuran umat Islam telah dimulai. Namun siapa sangka, musuh yang begitu keras permusuhannya, amat membenci ajaran Islam, dan menindas pemeluknya, tiba-tiba menjadi saudara.
Asal-Usul Bangsa Mongol
Orang-orang Mongol berasal dari Gurun Gobi, di ujung utara negeri Tiongkok. Mereka adalah kaum penggembala yang penyembah berhala, bintang, dan sujud pada matahari kala sang surya terbit di ufuk timur. Agama mereka adalah Samanisme. Suatu aliran kepercayaan yang mensucikan ruh-ruh nenek moyang. Dan mempersembahkan kurban kepada hewan-hewan buas.
Kata Tatar adalah sebutan untuk suku Mongol, Turk, Uygur, Seljuk, dan suku lainnya yang menghuni area Gurun Gobi. Jadi, Tatar itu lebih luas cakupanya dibanding Mongol. Namun kata Mongol juga sering digunakan untuk menyebut suku-suku di atas. Apabila ditinjau dari wilayah kekuasaan Jenghis Khan yang meliputi suku-suku tersebut.
Memeluk Islam
Mungkin orang-orang bertanya, apa yang ditinggalkan bangsa Mongol selain menghancurkan dan melakukan pembantaian? Apa yang terjadi pada mereka setelah tragedy Baghdad dan Perang Ain Jalut?
Setelah 35 tahun masuk wilayah Islam dan berinteraksi dengan kaum muslimin, orang-orang Mongol mulai tertarik dengan agama Islam. Bahkan, tidak sampai 50 tahun, mayoritas dari mereka telah memeluk agama yang mulia ini. Mongol pun terbagi menjadi Mongol muslim dan Mongol paganis (penyembah berhala). Mereka korbankan persaudaraan sesuku demi membela agama ini.
Meskipun telah menjadi muslim, ada sifat-sifat asli bangsa Mongol yang tidak hilang. Baik kepercayaan maupun karakter. Memang, Islam telah merubah mereka, tapi perubahan itu tidak terjadi menyeluruh seperti generasi awal Islam dulu. Di sisi lain, kita tidak boleh melupakan jasa-jasa mereka. Orang-orang Mongol telah memberikan sumbangsih besar dalam peradaban Islam. Bahkan apa yang mereka lakukan tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak terulang lagi di masa setelahnya. Wilayah-wilayah yang belum pernah diinjak oleh kaum muslimin menjadi negeri Islam. Dari ujung timur hingga perbatasan propinsi-propinsi Arab, dan batas-batas Eropa, menjadi wilayah Islam.
Pembagian Daulah Mongol
Jenghis Khan menginvasi banyak wilayah hingga kerajaannya memiliki wilayah yang sangat luas. Ia membagi-bagi wilayah kekuasaannya kepada anak-anaknya dari istri pertama. Mereka adalah:
Putra tertua, Jochi, menguasai wilayah Rusia, Khawarizm, Kaukasus, dan Bulgaria.
Chagatai menguasai wilayah-wilayah Uygur, Turkmenistan barat, dan negeri-negeri seberang sungai.
Tolui menguasai wilayah Khurasan, Persia, wilayah-wlayah Asia Kecil, dan sebagian wilayah Arab.
Ogedei menguasai wilayah Mongol, Tiongkok, Turkmenistan timur, dan wilayah-wilayah kekuasaan Jenghis Khan di sebelah timur.
Pembagian Wilayah Kekuasaan Mongol
Tersebarnya Islam di Tengah Masyarakat Tatar
Pembagian Wilayah Kekuasaan MongolTak terbayangkan sebelumnya, tiba-tiba dakwah Islam menyebar begitu saja di tengah orang-orang Mongol. Dakwah masuk ke hati mereka tanpa tombak-tombak dan pedang-pedang. Juga tanpa perebutan kekuasaan. Begitulah kemuliaan agama ini, pun dikenal oleh musuh-musuhnya. Menyentuh hati-hati mereka. Menundukkan ruh raga yang telah mengalahkan kaum muslimin.
Ketertarikan masyarakat Mongol terhadap Islam memang terbilang unik. Karena sebelumnya mereka menyerang dan menyebar bagaikan hama belalang di suatu perkebunan. Merusak dan menghancurkan. Tiba-tiba mereka menjadi saudara dan tunduk dengan petuah para ulama.
Thomas Walker Arnold, seorang sejarawan dan orientalis asal Inggris, juga merasakan keheranannya. Dalam bukunya The Preaching of Islam, ia mengutarakan perasaan herannya pada para penakluk itu sekaligus rasa takjub dengan kesungguhan pendakwah Islam. Mereka mengalahkan tantangan besar dan melewati ujian yang sulit dalam berdakwah. Arnold takjub bagaimana bisa pendakwah Islam bisa mengalahkan pendakwah Budha dan Kristen dalam menarik hati penguasa Mongol. Padahal Islam adalah musuh Mongol. Ditambah mereka memiliki hati yang keras, yang sebelumnya tertutup tidak menerima keyakinan kecuali Samanisme.
Sebelumnya, nasib para ulama Islam adalah dibunuh atau ditawan. Jenghis Khan memerintahkan hukuman mati bagi siapa saja yang menyembelih hewan seperti kurban yang dilakukan umat Islam. Hal ini terus berlangsung hingga masa Kubilai Khan. Dan Kaisar Mongol dari Dinasti Ilkhan, Arghun Khan (1284-1291), juga melakukan penyiksaan terhadap umat Islam di negeri mereka.
Tentu, masuknya sejumlah besar bangsa Mongol ke agama Islam adalah sebuah peristiwa yang luar biasa. Wilayah mereka yang luas pun menjadi wilayah Islam.
Pelajaran
Hati manusia itu di tangan Allah ﷻ. Bisa jadi hari ini orang yang membenci, esok hari ia sangat mencintai. Dan sebaliknya, hari ini membela esok menjadi pencela. Kita memohon kepada Allah ﷻ agar senantiasa menetapkan hati kita di atas agamanya.
Sumber:
– http://islamstory.com/ar/

Muhammad al-Fatih, Penakluk Konstantinopel


Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Binzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.
Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil
Muhammad al-Fatih, Penakluk KonstantinopelMuhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Tanduk Emas atau Golden Horn
Tanduk Emas atau Golden Horn, di Istanbul, Turki.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.
Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ.
“… Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.” (HR. HR. Muslim no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta membuat kita menafikan jasa-jasanya yang sangat besar. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau rahimahullah.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.
Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya
Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari
Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.
Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih…
Sumber: islamstory.com

Kisah Sahabat: Salman Al-Farisi Radhiallahu ‘anhu

Dari Abdullah bin Abbas Radhiallaahu ‘anhu berkata, “Salman al-Farisi menceritakan biografinya kepadaku dari mulutnya sendiri. Dia berkata, ‘Aku seorang lelaki Persia dari Isfahan, warga suatu desa bernama Jai. Ayahku adalah seorang tokoh masyarakat yang mengerti pertanian. Aku sendiri yang paling disayangi ayahku dari semua makhluk Allah. Karena sangat sayangnya aku tidak diperbolehkan keluar rumahnya, aku diminta senantiasa berada di samping perapian, aku seperti seorang budak saja.

Aku dilahirkan dan membaktikan diri di lingkungan Majusi, sehingga aku sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya api dan tidak membiarkannya padam.
Ayahku memiliki tanah perahan yang luas. Pada suatu hari beliau sibuk mengurus bangunan. Beliau berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, hari ini aku sibuk di bangunan, aku tidak sempat mengurus tanah, cobalah engkau pergi ke sana!’ Beliau menyuruhku melakukan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan.
Aku keluar menuju tanah ayahku. Dalam perjalanan aku melewati salah satu gereja Nasrani. Aku mendengar suara mereka yang sedang sembahyang. Aku sendiri tidak mengerti mengapa ayahku mengharuskan aku tinggal di dalam rumah saja (melarang aku keluar rumah).
Tatkala aku melewati gereja mereka, dan aku mendengar suara mereka sedang shalat maka aku masuk ke dalam gereja itu untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan?
Begitu aku melihat mereka, aku kagum dengan shalat mereka, dan aku ingin mengetahui peribadatan mereka. Aku berkata dalam hati, ‘Demi Allah, ini lebih baik dari agama yang kita anut selama ini.’
Demi Allah, aku tidak beranjak dari mereka sampai matahari terbenam. Aku tidak jadi pergi ke tanah milik ayahku. Aku bertanya kepada mereka, ‘Dari mana asal usul agama ini?’ Mereka menjawab, ‘Dari Syam (Syiria).’
Kemudian aku pulang ke rumah ayahku. Padahal ayahku telah mengutus seseorang untuk mencariku. Sementara aku tidak mengerjakan tugas dari ayahku sama sekali. Maka ketika aku telah bertemu ayahku, beliau bertanya, ‘Anakku, ke mana saja kamu pergi?
Bukankah aku telah berpesan kepadamu untuk mengerjakan apa yang aku perintahkan itu?’ Aku menjawab, ‘Ayah, aku lewat pada suatu kaum yang sedang sembahyang di dalam gereja, ketika aku melihat ajaran agama mereka aku kagum. Demi Allah, aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam.’
Ayahku menjawab, ‘Wahai anakku, tidak ada kebaikan sedikitpun dalam agama itu. Agamamu dan agama ayahmu lebih bagus dari agama itu.’ Aku membantah, ‘Demi Allah, sekali-kali tidak! Agama itu lebih bagus dari agama kita.’ Kemudian ayahku khawatir dengan diriku, sehingga beliau merantai kakiku, dan aku dipenjara di dalam rumahnya.
Suatu hari ada serombongan orang dari agama Nasrani diutus menemuiku, maka aku sampaikan kepada mereka, ‘Jika ada rombongan dari Syiria terdiri dari para pedagang Nasrani, maka supaya aku diberitahu.’ Aku juga meminta agar apabila para pedagang itu telah selesai urusannya dan akan kembali ke negrinya, memberiku izin bisa menemui mereka.
Ketika para pedagang itu hendak kembali ke negrinya, mereka memberitahu kepadaku. Kemudian rantai besi yang mengikat kakiku aku lepas, lantas aku pergi bersama mereka sehingga aku tiba di Syiria.
Sesampainya aku di Syiria, aku bertanya, ‘Siapakah orang yang ahli agama di sini?’ Mereka menjawab, ‘Uskup (pendeta) yang tinggal di gereja.’ Kemudian aku menemuinya. Kemudian aku berkata kepada pendeta itu, ‘Aku sangat mencintai agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu, aku akan membantumu di gerejamu, agar aku dapat belajar denganmu dan sembahyang bersama-sama kamu.’ Pendeta itu menjawab, ‘Silahkan.’
Maka akupun tinggal bersamanya.
Ternyata pendeta itu seorang yang jahat, dia menyuruh dan menganjurkan umat untuk bersedekah, namun setelah sedekah itu terkumpul dan diserahkan kepadanya, ia menyimpan sedekah tersebut untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada orang-orang miskin, sehingga terkumpullah 7 peti emas dan perak.
Aku sangat benci perbuatan pendeta itu. Kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani pun berkumpul untuk mengebumikannya. Ketika itu aku sampaikan kepada khalayak, ‘Sebenarnya, pendeta ini adalah seorang yang berperangai buruk, menyuruh dan menganjurkan kalian untuk bersedekah. Tetapi jika sedekah itu telah terkumpul, dia menyimpannya untuk dirinya sendiri, tidak memberikannya kepada orang-orang miskin barang sedikitpun.’
Mereka pun mempertanyakan apa yang aku sampaikan, ‘Apa buktinya bahwa kamu mengetahui akan hal itu?’ Aku menjawab, ‘Marilah aku tunjukkan kepada kalian simpanannya itu.’ Mereka berkata, Baik, tunjukkan simpanan tersebut kepada kami.’
Lalu Aku memperlihatkan tempat penyimpanan sedekah itu. Kemudian mereka mengeluarkan sebanyak 7 peti yang penuh berisi emas dan perak. Setelah mereka menyaksikan betapa banyaknya simpanan pendeta itu, mereka berkata, ‘Demi Allah, selamanya kami tidak akan menguburnya.’ Kemudian mereka menyalib pendeta itu pada tiang dan melempari jasadnya dengan batu.
Kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya. Aku tidak pernah melihat seseorang yang tidak mengerjakan shalat lima waktu (bukan seorang muslim) yang lebih bagus dari dia, dia sangat zuhud, sangat mencintai akhirat, dan selalu beribadah siang malam. Maka aku pun sangat mencintainya dengan cinta yang tidak pernah aku berikan kepada selainnya. Aku tinggal bersamanya beberapa waktu.
Kemudian ketika kematiannya menjelang, aku berkata kepadanya, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersamamu, dan aku sangat mencintaimu, belum pernah ada seorangpun yang aku cintai seperti cintaku kepadamu, padahal sebagaimana kamu lihat, telah menghampirimu saat berlakunya taqdir Allah, kepada siapakah aku ini engkau wasiatkan, apa yang engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, sekarang ini aku sudah tidak tahu lagi siapa yang mempunyai keyakinan seperti aku.
Orang-orang yang aku kenal telah mati, dan masyarakatpun mengganti ajaran yang benar dan meninggalkannya sebagiannya, kecuali seorang yang tinggal di Mosul (kota di Irak), yakni Fulan, dia memegang keyakinan seperti aku ini, temuilah ia di sana!’
Lalu tatkala ia telah wafat, aku berangkat untuk menemui seseorang di Mosul. Aku berkata, ‘Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan kepadaku menjelang kematiannya agar aku menemuimu, dia memberitahuku bahwa engkau memiliki keyakinan sebagaimana dia.’
Kemudian orang yang kutemui itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku. Aku pun hidup bersamanya.’ Aku dapati ia sangat baik sebagaimana yang diterangkan Si Fulan kepadaku. Namun ia pun dihampiri kematian. Dan ketika kematian menjelang, aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Fulan, ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepadamu dan agar aku menemuimu, kini taqdir Allah akan berlaku atasmu sebagaimana engkau maklumi, oleh karena itu kepada siapakah aku ini hendak engkau wasiatkan? Dan apa yang engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tak ada seorangpun sepengetahuanku yang seperti aku kecuali seorang di Nashibin (kota di Aljazair), yakni Fulan. Temuilah ia!’
Maka setelah beliau wafat, aku menemui seseorang yang di Nashibin itu. Setelah aku bertemu dengannya, aku menceritakan keadaanku dan apa yang di perintahkan si Fulan kepadaku.
Orang itu berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’ Sekarang aku mulai hidup bersamanya. Aku dapati ia benar-benar seperti si Fulan yang aku pernah hidup bersamanya. Aku tinggal bersama seseorang yang sangat baik.
Namun, kematian hampir datang menjemputnya. Dan di ambang kematiannya aku berkata, ‘Wahai Fulan, Ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, dan kemarin Fulan mewasiatkan aku kepadamu? Sepeninggalmu nanti, kepada siapakah aku akan engkau wasiatkan? Dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, Demi Allah, tidak ada seorangpun yang aku kenal sehingga aku perintahkan kamu untuk mendatanginya kecuali seseorang yang tinggal di Amuria (kota di Romawi). Orang itu menganut keyakinan sebagaimana yang kita anut, jika kamu berkenan, silahkan mendatanginya. Dia pun menganut sebagaimana yang selama ini kami pegang.’
Setelah seseorang yang baik itu meninggal dunia, aku pergi menuju Amuria. Aku menceritakan perihal keadaanku kepadanya. Dia berkata, ‘Silahkan tinggal bersamaku.’
Akupun hidup bersama seseorang yang ditunjuk oleh kawannya yang sekeyakinan.
Di tempat orang itu, aku bekerja, sehingga aku memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Kemudian taqdir Allah pun berlaku untuknya. Ketika itu aku berkata, ‘Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersama si Fulan, kemudian dia mewasiatkan aku untuk menemui Si Fulan, kemudian Si Fulan juga mewasiatkan aku agar menemui Fulan, kemudian Fulan mewasiatkan aku untuk menemuimu, sekarang kepada siapakah aku ini akan engkau wasiatkan?dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?’
Orang itu berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mengetahui seorangpun yang akan aku perintahkan kamu untuk mendatanginya. Akan tetapi telah hampir tiba waktu munculnya seorang nabi, dia diutus dengan membawa ajaran nabi Ibrahim. Nabi itu akan keluar diusir dari suatu tempat di Arab kemudian berhijrah menuju daerah antara dua perbukitan. Di antara dua bukit itu tumbuh pohon-pohon kurma. Pada diri nabi itu terdapat tanda-tanda yang tidak dapat disembunyikan, dia mau makan hadiah tetapi tidak mau menerima sedekah, di antara kedua bahunya terdapat tanda cincin kenabian. Jika engkau bisa menuju daerah itu, berangkatlah ke sana!’
Kemudian orang inipun meninggal dunia. Dan sepeninggalnya, aku masih tinggal di Amuria sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Pada suatu hari, lewat di hadapanku serombongan orang dari Kalb, mereka adalah pedagang. Aku berkata kepada para pedagang itu, ‘Bisakah kalian membawaku menuju tanah Arab dengan imbalan sapi dan kambing-kambingku?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku memberikan ternakku kepada mereka.
Mereka membawaku, namun ketika tiba di Wadil Qura, mereka menzha-limiku, dengan menjualku sebagai budak ke tangan seorang Yahudi.
Kini aku tinggal di tempat seorang Yahudi. Aku melihat pohon-pohon kurma, aku berharap, mudah-mudahan ini daerah sebagaimana yang disebutkan si Fulan kepadaku. Aku tidak biasa hidup bebas.
Ketika aku berada di samping orang Yahudi itu, keponakannya datang dari Madinah dari Bani Quraidzah. Ia membeliku darinya. Kemudian membawaku ke Madinah. Begitu aku tiba di Madinah aku segera tahu berdasarkan apa yang disebutkan si Fulan kepadaku. Sekarang aku tinggal di Madinah.
Allah mengutus seorang RasulNya, dia telah tinggal di Makkah beberapa lama, yang aku sendiri tidak pernah mendengar ceritanya karena kesibukanku sebagai seorang budak. Kemudian Rasul itu berhijrah ke Madinah. Demi Allah, ketika aku berada di puncak pohon kurma majikanku karena aku bekerja di perkebunan, sementara majikanku duduk, tiba-tiba salah seorang keponakannya datang menghampiri, kemudian berkata, ‘Fulan,
Celakalah Bani Qailah (suku Aus dan Khazraj). Mereka kini sedang berkumpul di Quba’ menyambut seseorang yang datang dari Makkah pada hari ini. Mereka percaya bahwa orang itu Nabi.’
Tatkala aku mendengar pembicaraannya, aku gemetar sehingga aku khawatir jatuh menimpa majikanku. Kemudian aku turun dari pohon, dan bertanya kepada keponakan majikanku, ‘Apa tadi yang engkau katakan? Apa tadi yang engkau katakan?’ Majikanku sangat marah, dia memukulku dengan pukulan keras. Kemudian berkata, ‘Apa urusanmu menanyakan hal ini, Lanjutkan pekerjaanmu.’
Aku menjawab, ‘Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mencari kejelasan terhadap apa yang dikatakan. Padahal sebenarnya saya telah memiliki beberapa informasi mengenai akan diutusnya seorang nabi itu.’
Pada sore hari, aku mengambil sejumlah bekal kemudian aku menuju Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, ketika itu beliau sedang berada di Quba, lalu aku menemui beliau. Aku berkata, ‘Telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang shalih, engkau memiliki beberapa orang sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit sedekah, dan menurutku kalian lebih berhak menerima sedekahku ini daripada orang lain.’
Aku pun menyerahkan sedekah tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabat, ‘Silahkan kalian makan, sementara beliau tidak menyentuh sedekah itu dan tidak memakannya. Aku berkata, ‘Ini satu tanda kenabiannya.’
Aku pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, aku mendatangi beliau sambil berkata, ‘Aku memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa sedekah, sedangkan ini merupakan hadiah sebagai penghormatanku kepada engkau.’
Kemudian Rasulullah makan sebagian dari hadiah pemberianku dan memerintahkan para sahabat untuk memakannya, mereka pun makan hadiahku itu. Aku berkata dalam hati, ‘Inilah tanda kenabian yang kedua.’
Selanjutnya aku menemui beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di kuburan Baqi’ al-Gharqad, beliau sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabat, beliau mengenakan dua lembar kain, ketika itu beliau sedang duduk di antara para sahabat, aku mengucapkan salam kepada beliau. Kemudian aku berputar memperhatikan punggung beliau, adakah aku akan melihat cincin yang disebutkan Si Fulan kepadaku.
Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku sedang memperhatikan beliau, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari kejelasan tentang sesuatu ciri kenabian yang disebutkan salah seorang kawanku. Kemudian beliau melepas kain selendang beliau dari punggung, aku berhasil melihat tanda cincin kenabian dan aku yakin bahwa beliau adalah seorang Nabi. Maka aku telungkup di hadapan beliau dan memeluknya seraya menangis.
Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Geserlah kemari,’ maka akupun bergeser dan menceritakan perihal keadaanku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu ini wahai Ibnu Abbas. Kemudian para sahabat takjub kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam ketika mendengar cerita perjalanan hidupku itu.”
Salman sibuk bekerja sebagai budak. Dan perbudakan inilah yang menyebabkan Salman terhalang mengikuti perang Badar dan Uhud. “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam suatu hari bersabda kepadaku, ‘Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!’ Maka majikanku membebaskan aku dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam mengumpulkan para sahabat dan bersabda, ‘Berilah bantuan kepada saudara kalian ini.’ Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10 pohon, masing-masing sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.
Setelah terkumpul Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku.’ Aku pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam dan memberitahukan perihalku. Kemudian Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di tangan beliau. Maka, demi jiwa Salman yang berada di TanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati.
Untuk tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, aku masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang. Lantas beliau bersabda, ‘Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?’ Kemudian aku dipanggil beliau, lalu beliau bersabda, ‘Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu wahai Salman!’
Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salllam, bagaimana status emas ini bagiku? Rasulullah menjawab, ‘Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kebaikan kepadanya.’ Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di TanganNya, berat ukuran emas itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus aku serahkan kepada majikanku, dan aku dimerdekakan.
Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dalam perang Khandaq, dan sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.” [1]
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:
  1. Di antara hasil/buah mentaati kedua orang tua adalah dicintai orang.
  2. Masuk penjara, cekal, rantai adalah cara musuh Islam menghalangi kaum muslimin dalam menegakkan agama Allah.
  3. Jika gigih memperjuangkan keimanan maka urusan dunia terasa ringan.
  4. Berpegang pada keimanan lebih kokoh dari seluruh rayuan.
  5. Hendaknya seorang mukmin senantiasa siap mental menghadapi segala kemungkinan.
  6. Terkadang orang-orang jahat mengenakan pakaian/menampakkan diri sebagai orang baik-baik.
  7. Jalan mencapai ilmu tidak bisa ditempuh melainkan dengan senantiasa dekat dengan orang yang berilmu.
  8. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah memberikan jalan keluar dari problematika hidupnya.
  9. Takaran keimanan seseorang adalah mencintai dan membenci karena Allah.
  10. Di antara akhlak terpuji para nabi adalah mau mendengarkan seseorang yang sedang berbicara dengan baik.
  11. Seorang pemimpin hendaknya senantiasa memantau kondisi bawahannya.
  12. Diperbolehkan membeli budak dari tawanan perang, menghadiahkan dan memerdekakannya.
  13. Saling tolong menolong adalah gambaran dari wujud hidup bermasyarakat.

Kamis, 15 Desember 2016

Lirik, Kunci gitar, Chords Gitar, Kord Gitar /RIF - Fight :



Intro: F
      G#m F# F 4x
      F

G#m        D#                G#m
Dan ketika ku pulang susuri jalan
G#m         D#                         G#m
Dan kulihat orang-orang berlomba cari uang

     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#        G#m
Biar bisa senang
     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#
Biar senang Hidup senang
 D#
Bisa terus senang Senang

Intro: G#m F# F 4x
      F

G#m        D#                           G#m
Dan ketika ku berjalan Di tengah lalu lalang
G#m        D#                           G#m
Ku harus terus berjuang Tuk tetap jadi orang

     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#        G#m
Biar bisa senang
     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#
Biar senang Hidup senang
 D#
Bisa terus senang Senang

Solo: G#m F# F 4x
     D# D#-E 7x D#

     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#        G#m
Biar bisa senang
     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#
Biar senang Hidup senang
 D#
Bisa terus senang Senang

     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#        G#m
Biar bisa senang
     C#m        G#m
Semua ingin jadi pemenang
 D#
Biar senang Hidup senang
 D#
Bisa terus senang Senang

lirik, Kunci gitar, Chords Gitar, Kord Gitar Agnes Monica - Rindu :


Intro: Gm Dm Gm 

  Dm                 Gm
selama aku mencari selama aku menanti
C                    F
bayang-bayangmu di batas senja
Em    A      Dm   C    G/B
matahari membakar rinduku
A#           A
ku melayang terbang tinggi

Dm                Gm
bersama mega-mega menembus dinding waktu
C                     F
ku terbaring dan pejamkan mata
Em      A     D       C    G/B
dalam hati ku panggil namamu
  A#               A
semoga saja kau dengar dan merasakan

Gm                
getaran di hatiku 
C                     F
yang lama haus akan belaianmu
        D
seperti saat dulu 
Gm                
saat-saat pertama 
C                         F
kau dekap dan kau kecup bibir ini
          D            Gm    Em   A    Dm    Gm A
dan kau bisikkan kata-kata aku cinta kepadamu

Dm                 Gm
peluhku berjatuhan menikmati sentuhan
C                  F
perasaan yang teramat dalam
Em           A  Dm         C     G/B
telah kau bawa segala yang ku punya
    A#             A
segala yang ku punya

Int: Gm Dm Gm Dm
      Gm A A#

Gm                
getaran di hatiku 
C                     F
yang lama haus akan belaianmu
        D
seperti saat dulu 
Gm                
saat-saat pertama 
C                         F
kau dekap dan kau kecup bibir ini
          D            
dan kau bisikkan kata-kata 
Gm Em   A      Gm  Em A
aku cinta kepadamu
  Gm    Dm Gm Dm
kepadamu 

Kamis, 10 November 2016

Ahmad albar

Intro :  D Bm G A D            Bm D A Bm            Bm A-D  (2x) Bm                            D ……Lari dan lepaslah.....s'gala impian Bm                               D …akan indahnya hari depan.. A                                   Bm ….nikmatnya kedamaian…..yang kudambakan Em          F#m     A ….masih tetap impian.. (*) Bm                       D ….kini ku berpijak....di persimpangan Bm                               D …tanpa arah pasti ku jelang A                         ….tak pernah..ku mengerti Bm                       Em        F#m         G     A ….arti kedamaian…..yang pernah kau janjikan... [Reff:]              D       A                       Em   D   Bm menanti kejujuran…..harapkan kepas..ti...an   A                    Bb       F#m      Bm       A hanya itu yang sanggup aku   lakukan….               D      A                     Em D Bm menanti kejujuran…..harapkan kepastian        A                  G             D s'moga damai…. jadi kenyataan.. interlude :  Em  Bm A G Bm                 Em Bm A   G D Kembali ke : (*), Reff [Ending:] D              G                             D bila janji-janji..yang pernah kau beri                   G                       D akan kunikmati..dalam hidup ini [repeat 3x]

Ada band manusia bodoh

E          F# Dahulu terasa indah B             E    B Tak ingin lupakan C#m            F# Bermesraan slalu jadi satu   B Kenangan manis A            G#m Tiada yang salah        F#m  G#    C#m   B Hanya aku manusia bodoh A              G#m       F#m     G#m Yang biarkan semua ini permainkanku    Am                    B Berulang ulang ulang kali reff :              E       B   C#m Mencoba bertahan sekuat hati   B             F#m Layaknya karang yang                    B Dihempas sang ombak              E        B     C#m Jalani hidup dalam buai belaka                B        F#m      B Serahkan cinta tulus di dalam takdir E                F#m Tak ayal tingkah lakumu B             E  B Buatku putus asa C#m             F# Kadang akal sehat ini             B Belum cukup membendungnya A           G#m Hanya kepedihan             F#m      G#     C#m  B Yang slalu datang menertawakanku A                G#m Engkau belahan jiwa        F#m    G#m    Am           B Tega menari indah di atas tangisanku Repeat reff         G#m   A           G#m Tapi sampai kapankah ku harus   A                   F#m    B E Menanggungnya kutukan cinta ini Bridge: C        G             A Semua kisah pasti ada akhir        B       E Yang harus dilalui C        G               B Begitu juga akhir kisah ini yakinku indah Repeat reff         G#m   A           G#m Tapi sampai kapankah ku harus   A                   F#m    B  Menanggungnya kutukan cinta ini                  E Bersemayam dalam kalbu

Kisah tentara gajah menyerang ka'bah

Berikut ini adalah kisah tentara bergajah secara ringkas, padat, tetapi mendekati kebenaran. Dalam kisah orang-orang yang dimasukkan di dalam parit berapi telah disebutkan bahwa Zu Nuwas, raja terakhir orang-orang Himyar yang musyrik; dialah orang yang membunuh kaum Nasrani dengan memasukkan mereka ke dalam parit yang berapi, jumlah mereka yang dibunuh olehnya kurang lebih ada dua puluh ribu orang. Tiada seorang pun dari mereka yang selamat kecuali Daus yang dijuluki dengan panggilan Zu Sa'labain. Daus melarikan diri dan meminta pertolongan kepada Kaisar raja di negeri Syam, yang juga seagama dengannya, yaitu pemeluk agama Nasrani. Maka Kaisar berkirim surat perintah kepada Raja Najasyi di negeri Habsyah, mengingat letak geografis Habsyah lebih dekat ke negeri Yaman. Maka Raja Najasyi mengirimkan dua orang panglima perangnya— yaitu Aryat dan Abrahah ibnus Sabah Abu Yaksum— dengan membawa pasukan yang sangat banyak jumlahnya. Maka mereka memasuki negeri Yaman dan mereka merajalela di kota-kotanya, lalu merebut kerajaan negeri Yaman dari tangan orang-orang Himyar, sedangkan Zu Nuwas sendiri tewas karena tenggelam di laut. Dan Habsyah menjadikan negeri Yaman sebagai negeri yang berdiri sendiri di bawah pimpinan kedua panglima tersebut, yaitu Aryat dan Abrahah. Lalu keduanya berselisih pendapat mengenai siapa di antara keduanya yang berhak menjadi raja di negeri Yaman; keduanya berupaya menjatuhkan yang lainnya. Pada akhirnya salah satu pihak berkata kepada pihak lawannya, "Kita tidak perlu mengorbankan prajurit yang tidak berdosa di antara kita, lebih baik kita perang tanding saja antara aku dan kamu. Maka barang siapa yang dapat mengalahkan lawannya dan berhasil membunuhnya, dialah yang berhak menjadi raja di negeri ini." Pihak lainnya menyetujui usul ini, akhirnya keduanya bertanding dalam suatu ajang perang yang di belakang masing-masing pihak ada parit. Di suatu kesempatan Aryat berhasil menebaskan pedangnya dan mengenai hidung dan mulut Abrahah, dan hampir saja membelah wajahnya. Maka Atudah maula (bekas budak) Abrahah membela majikannya dan menyerang Aryat serta berhasil membunuhnya. Maka Abrahah diusung dari arena itu dalam keadaan terluka, lalu lukanya diobati hingga akhirnya ia sembuh; setelah itu ia sendirilah yang memimpin tentara Habsyah di negeri Yaman. Raja Najasyi (Negus) berkirim surat kepadanya, yang isinya mencela perbuatannya itu dan mengancamnya serta bersumpah bahwa dirinya benar-benar akan menginjak-injak negeri Yaman dan membelah ubun-ubunnya. Maka Abrahah membalas suratnya dengan nada memohon belas kasihan dan berdiplomasi, seraya mengirimkan hadiah-hadiah, cindera mata, dan kantong yang berisikan tanah negeri Yaman serta potongan rambut ubun-ubunnya. Semuanya itu ia kirimkan bersama kurirnya untuk disampaikan kepada Raja Najasyi. Di dalam suratnya Abrahah mengatakan, "Hendaklah Anda (raja) menginjak-injak tanah ini untuk menunaikan sumpah Anda, dan inilah potongan rambut ubun-ubunku kuserahkan kepadamu." Ketika hal tersebut sampai di pangkuan Raja Najasyi, ternyata ia terpikat dengan cara yang dilakukan Abrahah, dan akhirnya ia puas dan mendukung apa yang dilakukan oleh Abrahah. Dan dalam suratnya itu Abrahah menjanjikan kepada Najasyi bahwa dirinya akan membangun sebuah gereja di tanah Yaman atas nama Raja Najasyi, yang belum pernah ada suatu gereja pun dibangun sebesar itu. Maka Abrahah membangun sebuah gereja yang sangat besar di kota San'a, bangunannya tinggi sekali lagi dipenuhi dengan berbagai ukiran dan pahatan; orang-orang Arab menamainya Al-Qulais. Disebut demikian karena bangunannya tinggi sekali, hingga membuat qalansuwah (peci) orang yang memandangnya hampir saja terjatuh dari kepalanya, mengingat puncaknya tinggi sekali. Kemudian Abrahah menginstruksikan kepada Asyram agar memalingkan para peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya sebagaimana Ka'bah di Mekah dikunjungi mereka. Dan Abrahah memerintahkan kepada Asyram supaya menyerukan pengumuman ini di seluruh kerajaannya. Maka orang-orang Arab keturunan 'Adnan dan Qahtan tidak suka dengan hal tersebut, dan orang-orang Quraisy sangat marah karenanya, hingga sebagian dari mereka ada yang bertekad membuat kerusuhan di dalamnya. Dia masuk dengan diam-diam ke dalamnya di malam hari, lalu menimbulkan peristiwa yang menggemparkan di dalamnya, setelah itu ia lari pulang ke Hijaz. Ketika para pelayan gereja melihat peristiwa tersebut, mereka melaporkan kepada rajanya (yaitu Abrahah) dan mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya yang melakukan peristiwa tersebut tiada lain adalah kaki tangan orang-orang Quraisy, karena mereka marah dan tidak suka dengan adanya gereja ini yang dianggap menyaingi kepunyaan mereka. Maka Abrahah bersumpah bahwa dirinya benar-benar akan menuju ke Ka'bah di Mekah dan benar-benar akan menghancurkannya batu demi batu hingga rata dengan tanah. Muqatil ibnu Sulaiman menyebutkan bahwa ada seorang pemuda dari kalangan Quraisy memasuki gereja besar di Yaman itu, lalu ia membakarnya, sedangkan di hari itu cuaca sangat panas, maka dengan mudahnya gereja itu terbakar hingga ambruk. Karena peristiwa itulah Abrahah bersiap-siap menghimpun bala tentaranya dalam jumlah yang sangat besar. Lalu ia berangkat dengan pasukannya itu dengan maksud agar tiada seorang pun yang dapat menghalang-halangi niatnya. Selain dari itu ia membawa seekor gajah yang besarnya tak terperikan, diberi nama Mahmud; gajah tersebut sengaja dikirim oleh Raja Najasyi kepadanya untuk tujuan tersebut. Bahkan menurut pendapat lain, selain gajah Mahmud itu ada delapan gajah lainnya; dan menurut pendapat yang lainnya lagi dua belas ekor gajah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Gajah tersebut akan dijadikan sebagai sarana untuk merobohkan Ka'bah, misalnya mengikat semua sisi Ka'bah dengan rantai, lalu mengikatkannya pada leher gajah, maka gajah akan menariknya dan tembok Ka'bah akan runtuh sekaligus dalam waktu yang singkat. Ketika orang-orang Arab mendengar keberangkatan Abrahah dengan pasukannya yang bergajah itu, maka mereka merasakan adanya bahaya yang amat besar akan menimpa diri mereka. Dan mereka merasakan bahwa sudah merupakan keharusan bagi mereka membela Bait mereka dan mengusir orang-orang yang bermaksud jahat terhadapnya. Maka bangkitlah seorang lelaki dari kalangan penduduk Yaman yang terhormat dan terbilang sebagai pemimpin mereka untuk mengadakan perlawanan terhadap Abrahah. Orang tersebut bernama Zu Nafar, maka ia menyerukan kepada kaumnya dan orang-orang Arab lainnya untuk memerangi Abrahah dan berjihad melawannya demi membela Baitullah, karena Abrahah bermaksud akan merobohkannya dan meratakannya dengan tanah. Seruannya itu mendapat sambutan yang hangat dari mereka, lalu mereka berperang melawan Abrahah dipimpin oleh Zu Nafar, tetapi pada akhirnya Zu Nafar kalah. Ini tiada lain karena kehendak Allah Swt. yang bertujuan akan memuliakan Baitullah dan mengagungkannya. Zu Nafar ditawan, tetapi Abrahah memaafkannya dan membawanya pergi bersama ke Mekah. Dan ketika perjalanan Abrahah sampai di tanah orang-orang Khas'am, ia dihalangi oleh Nufail ibnu Habib Al-Khas'ami bersama kaumnya, yang memeranginya selama dua bulan. Tetapi pada akhirnya Abrahah berhasil mengalahkan mereka dan menawan Nufail ibnu Habib; pada mulanya Abrahah bermaksud membunuhnya, kemudian ia memaafkannya dan membawanya serta ke Mekah sebagai penunjuk jalannya di negeri Hijaz. Ketika perjalanan Abrahah sampai di dekat Taif, maka para penduduk Taif datang menyambutnya dan bersikap diplomatis dengannya karena takut dengan rumah peribadatan mereka yang mereka beri nama Al-Lata, karenanya Abrahah menghormati mereka. Dan mereka mengirimkan Abu Rigal untuk pergi bersamanya sebagai penunjuk jalan. Ketika perjalanan Abrahah sampai di Al-Magmas —yaitu di suatu tempat yang terletak tidak jauh dari Mekkah— ia turun beristirahat, sedangkan bala tentaranya merampas semua ternak penduduk Mekah dan sekitarnya atas perintah Abrahah sendiri. Dan di antara ternak unta yang dirampas terdapat dua ratus ekor unta milik Abdul Muttalib. Dan tersebutlah orang yang diserahi oleh Abrahah untuk memimpin perampasan ternak itu adalah komandan pasukan terdepannya yang dikenal dengan nama Al-Aswad ibnu Maqsud, lalu ia dikecam oleh sebagian bangsa Arab melalui bait-bait syairnya, menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq. Abrahah mengirimkan Hannatah Al-Himyari ke Mekah dan memerintahkan kepadanya supaya kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat. Dan Abrahah menyampaikan kepadanya bahwa dia datang bukan untuk memerangi kamu, terkecuali jika kamu menghalang-halanginya dari Baitullah. Maka datanglah Hannatah ke Mekah, lalu ditunjukkan kepadanya rumah Abdul Muttalib ibnu Hasyim, lalu ia menyampaikan kepadanya apa yang dikatakan oleh Abrahah. Maka Abdul Muttalib mengatakan kepadanya, "Demi Allah, kami tidak berniat untuk memeranginya, juga kami tidak mempunyai kekuatan untuk itu. Ini adalah Baitullah yang disucikan dan merupakan bait (rumah) kekasih-Nya, yaitu Ibrahim. Maka jika Dia mempertahankannya, sudah wajar karena ia adalah rumah-Nya yang disucikan. Dan jika Dia membiarkan antara bait-Nya. dan Abrahah, maka tiada kemampuan bagi kami untuk mempertahankannya." Hannatah berkata kepada Abdul Muttalib, "Kalau begitu, marilah engkau pergi bersamaku untuk menemuinya." Maka Abdul Muttalib berangkat bersama Hannatah. Dan ketika Abrahah melihat Abdul Muttalib, ia terkejut melihat penampilan Abdul Muttalib yang tinggi lagi berwibawa dan tampan. Maka ia menghormatinya, dan ia turun dari singgasananya, lalu duduk bersama Abdul Muttalib di hamparan permadani. Abrahah berkata kepada juru terjemahnya untuk mengatakan kepada Abdul Muttalib mengenai keperluannya hingga datang menghadap kepadanya. Abdul Muttalib berkata kepada juru terjemah Abrahah, "Sesungguhnya aku datang untuk keperluanku sendiri, yaitu sudilah kiranya sang raja (Abrahah) menyerahkan kepadanya dua ratus ekor unta miliknya yang telah dirampasnya." Abrahah terkejut dan mengatakan kepada juru terjemahnya bahwa katakanlah kepadanya, "Sesungguhnya pada mulanya ketika aku melihatmu, aku merasa kagum dengan penampilan dan wibawamu. Tetapi setelah engkau berbicara kepadaku, kesanku menjadi sebaliknya; apakah engkau berbicara kepadaku hanya mengenai dua ratus ekor unta yang telah kurampas darimu? Sedangkan engkau meninggalkan bait-mu yang merupakan agamamu dan agama nenek moyangmu, padahal aku datang untuk merobohkannya, lalu mengapa engkau tidak berbicara kepadaku mengenainya?" Abdul Muttalib menjawab, "Sesungguhnya aku adalah pemilik unta itu dan sesungguhnya bait itu mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan membelanya." Abrahah berkata, "Dia tidak akan dapat mencegahku dari merobohkannya." Abdul Muttalib berkata, "'Kalau begitu, terserah Anda." Menurut suatu pendapat, sesungguhnya bersama Abdul Muttalib terdapat segolongan orang-orang terhormat dari kalangan orang-orang Arab. Mereka menawarkan kepada Abrahah sepertiga dari harta Tihamah dengan syarat Abrahah mengurungkan niatnya dari menghancurkan Ka'bah. Tetapi Abrahah menolak tawaran mereka dan mengembalikan kepada Abdul Muttalib dua ratus ekor untanya. Abdul Muttalib kembali ke Mekah dan menemui orang-orang Quraisy, lalu memerintahkan kepada mereka agar keluar dari Mekah dan berlindung di atas puncak-puncak bukitnya karena takut akan serangan bala tentara Abrahah. Setelah itu Abdul Muttalib pergi ke Ka'bah dan memegang pegangan pintu Ka'bah, sedangkan di belakangnya ikut beberapa orang dari kaum Quraisy. Mereka semuanya berdoa kepada Allah dan memohoh pertolongan kepada-Nya dari serangan Abrahah dan bala tentaranya. Abdul Muttalib dalam doanya itu mengatakan seraya memegang pegangan pintu Ka'bah: لاهُمَّ  إنَّ المرء يمـ ... نَعُ رَحْلَه فامْنع حِلالَك ... لَا يغلبنَّ صَلِيبُهم ... ومحَالُهم غَدْوًا مِحَالك ... Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini. Setelah itu Abdul Muttalib melepaskan pegangan pintu Ka'bah, lalu ia bersama orang-orang Quraisy lainnya keluar menuju ke daerah perbukitan, berlindungdi puncak-puncaknya. Demikianlah menurut Ibnu Ishaq. Muqatil ibnu Sulaiman menyebutkan bahwa mereka meninggalkan di dekat Baitullah seratus ekor unta budnah yang telah dikalungi (untuk dikurbankan), dengan tujuan mudah-mudahan sebagian tentara Abrahah ada yang berani mengganggunya dan menyembelih sebagiannya tanpa hak, maka akibatnya Allah akan menghukum mereka. Dan pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Mekah, lalu menyiapkan gajahnya yang diberi nama Mahmud dan ia menyiapkan pula bala tentaranya. Setelah semuanya siap, maka mereka mengarahkan gajahnya menuju ke arah Mekah, tetapi sebelum itu Nufail ibnu Habib datang dan berdiri di dekat gajah, lalu berkata, "Hai Mahmud, duduklah kamu dan kembalilah dengan penuh kesadaran menuju ke tempat asal kedatanganmu, karena sesungguhnya engkau berada di negeri Allah yang disucikan," setelah itu melepaskan telinga gajah Mahmud, yang dipeganginya saat ia membisikinya. Maka gajah itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah perbukitan dan berlindung di puncaknya. Mereka memukuli gajah itu supaya berdiri, akan tetapi gajah itu membangkang dan tidak mau berdiri. Lalu mereka memukul kepalanya dengan palu agar bangkit, dan mereka masukkan tongkat mereka ke bagian lubang telinganya, menariknya dengan tujuan agar mau berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Kemudian mereka mengarahkannya ke negeri Yaman, dan ternyata tanpa sulit gajah itu bangkit dengan sendirinya, lalu berlari kecil menuju ke arah itu. Kemudian mereka mencoba untuk mengarahkannya ke negeri Syam, dan gajah itu menuruti perintahnya; mereka coba mengarahkannya ke timur, maka gajah itu mengikuti perintah. Tetapi bila diarahkan ke Mekah, gajah itu diam dan duduk. Dan Allah mengirimkan kepada mereka sejumlah besar burung dari arah laut yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan; tiap-tiap ekor membawa tiga buah batu. Satu diparuhnya dan yang dua dipegang oleh masing-masing dari kedua kakinya; batu itu sebesar kacang humsh dan kacang 'adas. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti binasa, tetapi tidak seluruhnya terkena batu itu. Akhirnya mereka melarikan diri dan lari tunggang langgang ke arah semula mereka datang seraya mencari Nufail ibnu Habib untuk menunjukkan kepada mereka jalan pulangnya. Sedangkan Nufail berada di atas bukit bersama orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab Hijaz lainnya, menyaksikan apa yang ditimpakan oleh Allah Swt. kepada tentara bergajah itu sebagai azab dari-Nya. Dan ketika menyaksikan pemandangan itu Nufail berkata: أينَ المَفَرُّ? والإلهُ الطَّالب والأشرمُ المغلوبُ غَيْرُ الْغَالِبْ Ke manakah tempat untuk berlari dari kejaran Tuhan yang mengejar; Asyram kalah dan tidak menang. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nufail ibnu Habib dalam kesempatan itu mengumandangkan bait-bait syair yang berbunyi, أَلَا حُييت عَنا يَا رُدَينا ... نَعمْنا كُم مَعَ الأصبَاح عَينَا ... رُدَينةُ لَوْ رَأَيْتِ -وَلَا تَرَيْه ... لَدَى جَنْب الْمُحَصَّبِ -مَا رَأينَا ... إِذًا لَعَذَرتني وَحَمَدت أمْري ... وَلَم تَأْسَيْ عَلَى مَا فَاتَ بَيْنَا ... حَمِدتُ اللَّهَ إِذْ أبصَرتُ طَيْرًا ... وَخفْتُ حَجارة تُلقَى عَلَينا ... فَكُلّ الْقَوْمِ يَسألُ عَن نُفَيل ... كَأنَّ عليَ للحُبْشَان دَينَا! ... "Mengapa engkau tidak menghormati kami dan agama kami, maka kami akan menghormati kedatanganmu dengan penghormatan yang luar biasa. Demi suatu agama yang seandainya engkau melihat sebagaimana yang kami lihat di dekat Al-Muhassib, tetapi ternyata engkau tidak melihatnya. Jika engkau melihatnya, tentulah engkau memaafkanku dan memuji tindakanku, dan engkau tidak akan mengalami kekecewaan dari apa yang telah terlewatkan di antara kita. Aku memuji kepada Allah ketika melihat kedatangan burung-burung, dan aku menjadi takut akan tertimpa oleh batu-batu yang dijatuhkannya. Maka semua kaum (tentara Habsyah) mencari-cari Nufail, seakan-akan aku mempunyai utang kepada tentara Habsyah itu." Al-Waqidi meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa mereka bersiap-siap untuk memasuki Mekah dan gajahnya telah mereka persiapkan pula, tetapi manakala mereka mengarahkannya ke salah satu tujuan dari tujuan yang lain, maka gajah itu mau bergerak. Dan jika mereka arahkan gajahnya menuju ke kota suci Mekah, tiba-tiba ia duduk dan mengeluarkan suaranya (menolak). Lalu Abrahah memaksa pawang gajah dan membentaknya, bahkan memukulinya supaya ia memaksa gajah agar mau masuk ke kota Mekah; mereka memakan waktu yang cukup lama untuk itu. Sedangkan Abdul Muttalib dan segolongan orang dari para pemuka penduduk Mekah —antara lain Mut'im ibnu Adiy, Amr ibnu Aid ibnu Imran ibnu Makhzum, dan Mas'ud ibnu Amr As-Saqafi— berada di Gua Hira menyaksikan apa yang dilakukan oleh tentara Habsyah itu, dan apa yang dialami mereka dengan gajahnya yang membangkang itu; kisahnya sangat ajaib dan aneh. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah mengirimkan kepada tentara habsyah yang bergajah itu burung Ababil, gelombang demi gelombang yang warna bulunya kuning, lebih kecil daripada merpati, sedangkan kakinya berwarna merah; tiap-tiap burung membawa tiga buah batu kerikil. Lalu iringan burung-burung itu tiba dan berputar di atas mereka, kemudian menimpakan batu-batu itu kepada mereka hingga mereka binasa. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa tentara Habsyah datang dengan membawa dua ekor gajah; adapun gajah Mahmud hanya mendekam dan tidak mau bangkit, sedangkan gajah lainnya memberanikan dirinya dan akhirnya ia terkena batu itu. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa mereka membawa banyak gajah, sedangkan gajah Mahmud adalah kendaraan raja mereka, Mahmud mendekam dengan tujuan agar gajah lainnya mengikuti jejaknya. Dan ternyata di antara kumpulan gajah yang mereka bawa ada seekor gajah yang memberanikan dirinya melangkah, maka ia tertimpa batu dan binasa hingga gajah lainnya kabur melarikan diri. Ata ibnu Yasar dan lain-lainnya mengatakan bahwa tentara bergajah itu tidak semuanya binasa oleh azab seketika itu juga, bahkan di antara mereka ada yang segera mati, dan di antaranya ada yang tubuhnya rontok anggota demi anggota dalam pelariannya, yang pada akhirnya binasa juga. Sedangkan Abrahah termasuk dari mereka yang tubuhnya rontok anggota demi anggota, hingga akhirnya mati di tanah orang-orang Khas'am. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa lalu mereka melarikan diri, sedangkan anggota tubuh mereka rontok satu demi satu, dan di setiap jalan mereka mati bergelimpangan. Sedangkan Abrahah, tubuhnya terkena oleh batu itu, lalu mereka membawanya lari bersama mereka, dan tubuhnya rontok sedikit demi sedikit, hingga sampailah mereka bersamanya di San'a, sedangkan keadaan Abrahah seperti anak burung yang baru menetas. Dan Abrahah masih belum mati kecuali setelah dadanya terbelah dan jantungnya keluar; demikianlah menurut sahibul hikayat. Muqatil ibnu Sulaiman menceritakan bahwa orang-orang Quraisy memperoleh harta yang banyak dari jarahan harta benda pasukan Abrahah itu, sehingga disebutkan bahwa pada hari itu Abdul Muttalib mendapat emas yang jumlahnya dapat memenuhi suatu galian sumur.

Five minutes takkan rela

[intro] Dm G C Am Dm G C  Dm          G aku takkan rela      C            Am dirinya menggantikan aku       Dm            G karna ku sungguh cinta      C     Am dirimu... oh...    Dm            G aku takkan mungkin       C           Am bisa tuk melepas dirimu       Dm          G karna kau slalu dalam     C hatiku... Dm G  C Am  Dm G C ohh.. ohh.. ooh...  Dm          G aku takkan rela     C              Am dirinya bersanding denganmu       Dm          G     C  Am karna kau masih miliki aku ohh..  Dm          G aku tak menduga      C          Am dirimu tergoda olehnya      Dm           G        C membuat hancur jantung hatiku [reff] F   C        Dm   G Hooo... haruskah aku       C   A       Dm G musnahkan... cintaku       C      Am pada dirimu...      Dm   G haruskah aku... [interlude] Gm A Dm C A# A  Gm A Dm C B A  F   C        Dm   G Hooo... haruskah aku       C   musnahkan to : [reff] 2x [coda] F  C  Dm G C A Dm G C Am Dm G Hooo Dm G C... << BACK

Jumat, 04 November 2016

SYAFAAT AL QUR,AN DI HARI KIAMAT


HADIS SUNAHNYA MEMANDANG WANITA YANG DI LAMAR


Sejarah kerajaan Muna


Asal Usul Penghuni Pertama
            Berdasarkan sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa Pulau Muna telah dihuni manusia sejak zaman pre sejarah. Bukti-bukti tentang adanya kehidupan pada zaman itu antara lain didasarkan atas penemuan gambar-gambar atau lukisan di gua Metanduno, Liang Kabori, gua Toko, terdapat di Desa Balo kecamatan Takobu. Data yang diperoleh dari seksi kebudayaan kandep Dikbud Kabupaten Muna menunjukkan bahwa di Muna terdapat 24 gua yang di duga pernah dihuni manusia di Zaman pra sejarah.Pada dinding gua-gua tersebut terdapat lukisan gambar orang hidup berburu babim gambar matahari, ddl. Seperti terdapat Metanduno dan Liang kabori di desa Bolo. Adanya lukisan orang sedang berburu babi, menggabarkan ciri kehidupan/mata pencariharian manusia padad zaman pra sejarah. Adanya gambar/likisan matahari menggabarkan ciri kehidupan manusia yang memuja pada dewa matahari. Selain itu ditemukan pula lukisan manusia yang sedang mengendarai kuda dengan memegang tombak, yang diduga binatang yang digunakan untuk berburu adalah kuda dengan bersenjatakan tombak.Dari sejumlah gua yang terdapat di Muna memang belum banyak dikunjungi oleh para peneliti/ahli arkeologi, namun dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten Muna, disimpulkan bahwa gua-gua tersebut pernah dihuni oleh manusia. Berdasarkan data-data dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :Penghuni Pulau Muna pertama bukan berasal dari Luwu/Sawerigading sebagaimana diungkapkan oleh sebagian orang Muna dan tradisi sejarah yang diwariskan secara turun temurun.

Berbicara tentang asal usul penduduk Pulau Muna sebenarnya harus didasarkan atas migrasi rumpun bangsa Melayu Austronesia dari daerah Yunan (Cina Selatan) ke Nusantara. Karena dari perpindahan bangsa Melayu Austronesia tersebut, kemudian menjadi cikal bakal penghuni pertama kepulauan Nusantara. Sudah tentu hal tersebut didasarkan pula pada jenis-jenis kebudayaan Nusantara yang pertama, dimana sisa-sisanya tersebar/terdapat diberbagai daerah dari Barat sampai ke Timur.

Ahli-ahli purbakala ytang berjasa dalam menemukan dan menyelidiki jenis-jenis fosil manusia purba di Pulau Jawa, seperti E. Dubois (1890), Van Koeningswald (1936-1941), dan Van Stemi Celenfels (1931), menyebutkan bahwa pada jaman Neolitikum masuk ke tanah air kita pendatang-pendatang baru dari Teluk Tonkin, yaitu jenis bangsa Melanesoid (bangsa yang berkulit hitam). Mereka ini berkebudayaan Mesolitikum yang berpusat di Vietnam. Daerah persebaran bangsa Melanesoid ini meliputi daerah Hindia Belakang Nusantara dan Kepulauan Lautan Teduh.

Sisa-sia keturunan mereka masih kita temui sepertin orang Sabai di Siak. Orang Semang dipedalaman Malaya, orang Acta di pedalaman Filipina, orang-orang Papua Melanesoid di Irian dan Pulau Melanesia. Kemudian pada sekitar tahun 2000 SM terjadi gelombang perpindahan rumpun bangsa yang berbahasa Malayu Austronesia (Melayu Kepilauan Selatan). Suatu ras Mongoloid yang berasal dari Yunan di Cina Selatan. Dari temp0at itu mereka menyebar ke daerah-daerah di Lautan Teduh dan sampai ke Madagaskar. Mereka ini adalah pendukung dan penyebar kebudayaan Neoleth (Batu Muda), berupa kapak persegi dan kapak lonjong.

Sisa kapak persegi banyak diketemukan di sekitar Teluk Tonkin, Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sedangkan kapak lonjong banyak di temukan di filipina, Minahasa (Sulawesi), Halmahera (Maluku) sampai Irian. Penyebar atau pendukung kebudayaan ini disebut Melayu Tua (Proto Melayu) yang sisa-sisa keturunan mereka banyak ditemukan di daerah-daerah pedalaman tanah air kita seperti orang Suku Dayak di pedalaman Kalimantan, Suku Toraja di pedalamn Sulawesi, orang Nias di Pulau Nias pantai Barat Sumatra, orang Kubu di pedalaman Sumatra Selatan, orang Sasak di Pulau Lombok dan sebagainya

Atasi Kematian Belut Akibat Bakteri Aeromonas dan Pseudomonas Dengan Gedebog Pisang





Belut peliharaan Anda banyak yang mati? Permukaan tubuh belut terdapat bercak-bercak merah? Terjadi perdarahan pada bagian organ dalam seperti hati dan limpa? jika iya, kemungkinan besar belut Anda terserang bakteri Aeromonas atau Pseudomonas. Kedua jenis bakteri ini memang dapat menyebabkan penyakit secara sistemik sehingga jika tidak dilakukan penanganan segera akan menimbulkan kematian pada belut.
Gejala awal belut terserang infeksi bakteri ini biasanya ditandai dengan adanya pendarahan dibawah kulit, insang, rongga mulut bahkan terkadang menjalar hingga ke seluruh tubuh (terdapat bercak-bercak merah), lendir berkurang akibat sekresi yang berlebihan bahkan sebagian tubuhnya terasa kering/kasar. selain itu terjadi pembengkakan pada hati, limpa dan empedu. Belut yang sudah terserang bakteri ini akan kehilangan keseimbangan dan lemas sehingga belut cenderung diam dengan posisi “terlentang” (posisi perut diatas) kemudian dalam beberapa hari akan mati.
Sebenarnya.. gejala-gejala tersebut diatas, masih bisa diatasi dengan pemberian obat antibiotik (seperti Ampicillin atau amoksilin) namun penggunaan obat antibiotik ini jika dosisnya kurang tepat, hanya akan menambah “penderitaan” belut saja. Namun sebagai alternatifnya, obat antibiotik ini bisa digantikan dengan memanfaatkan gedebok pisang yang sudah mengalami pembusukan.
Gedebog pisang merupakan media antiseptik yang dipercaya mampu meredam pertumbuhan bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Selain itu, gedebog pisang juga berpotensi menimbulkan cacing-cacing kecil yang notabene merupakan salah satu makanan berprotein tinggi bagi belut.
Agar gedebog pisang yang digunakan tidak membahayakan kehidupan belut, perlu dilakukan pemrosesan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan kedalam kolam, hal ini sangat penting, lebih-lebih jika gedebog pisang tersebut masih baru/segar karena efek dari getah yang dihasilkan akan menyebabkan air menjadi asam.
Penggunaan gedebog pisang ini juga sangat bermanfaat dalam menekan angka kematian pada saat belut di kolam penampungan. Menurut pengalaman kami, belut dalam penampungan akan mampu bertahan hingga 2 bulan lebih hanya dengan menambahkan gedebog pisang yang sudah diproses dan sedikit aliran air dengan debit kecil.
Selamat mencoba !!
Mungkin artikel ini yang Anda cari;