Asal Usul Penghuni Pertama
Berdasarkan sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa Pulau
Muna telah dihuni manusia sejak zaman pre sejarah. Bukti-bukti tentang
adanya kehidupan pada zaman itu antara lain didasarkan atas penemuan
gambar-gambar atau lukisan di gua Metanduno, Liang Kabori, gua Toko,
terdapat di Desa Balo kecamatan Takobu. Data yang diperoleh dari seksi
kebudayaan kandep Dikbud Kabupaten Muna menunjukkan bahwa di Muna
terdapat 24 gua yang di duga pernah dihuni manusia di Zaman pra
sejarah.Pada dinding gua-gua tersebut terdapat lukisan gambar orang
hidup berburu babim gambar matahari, ddl. Seperti terdapat Metanduno dan
Liang kabori di desa Bolo. Adanya lukisan orang sedang berburu babi,
menggabarkan ciri kehidupan/mata pencariharian manusia padad zaman pra
sejarah. Adanya gambar/likisan matahari menggabarkan ciri kehidupan
manusia yang memuja pada dewa matahari. Selain itu ditemukan pula
lukisan manusia yang sedang mengendarai kuda dengan memegang tombak,
yang diduga binatang yang digunakan untuk berburu adalah kuda dengan
bersenjatakan tombak.Dari sejumlah gua yang terdapat di Muna memang
belum banyak dikunjungi oleh para peneliti/ahli arkeologi, namun dari
hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten
Muna, disimpulkan bahwa gua-gua tersebut pernah dihuni oleh manusia.
Berdasarkan data-data dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
:Penghuni Pulau Muna pertama bukan berasal dari Luwu/Sawerigading
sebagaimana diungkapkan oleh sebagian orang Muna dan tradisi sejarah
yang diwariskan secara turun temurun.
Berbicara tentang asal usul penduduk Pulau Muna sebenarnya harus didasarkan atas migrasi rumpun bangsa Melayu Austronesia dari daerah Yunan (Cina Selatan) ke Nusantara. Karena dari perpindahan bangsa Melayu Austronesia tersebut, kemudian menjadi cikal bakal penghuni pertama kepulauan Nusantara. Sudah tentu hal tersebut didasarkan pula pada jenis-jenis kebudayaan Nusantara yang pertama, dimana sisa-sisanya tersebar/terdapat diberbagai daerah dari Barat sampai ke Timur.
Ahli-ahli purbakala ytang berjasa dalam menemukan dan menyelidiki jenis-jenis fosil manusia purba di Pulau Jawa, seperti E. Dubois (1890), Van Koeningswald (1936-1941), dan Van Stemi Celenfels (1931), menyebutkan bahwa pada jaman Neolitikum masuk ke tanah air kita pendatang-pendatang baru dari Teluk Tonkin, yaitu jenis bangsa Melanesoid (bangsa yang berkulit hitam). Mereka ini berkebudayaan Mesolitikum yang berpusat di Vietnam. Daerah persebaran bangsa Melanesoid ini meliputi daerah Hindia Belakang Nusantara dan Kepulauan Lautan Teduh.
Sisa-sia keturunan mereka masih kita temui sepertin orang Sabai di Siak. Orang Semang dipedalaman Malaya, orang Acta di pedalaman Filipina, orang-orang Papua Melanesoid di Irian dan Pulau Melanesia. Kemudian pada sekitar tahun 2000 SM terjadi gelombang perpindahan rumpun bangsa yang berbahasa Malayu Austronesia (Melayu Kepilauan Selatan). Suatu ras Mongoloid yang berasal dari Yunan di Cina Selatan. Dari temp0at itu mereka menyebar ke daerah-daerah di Lautan Teduh dan sampai ke Madagaskar. Mereka ini adalah pendukung dan penyebar kebudayaan Neoleth (Batu Muda), berupa kapak persegi dan kapak lonjong.
Sisa kapak persegi banyak diketemukan di sekitar Teluk Tonkin, Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sedangkan kapak lonjong banyak di temukan di filipina, Minahasa (Sulawesi), Halmahera (Maluku) sampai Irian. Penyebar atau pendukung kebudayaan ini disebut Melayu Tua (Proto Melayu) yang sisa-sisa keturunan mereka banyak ditemukan di daerah-daerah pedalaman tanah air kita seperti orang Suku Dayak di pedalaman Kalimantan, Suku Toraja di pedalamn Sulawesi, orang Nias di Pulau Nias pantai Barat Sumatra, orang Kubu di pedalaman Sumatra Selatan, orang Sasak di Pulau Lombok dan sebagainya
0 comments:
Posting Komentar