Pages

Subscribe:

Rabu, 13 Juli 2016

tafsir surah Al fatihah

سورة الفاتحة
(Pembukaan) Makkiyyah, 7 ayat.
Surat ini dinamakan Al-Fatihah —yakni Fatihatul Kitab— hanya secara tulisan; dengan surat ini bacaan dalam salat dimulai. Surat ini disebut pula Ummul Kitab menurut jumhur ulama —seperti yang dituturkan oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin— karena mereka tidak suka menyebutnya dengan istilah Fatihatul Kitab.
Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan.”Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh Mahfuz." Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab. Karena itu, keduanya pun tidak suka menyebut surat Al-Fatihah dengan istilah Ummul Qur'an.
Di dalam sebuah hadis sahih pada Imam Turmuzi dan dinilai sahih olehnya, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ "
Alhamdu lillahi rabbil 'alamina adalah Ummul Qur'an, Ummul Kitab. Sab'ul masani. dan Al-Qur'anul 'azim.
Surat Al-Fatihah  dinamakan pula Alhamdu (الْحَمْدُ) ,  juga disebut Ash-shalat (الصَّلَاةُ) karena berdasarkan sabda Nabi Saw. dari Tuhannya yang mengatakan:
" قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، قَالَ اللَّهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي "
Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua ba-gian. Apabila seorang hamba mengucapkan, "Alhamdu lilldhi rabbil 'dlamlna" (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." (Hadis)
Surat Al-Fatihah disebut pula Salat, karena ia merupakan syarat di dalam salat.
Surat Al-Fatihah dinamakan pula Syifa (الشِّفَاءُ) , seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ad-Darimi melalui Abu Sa'id secara marfu, yaitu:
" فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ سُمٍّ"
Fatihatul kitab (surat Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun.
Surat Al-Fatihah dikenal pula dengan nama Ruqyah (الرُّقْيَةُ), seperti yang disebutkan di dalam hadis Abu Sa'id yang sahih. yaitu di saat dia membacakannya untuk mengobati seorang lelaki sehat (yang tersengat kalajengking). Sesudah itu Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Sa'id (Al-Khudri):
" وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ "
Siapakah yang memberi tahu kamu bahwa surat Al-Fatihah itu adalah ruqyah?
Asy-Sya-bi meriwayatkan sebuah asar melalui Ibnu Abbas, bahwa dia menamakannya (Al-Fatihah) Asasul Qur'an (fondasi Al-Qur'an). Ibnu Abbas mengatakan bahwa fondasi surat ini terletak pada bismillahir rahmanir rahim.
Sufyan ibnu Uyaynah menamakannya Al-Waqiyah, sedangkan Yahya ibnu Kasir menamakannya Al-Kafiyah, karena surat Al-Fatihah sudah mencukupi tanpa selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat Al-Fatihah, seperti yang disebutkan di dalam salah satu hadis berpredikat mursal di bawah ini:
" أُمُّ الْقُرْآنِ عِوَضٌ مِنْ غَيْرِهَا، وَلَيْسَ غَيْرُهَا عِوَضًا عَنْهَا "
Ummul Qur'an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.
Surat ini dinamakan pula surat As-Salah dan Al-Kanz. Kedua nama ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari di dalam kitab Kasysyaf.
Menurut Ibnu Abbas, Qatadah. dan Abul Aliyah, surat Al-Fatihah adalah Makkiyyah. Menurut pendapat lain Madaniyyah, seperti yang dikatakan oleh Abu Hurairah, Mujahid, Ata ibnu Yasar, dan Az-Zuhri. Pendapat lainnya lagi mengatakan, surat Al-Fatihah diturunkan sebanyak dua kali, pertama di Mekah, dan kedua di Madinah. Tetapi pendapat pertama lebih dekat kepada kebenaran, karena firman-Nya menyebutkan:
وَلَقَدْ آتَيْناكَ سَبْعاً مِنَ الْمَثانِي
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca bendang-ulang. (Al-Hijr: 87)
Abu Lais As-Samarqandi meriwayatkan bahwa separo dari surat Al-Fatihah diturunkan di Mekah, sedangkan separo yang lain diturunkan di Madinah. Akan tetapi, pendapat ini sangat aneh, dinukil oleh Al-Qurtubi darinya.
Surat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat tanpa ada perselisihan, tetapi Amr ibnu Ubaid mengatakannya delapan ayat, dan Husain Al-Jufi mengatakannya enam ayat; kedua pendapat ini syaz (menyendiri).
Mereka berselisih pendapat mengenai basmalah-nya, apakah merupakan ayat tersendiri sebagai permulaan Al-Fatihah seperti yang dikatakan oleh jumhur ulama qurra Kufah dan segolongan orang dari kalangan para sahabat dan para tabi'in serta ulama Khalaf, ataukah merupakan sebagian dari ayat atau tidak terhitung sama sekali sebagai permulaan Al-Fatihah, seperti yang dikatakan oleh ulama penduduk Madinah dari kalangan ahli qurra dan ahli fiqihnya. Kesimpulan pendapat mereka terbagi menjadi tiga pendapat, seperti yang akan disebutkan nanti pada tempatnya insya Allah, dan hanya kepada-Nya kita percayakan.
Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113.
Imam Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mushaf dimulai dengannya dan permulaan bacaan dalam salat dimulai pula dengannya. Menurut pendapat lain, sesungguhnya surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an merujuk kepada apa yang terkandung di dalamnya. Ibnu Jarir mengatakan, orang Arab menamakan setiap himpunan suatu perkara atau bagian terdepan dari suatu perkara jika mempunyai kelanjutan yang mengikutinya —sebagaimana imam dalam suatu masjid besar— dengan istilah "umm". Untuk itu. Mereka menyebut kulit yang melapisi otak dengan istilah "ummur rasi" (أُمُّ الرَّأْسِ). Mereka menamakan panji atau bendera suatu pasukan yang terhirnpun di bawahnya dengan sebutan "umm" pula. Hal ini dapat dibuktikan melalui perkataan seorang penyair bernama Zur Rummah, yaitu:
عَلَى رَأْسِهِ أُمٌّ لَنَا نَقْتَدِي بِهَا ... جِمَاعُ أمور لا نعاصي لَهَا أَمْرَا
Pada ujung tombak itu terdapat panji kami yang merupakan lambang bagi kami dalam mengerjakan segala urusan, kami tidak akan mengkhianatinya sama sekali.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Mekah dinamakan Ummul Qura karena ia merupakan kota paling depan. mendahului semua kota lainnya. dan menghimpun kesemuanya. Pendapat lain mengatakan bahwa Mekah dinamakan Ummul Qura karena bumi ini dibulatkan mulai darinya. Adapun surat ini, dinamakan "Al-Fatihah" karena bacaan Al-Qur'an dimulai dengannya, dan para sahabat memulai penulisan mushaf imam dengan surat ini.
Penamaan surat Al-Fatihah dengan sebutan "As-Sab'ul masani" dinilai sah. Mereka mengatakan, dinamakan demikian karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam salat, pada tiap-tiap rakaat, sekalipun masani ini mempunyai makna yang lain, seperti yang akan diterangkan nanti pada tempatnya insya Allah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ وَهَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِأُمِّ الْقُرْآنِ: " هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي، وَهِيَ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ"
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada mereka Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada mereka Ibnu Abu Zi'b dan Hasyim ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Zi'b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda tentang Ummul Qur'an: Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an, As-Sab'ul Masani, dan Al-Qur'anul Azim.
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Ismail ibnu Umar, dari Ibnu Abu Zi'b dengan lafaz yang sama.
وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ، وَهِيَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي "
Abu Ja'far Muhammad ibnu Jarir At-Tabari mengatakan telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Zi'b, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a.. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Surat Fatihah ini adalah Ummul Qur'an, Fatihatul Kitab, dan As-Sab'ul masani.
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُوسَى بْنِ مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبِ بْنِ حَارِثٍ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَوْصِلِيُّ، ثَنَا الْمُعَافَى بْنُ عِمْرَانَ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ نُوحِ بْنِ أَبِي بِلَالٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ سَبْعُ آيَاتٍ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَاهُنَّ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ، وهي أم الكتاب"
Al-Hafiz Abu Bakar Ahmad ibnu Musa ibnu Murdawaih mengatakan di dalam tafsirnya bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ib-nu Muhammad ibnu Ziad, telah menceritakan kepada kami Muham-mad ibnu Galib ibnu Haris', telah menceritakan kepada kami Ishaq ib-nu Abdul Wahid Al-Mausuli. telah menceritakan kepada kami Al-Mu'afa ibnu Imran, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Nuh ibnu Abu Bilal, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Alhamdu lillahi rabbil 'alamin (surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat, sedangkan bismillahir rahmanir rahim adalah salah satu-nya. Surat Al-Fatihah adalah As-sab'ul mas'ani, Al-Qur'anul 'azim, Ummul Kitab, dan Fatihatul Kitab.
Ad-Daruqutni meriwayatkannya melalui Abu Hurairah secara marfu’ dengan lafaz yang sama atau semisal dengannya. Ad-Daruqutni mengatakan bahwa semua rawinya siqah (dipercaya). Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah asar dari Ali, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah, bahwa mereka menafsirkan firman Allah Swt, "sab'an minal masani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang)," dengan makna surat Al-Fatihah. dan basmalah termasuk salah satu ayatnya yang tujuh. Hal ini akan dibahas lebih lanjut lagi dalam pembahasan basmalah.
Al-A'masy meriwayatkan dari Ibrahim yang pernah menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Ibnu Mas'ud, "Mengapa engkau tidak menulis Al-Fatihah dalam mus-haf-mu? Ibnu Mas'ud menjawab, "Seandainya aku menulisnya, niscaya aku akan menulisnya pada permulaan setiap surat." Abu Bakar ibnu Abu Dawud mengatakan, yang dimaksud ialah mengingat surat Al-Fatihah dibaca dalam salat, hingga cukup tidak diperlukan lagi penulisannya, sebab semua kaum muslim telah menghafalnya.
Suatu pendapat mengatakan bahwa surat Al-Fatihah merupakan bagian dari Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan, seperti yang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah, dinukil oleh Al-Baqilani sebagai salah satu dari tiga pendapat. Menurut pendapat lain, yang mula-mula diturunkan adalah firman Allah Swt. berikut ini:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berselimut. (Al-Muddatstsir: 1)
Seperti yang disebutkan di dalam hadis Jabir yang sahih. Menurut pendapat yang lainnya lagi adalah firman-Nya:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (Al-Alaq: 1)
Pendapat  terakhir  inilah  yang   paling   sahih,   seperti   yang   akan diterangkan nanti pada pembahasan tersendiri.

Kisah Talut dan Daud Melawan Jalut (Saul dan David Melawan Goliath dalam Bible)

Kisah Talut dan Jalut bermula ketika Bani Israil mengalami masa suram nan gelap. Pasca Nabi Musa wafat, kondisi agama mereka makin lama makin terkikis. Padahal saat Yusya bin Nun (Yosua), pengikut setia Musa, memimpin mereka, tanah Palestina dapat dengan mudah direbut.

Namun Yusya pun menemui ajal mengakhiri tugasnya menjalankan amanah Musa. Sejak itulah Bani Israil dilanda kegalauan dan keterpurukan. Sekian lama tak ada nabi diutus, mereka terlunta-lunta bagai domba tanpa pengembala.

Di tengah kekosongan kepemimpinan, masyarakat Israil mulai melupakan agama. Mereka melakukan banyak dosa bahkan membunuh para nabi yang semestinya diharapkan memimpin mereka. Kondisi mereka berubah menjadi masyarakat kafir, zalim dan durhaka. Allah pun murka sehingga mencabut kekuasaan mereka. Bani Israil diusir, tabut pun dirampas oleh musuh mereka.

Sebuah kaum yang kuat dan kejam bernama Amaliqah atau sebagian menyebut Balthata, terus saja menyerang Bani Israil. Kaum tersebu menahan para pembesar Bani Israel, menculik anak-anak, mengambil alih kawasan taklukan mereka kemudian menarik upeti semena-mena. Saat itu benar-benar menjadi bencana hebat dan sengsara yang amat bagi Bani Israil. Kaum penjajah tersebut dipimpin oleh seorang berperawakan raksasa dari Dinasti Bukhtanashar bernama Jalut (Goliath).

Di tengah penindasan, Bani Israil pun mengharapkan Allah mengutus seorang nabi yang akan menyelamatkan mereka. Padahal sebelumnya mereka selalu membunuh para nabi, hingga tak tersisa keturunan Lawi yang dipercaya Bani Israil sebagai marga yang layak menjadi pemimpin mereka. Satu-satunya keturunan Lawi yang tersisa dan dapat diharapkan hanyalah seorang wanita bernama Hubla.

Bani Israil pun melindunginya agar dapat melahirkan anak calon nabi mereka. Hubla pun terus berdoa disaat kehamilannya agar dapat memiliki seorang putra. Allah pun memenuhi doa sang wanita shalihah tersebut. Lahirlah anak laki-laki yang kemudian oleh ibunya diberi nama Shammil (Samuel) atau Syamwil atau Sham'un, yang artinya Allah telah mendengar permohonan saya.

Singkat cerita, Shammil pun kemudian diutus Allah untuk mengemban risalah para nabi. Kepada Shammil, Bani Israil berharap dapat mengakhiri penindasan kaum Amaliqah. Hingga suatu hari, Bani Israil meminta Shammil mengangkat seorang pemimpin untuk mereka berjihad di jalan Allah melawan penindasan.  Mereka berkata kepada Shamil, "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah."

Mendengarnya, Shammil tak lantas percaya. Ia meragukan Bani Israil yang memang gemar membangkang. Ia pun menjawab, "Bisa jadi saat kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mau berperang," ujar sang nabi. Namun Bani Israil ngotot dan ingin permintaan mereka terpenuhi, "Bagaimana mungkin kami enggan berperang di jalan Allah, padahal kami telah terusir?!" seru mereka.
Shammil pun menengadahkan tangannya, berdoa meminta Allah mengutus seorang raja yang akan memimpin Bani Israil. Allah pun memberinya petunjuk. Di pagi hari, seorang pemuda tampan, gagah perkasa, shalih dan cerdas, bernama Talut (Saul) tengah mencari keledainya di depan rumah Shammil. Tiba-tiba, Shammil mendapati tanda dari tanduk binatang dan tongkatnya.
Allah memberi petunjuk pada Shammil bahwa orang yang akan menjadi raja ialah yang tinggi badannya setinggi tongkat tersebut dan mampu membuat minyak dalam tanduk binatang mendidih. Ketika Talut memasuki rumah Shammil, minyak dalam tanduk tersebut mendidih. Shammil pun mengukur tinggi badannya didapati seukuran tongkat. Nabi Shammil pun yakin, Talut lah yang akan memimpin Bani Israil.

Namun saat Shammil mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin Bani Israil, serta merta bangsa Yahudi itu menolak. Pasalnya, Talut hanyalah seorang pengembala miskin. Ia bukan keturunan Lawi bin Yakub bukan pula keturunan Yahuza bin Yakub. Lawi dan Yahuza merupakan saudara Nabi Yusuf, putra Nabi Yakub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim. Keturunan tersebut diyakini Bani Israil sebagai rumpun para nabi dan raja yang memimpin kaum mereka, keturunan Lawi sebagai nabi dan keturunan Yehuda sebagai raja. Padahal berdasarkan silsilah, Talut masih keturunan Yakub.

Ia merupakan keturunan Bunyamin bin Yaqub, adik laki-laki Yusuf yang shalih. Namun tetap saja, Bani Israil menolak Talut menjadi pemimpin mereka. "Bagaimana mungkin seorang pengembala miskin menjadi raja kami, bagaimana mungkin kami dipimpin bukan dari keturunan Yehuda. Bagaimana mungkin Talut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan darinya," desus mereka kesal.

Nabi Shammil pun menjawab ringan, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Tentu, Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Namun Bani Israil tetap menolak. Hingga akhirnya Shammil pun menjanjikan sebuah bukti bahwa Talut lah yang diperintahkan Allah untuk memimpin Bani Israil. "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun. Sungguh itu menjadi tanda bagimu, jika kamu memang beriman," tutur Shammil.

Tabut merupaka peti kayu berlapis emas tempat menyimpan Taurat. Tabut yang diyakini Bani Israil membawa ketenangan dan kemakmuran tersebut tersebut direbut musuh yang menindas dan menguasai wilayah mereka. Lalu terbuktilah tanda tersebut, malaikat membawa Tabut tersebut dan menjatuhkannya pada Bani Israil. Talut pun kemudian terbukti diutus sebagai raja Bani Israil.

Dengan segera, Talut mengumpulkan keuatan Bani Israil untuk melawan kelompok penindas pimpinan Jalut. Talut pun memilih 80 ribu pemuda sebagai prajuritnya. Mereka berbaris dengan perlatan lengkap dan berangkat untuk memerangi tentara Jalut. Jalanan sahara membuat pasukan begitu lelah dan sangat kehausan. Di tengah perjalanan, Allah menguji pasukan Talut dengan sungai yang mengalir diantara Yordania dan Palestina.
Talut telah mewanti-wanti agar pasukannya tak meminum air sungai tersebut kecuali seciduk tangan saja untuk menghilangkan dahaga. "Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku," ujar Jalut. 
Namun nafsu menguasai sebagian besar pasukan Talut. Mereka pun melanggar perintah pemimpin mereka dengan meminum air sungai tersebut sepuas-puasnya. Dari 70 ribu pasukan, hanya sekitar 300an orang saja yang mematuhi Talut.
Mereka terdiri dari orang-orang shalih, salah satu diantara mereka ialah Daud (David) yang saat itu belum diangkat sebagai seorang nabiyullah.

Dengan berat, Talut pun melanjutkan perjalanan hanya dengan 300 prajurit. Paukan lain yang tamak meminum air sebanyak-banyaknya tersebut menjadi pucat dan takut berperang. Dengan jumlah yang minim, mereka maju berperang melawan pasukan Jalut yang bertubuh besar dan perkasa.
Dibawah komando Talut, pasukan tersebut pun berdoa agar diberikan kesabaran dan kemenangan, "Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir," panjat merekas ebelum terjun ke kancah pertempuran.

Dengan kehendak Allah, mereka pun mendapatkan kemenangan. Pemimpin Amaliqah, Jalut yang begitu hebat pun terbunuh. Namun bukan Talut yang berhasil membunuhnya melainkan Daud. Dikisahkan, Daud muda membunuh Jalut dengan ketapel yang selalu dia bawa sebagai senjata. Tiga buah batu meluncur ke kepala Jalut hingga menewaskannya.
Menurut cerita, tiga batu tersebut bukanlah batu biasa. Selama perjalanan menuju medan peperangan, Daud mengambil tiga batu satu per satu karena batu-batu itulah yang meminta untuk dipungut. "Daud, bawalah kami ikut serta," ujar batu pertama. Setelah beberapa jarak, batu kedua pun mengucap hal sama, demikian pun batu ketiga. Daud mengambil batu tersebut dan menyimpannya. Hingga di tengah kancah pertempuran, batu itu beraksi membunuh raja Jalut yang kejam yang telah menyiksa Bani Israil.

Sebelumnya, Talut pernah berjanji barangsiapa yang berhasil membunuh Jalut maka akan dinikahkan dengan putrinya serta memberinya separuh kepemimpinan kerajaan Bani Israil. Daud pun mendapat bonus hadiah tersebut. Hingga usia Daud mencapai 40 tahun, Talut meregang nyawa. Daud pun menggantikan posisi Talut menjadi raja Bani Israil. Tak hanya itu, Allah pun mengutusnya sebagai nabi dan Rasul serta diturunkan kepadanya kitab suci Zabur.

Serangkaian kisah Shammil (Samuel), Talut (Saul), Jalut (Goliath) dan Daud (Davidh) tersebut dikabarkan dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 246 hingga 251. Kisah tersebut pun terdapat dalam Al-Kitab dengan pemaparan kisah yang teramat panjang. Bible mengisahkannya secara panjang lebar, namun inti kisah tak jauh berbeda seperti yang termaktub dalam Al-Qur'an meski dalam beberapa hal terjadi perbedaan.
Untuk penjelasan kisah lebih rinci, Muslimin dapat merujuk buku tafsir yang juga menjelaskan kisah tersebut lebih rinci sesuai riwayat Rasulullah dari para shahabat beliau. Tafsir Ath Thabari pun memaparkan kisah tersebut hingga berpuluh halaman. Dalam tafsir Ibnu Katsir pun kisah tersebut tak luput. Beliau juga mengisahkannya dalam Kitab Stories of The Prophet Tafsir Ibn Katsir.

Dengan demikian, dapat dipastikan kebenaran kisah Talut dan Jalut tersebut. Bahkan kisah tersebut juga masuk dalam sejarah masyarakat Arab, terlepas kebenaran rincian kisah yang beragam dikalangan Muslimin dan Ahli Kitab. Meski demikian, Allah telah menyatakan dipenghujung kisah ayat tersebut bahwa kisah tersebut adalah nyata terjadi diantara diantara kehidupan para nabi, dan Rasulullah mengisahkannya tanpa mengada-ada dan tanpa mencontek kitab sebelumnya.
"Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus," (Qs. Al Baqarah 252)

Mujahidah: Khaulah binti Azwar Al-Kindi, Wanita Pedang Allah (1)

Khaulah binti Azwar Al-Kindi merupakan wanita pemberani dan mahir mengendarai kuda. Ia tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan dan mujahidah yang terkemuka, dan dijuluki wanita pedang Allah. Keberaniannya disejajarkan dengan "Sang Pedang Allah", Khalid bin Walid.

Khaulah turut serta dalam berbagai pertempuran dengan pasukan Muslimin. Termasuk dalam peperangan melawan Romawi. Dalam peperangan melawan Romawi, Dharar bin Al-Azwar, saudara Khaulah tertangkap pasukan musuh. Maka Khalid bin Walid dan pasukannya bertekad menyelamatkan Dharar.

Di tengah perjalanan, Khalid bertemu dengan seorang anggota pasukan berkuda yang membawa tombak. Tidak ada yang terlihat dari anggota tubuhnya kecuali matanya saja. Dia berkuda dengan cepat seorang diri tanpa memedulikan apa yang terjadi di belakangnya.

Ketika Khalid melihat anggota pasukan tersebut, dia berkata,”Sungguh hebat, siapa anggota pasukan berkuda itu? Demi Allah, sungguh dia adalah seorang anggota pasukan berkuda.”

Khalid dan anggota pasukannya terus membuntuti orang tersebut hingga sampai batas pertahanan pasukan Romawi. Sesampainya di sana, sosok berkuda nan misterius langsung menyerang dan berusaha menerobos barisan mereka. Dia berteriak hingga teriakannya itu memporak-porandakan pasukan Romawi. Hanya dalam satu kali putaran, dia sudah keluar dalam keadaan tombaknya sudah berlumuran darah. Dia telah berhasil membunuh dan merobohkan sejumlah pasukan.

Kaum Muslimin ragu siapakah gerangan ksatria ini. Rafi’ bin Amirah berkata," Tentunya ksatria ini sebanding dengan keberanian Khalid bin Walid."

Kemudian Khalid mengawasi pasukannya satu persatu. Lalu Rafi’ berkata lagi, "Siapakah ksatria yang maju mendahuluimu. Sungguh dia telah mempertaruhkan jiwanya dan darahnya?"

"Demi Allah, aku juga tidak mengenalnya. Sungguh apa yang diperbuatnya telah membuat diriku takjub," kata Khalid.

"Wahai panglima," kata Rafi', "Sesungguhnya dia menceburkan dirinya ke tengah-tengah pasukan Romawi menikam ke kanan dan ke kiri."

Khalid kemudin berkata, "Wahai seluruh kaum Muslimin, bawalah seluruh kekuatanmu dan bantulah orang yang bertempur itu membela agama Allah. Lepaskanlah segala kelemahan dan bangunlah kekuatan!"

Ketika pasukan Muslimin sedang berbincang-bincang, tiba-tiba anggota pasukan
berkuda itu datang. Dia bak sang bintang yang bersinar. Kudanya berjalan mengikuti jejaknya. Ketika ada yang berusaha mendekatinya, dia berusaha menghindar dan menempelkan tombaknya ke dada orang yang ingin mendekatinya. Hal itu terus dilakukan hingga dia sampai di barisan kaum Muslimin.

Kaum Muslimin pun langsung mengelilinginya. Mereka meminta kepadanya untuk memberitahukan namanya dan membuka penutup kepalanya, tetapi orang itu tak mau menjawabnya.

Setelah Khalid mengulangi permintaannya berkali-kali, akhirnya orang itu mau menjawab perkataan Khalid, dalam keadaan masih memakai penutup kepala. "Wahai pimpinan kami, sesungguhnya alasan mengapa aku tidak mau memperlihatkan diriku kepadamu adalah karena aku malu kepadamu. Engkau adalah seorang pimpinan yang agung, sementara aku hanyalah seorang wanita lemah yang harus tertutup. Sesungguhnya aku melakukan hal ini karena hatiku terbakar dan merasa sakit hati.”

"Lalu siapa engkau sebenarnya?” tanya Khalid.

Orang itu menjawab, "Aku adalah Khaulah binti al-Azwar. Tadinya aku sedang bersama wanita-wanita dari kaumku, tetapi tiba-tiba seorang datang memberitahuku bahwa saudara lelakiku telah ditahan oleh pasukan musuh. Maka aku pun segera menaiki kuda, lalu melakukan apa yang telah engkau lihat.”

Mendengar itu, Khalid dan para tentaranya berteriak, lalu melakukan penyerangan. Khaulah juga ikut melakukan penyerangan bersama mereka. Ia pun terus ikut berjihad hingga saudara laki-lakinya dapat diselamatkan.

KHAULAH BINTI TSA’LABAH RADHIYALLAHU ANHUMA (WANITA YANG DI DENGAR KELUHANNYA DARI LANGIT KETUJUH)


          Wanita mulia ini bernama Khaulah bintu Malik bin Tsa’labah bin Ashram bin Fahr bin Tsa’labah bin Ghannam bin ‘Auf bin ‘Amr al Anshariyah al Khazrajiyah. Ia adalah isteri dari Aus bin ash Shamit, seorang wanita yang mengajukan gugatan (kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hukum) zhihar yang dilakukan oleh suaminya terhadapnya. Maka Allah menurunkan ayat-ayat pertama dalam surat al Mujadilah berkaitan dengan permasalahan wanita ini.
‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata : Segala puji bagi Allah Yang pendengaranNya meliputi segenap suara. Sungguh telah datang seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sedangkan aku berada di tepi rumah. Wanita itu mengeluhkan (sikap) suaminya, dan (sebagian) ucapannya yang bisa aku dengar. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat
قَدْ سَمِعَ الهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى الهِl وَالهُs يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ الهَl سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [ Al Mujadalah / 58:1] [1].
Khaulah mengisahkan,”Demi Allah, dalam (permasalahan)ku dan Aus bin ash Shamit, Allah Azza wa Jalla telah menurunkan awal ayat surat al Mujadilah. Kala itu, statusku adalah isterinya. Ia seorang laki-laki yang telah renta, perangainya telah berubah menjadi kasar dan suka membentak. Suatu hari, ia menemuiku. Kala itu aku membantahnya dengan sesuatu. Ia pun marah, lantas berkata,”Engkau ibarat punggung ibuku bagiku,”[2] lalu ia keluar dan duduk-duduk di tempat berkumpul kaumnya.
Beberapa saat kemudian ia masuk menemuiku, dan saat itu ia menginginkan diriku. Kukatakan kepadanya,”Sekali-kali tidak. Demi Dzat Yang jiwa Khaulah berada dalam genggamanNya. Janganlah engkau mendekatiku. Engkau telah mengucapkan apa yang telah kau ucapkan, sampai Allah memutuskan hukumNya dalam permasalahan kita,” lantas ia melompat hendak menangkapku. Aku pun menghindar darinya dan berusaha melawan dengan kekuatan seorang wanita menghadapi lelaki tua lagi lemah. Aku berhasil mendorong tubuhnya dariku. Kemudian aku keluar menemui tetangga wanitaku dan meminjam bajunya. Aku pergi menemui Rasulullah, lalu duduk di hadapannya. Aku ceritakan apa yang aku hadapai dengan suamiku, mengeluh kepada beliau tentang perilaku kasar suamiku.[3]
Rasulullah berkata,”Wahai Khuwailah, anak pamanmu itu adalah seorang laki-laki yang telah tua, maka bertaqwalah engkau kepada Allah terhadap suamimu.”
Aku berkata,”Demi Allah, aku tidak beranjak dari sisi beliau sampai turun al Qur`an. Ketika itu Rasulullah diliputi sesuatu dan diwahyukan kepada beliau. Lalu beliau berkata kepadaku,”Wahai, Khuwailah. Allah telah menurunkan firmanNya tentang permasalahanmu dan suamimu.” Beliau membaca ayat … -yaitu surat al Mujadalah / 58 ayat 1-4,.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku,”Perintahkan kepadanya, agar ia membebaskan seorang budak”.
Aku berkata,”Demi Allah, wahai Rasulullah. Dia tidak memilki seorang budak”.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Kalau begitu, hendaklah ia berpuasa selama dua bulan berturut-turut.”
Aku berkata,”Demi Allah, wahai Rasulullah. Dia adalah seorang lelaki tua yang tidak sanggup lagi berpuasa.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali berkata,”Jika demikian, hendaklah ia memberi makan enam puluh orang miskin dengan satu wasaq kurma.”
Aku berkata,”Demi Allah, wahai Rasulullah. Dia tidak memiliki kurma sebanyak itu.”
Akhirnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Maka kami akan membantunya dengan sekeranjang kurma.”
Aku berkata,”Aku juga, wahai Rasulullah. Aku akan membantunya dengan sekeranjang lagi.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Perbuatanmu benar dan bagus. Pergilah dan bersedekahlah untuk suamimu. Dan berwasiatlah dengan anak pamanmu dengan baik,” maka aku pun melakukan perintah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[4]
Para sahabat juga mengakui keutamaan dan keberanian wanita mulia ini dalam kebenaran, sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat diam mendengarkan perkataannya, sebagai penghormatan terhadap wanita yang telah didengar pengaduannya oleh Allah.
Sebagai contoh, suatu hari Umar bin al Khaththab keluar bersama orang-orang. Lalu ia melewati seorang wanita tua. Wanita itu meminta ‘Umar untuk berhenti. ‘Umar pun berhenti, dan mereka berdua bercakap-cakap.
Seseorang berkata kepada Umar,”Wahai, Amirul Mu’minin, engkau menahan (perjalanan) orang-orang karena wanita tua ini.”
Mendengar seruan itu, ‘Umar menjawabnya : “Celakalah engkau! Tidakkah engkau tahu, siapa wanita ini? Dialah wanita yang telah didengar pengaduannya oleh Allah dari langit ke tujuh. Wanita ini adalah Khaulah bintu Tsa’labah yang Allah turunkan ayat tentang permasalahannya : ( قَدْ سَمِعَ اللَّه… ). Demi Allah, seandainya ia menahanku sampai malam, aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat, kemudian aku menemuinya lagi”.
Juga diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata : ‘Umar bin al Khaththab keluar dari masjid dan al Jarud al ‘Abdi sedang bersamanya. Tiba-tiba ada seorang wanita di tepi jalan. ‘Umar mengucapkan salam kepadanya, dan wanita itu menjawabnya.
Wanita itu berkata,”Wahai ‘Umar, dulu aku menemuimu saat engkau masih bernama Umair di pasar ‘Ukazh. Engkau menakut-nakuti anak-anak dengan tongkatmu. Hingga hari berlalu dan namamu berganti ‘Umar. Dan masa terus berlalu hingga engkau menjadi seorang Amirul Mu’minin. Maka bertaqwalah kepada Allah terhadap rakyatmu. Dan ketahuilah, barangsiapa yang takut ancaman Allah, dia akan merasakan bahwa siksa Allah itu amat dekat. Dan barangsiapa yang takut terhadap kematian, maka kematian itu pasti tidak akan luput darinya”.
Mendengar pembicaraan wanitu itu, al Jarud kemudian menimpalinya : “Sungguh engkau telah memperbanyak ucapan terhadap Amirul Mu’minin, wahai wanita”.
Tetapi ‘Umar justru berkata,”Biarkanlah ia! Tidakkah engkau mengenalinya? Wanita ini adalah Khaulah bintu Hakim, isteri Aus bin ash Shamit yang telah Allah dengar ucapannya dari atas langit yang ke tujuh. Maka ‘Umar sangat lebih layak untuk mendengar perkataannya.”[5]
Semoga Allah senantiasa melimpahkan keridhaanNya kepada Khaulah bintu Tsa’labah. (Hanin Ummu Abdillah)
(Sumber : ar Rijal wan-Nisaa` Haula ar Rasul, halaman 352-356, karya ‘Athif Shabir Syahin, Darul-Ghadul-Jadid, Mesir, Cet. I, Tahun 1424 H/2003 M)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dalam kitab at Tauhid, bab (Wa Kana Allahu Sami’an Bashira) secara mu’allaq, dan dikeluarkan pula oleh an Nasaa-i dalam kitab ath Thalaq, no. 3460, dan Ibnu Majah dalam muqaddimahnya, no. 188.
[2]. Pada masa jahiliyah, azh zhihar merupakan salah satu bentuk thalaq.
[3]. Dalam sebagian jalan hadits ini, bahwa ia (Khaulah) berkata,”Wahai Rasulullah, ia telah menikmati masa mudaku, aku pun telah memberinya anak. Lalu ketika usiaku telah tua dan aku sudah tidak bisa lagi memberikan anak untuknya, ia menzhiharku. Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepadaMu. Aku tidak beranjak dari sisi beliau sampai Jibril datang membawa wahyu :( قَدْ سَمِعَ اللَّه…)”.
Dan dalam sebuah riwayat: … Maka ia (Aus bin ash Ashamit) berkata,”Engkau ibarat punggung ibuku bagiku”. Dan ilaa’ serta zhihar termasuk thalaq pada masa jahiliyah. Khaulah bertanya kepada Nabi n , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya,”Engkau telah haram bagi suamimu”. Khaulah berkata,”Demi Allah, ia tidak menyebutkan kata thalaq,” kemudian Khaulah berkata,”Aku mengadu kepada Allah tentang kesendirianku dan perpisahan yang dilakukan suamiku, padahal aku telah memberinya anak”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Engkau telah haram bagi suamimu.” Mereka berdua terus berdiskusi sampai akhirnya turun wahyu kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
[4]. Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dalam kita at Tauhid bab (Wa Kana Allahu Sami’an Bashira) secara mu’allaq, dan dikeluarkan pula oleh an Nasaa-i dalam kitab ath Thalaq, no. 3460, dan Ibnu Majah, no. 188. Ketiga-tiganya dari ‘Aisyah secara ringkas. Dikeluarkan juga oleh Ibnu Majah dalam kitab ath Thalaq, no. 2063 dengan menyebutkan diskusi Khaulah dengan Nabi. Dan dishahihkan oleh al Hafizh al Albani dalam Shahih Ibnu Majah, no. 1678, dan dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, 6/410, 411 dengan lafazh seperti ini.
[5]. Kisah ini disebutkan oleh al Qurthubi dalam tafsirnya, 17/269, dan disebutkan juga oleh al Hafizh Ibnu Hajar di dalam al Ishabah, 8/115, ia menyebutkan bahwa dalam sanadnya terdapat perawi bernama Khulaid bin Da’laj, sedangkan ia buruk hafalannya. Oleh karena itu, aku bawakan (kisah ini) dengan lafazh at tamridh [yakni lafazh periwayatan hadits yang lebih lemah derajatnya, seperti ruwiya (diriwayatkan) atau qiila (dikatakan), Pent.].

KISAH PERANG BADAR


Ketika Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasukannya sampai di dekat Safra` (suatu daerah di dekat Badar); beliau mengutus Basbas dan Ady bin Abi Zaghba` ke Badar. Keduanya disuruh mencari informasi tentang Abu Sufyan dan rombongan dagangnya.[1] Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu juga keluar untuk tujuan ini. Keduanya bertemu dengan seseorang yang sudah tua. Rasulullah bertanya kepadanya tentang pasukan Quraisy. Orang tua itu mau menjawab asalkan mereka berdua memberitahu dari mana asal mereka ? Keduanya setuju. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya agar bercerita lebih dahulu. Orang itu menjelaskan bahwa ia mendengar berita tentang Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya telah berangkat pada hari ini dan ini. Jika si pembawa berita itu benar, berarti mereka sekarang sudah sampai di tempat ini dan ini. Dan jika si pembawa berita tentang pasukan Quraisy juga jujur, berarti mereka sekarang berada di tempat ini dan ini.
Setelah menyelesaikan ceritanya, orang itu bertanya: “Dari mana kalian berdua ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami berasal dari air”. Kemudian keduanya meninggalkan orang tua itu yang masih bertanya : “Dari air ? Apakah dari air Irak ?”[2]
Sore harinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Ali, Zubair, dan Sa`d Bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhum beserta sekelompok Sahabat lainnya untuk mengumpulkan data-data tentang musuh. Di sekitar sumur Badar, rombongan ini menemukan dua orang yang bertugas mengambil air untuk pasukan Mekah. Mereka membawa dua orang ini ke Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang shalat. Lantas mereka mulai mengorek keterangan dari keduanya. Dua orang ini mengakui bahwa mereka pemberi minum pada pasukan Mekah. Namun, para Sahabat tidak mempercayai mereka. Para Sahabat mengira keduanya adalah anak buah Abu Sufyan. Lalu mereka memukuli keduanya hingga mau mengaku bahwa mereka anak buah Abu Sufyan.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan para Sahabatnya, karena mereka telah memukul keduanya saat jujur dan membiarkan mereka saat berdusta. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada keduanya tentang posisi pasukan Mekah. Mereka menjawab: “Mereka di belakang bukit di Udwatul Qushwa.”
Kemudian beliau bertanya tentang jumlah pasukan Mekah. Akan tetapi, dua orang ini tidak bisa menyebutkan jumlah pastinya, namun keduanya menyebutkan jumlah unta yang mereka sembelih setiap harinya, yaitu antara 9 sampai 10. Dari sini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpulkan bahwa jumlah mereka antara 900 – 1000 pasukan. Dua orang ini juga menyebutkan bahwa di antara pasukan itu ada beberapa tokoh Mekah. Dalam kitab Rahîqul Makhtûm disebutkan, Beliau bertanya dua orang ini, “Siapa sajakah pemuka Quraisy yang ikut?” Mereka menjawab, “Utbah dan Syaibah, keduanya anak Rabî`ah, Abul Bakhtari bin Hisyâm, Hakim bin Hizâm, Naufal bin Khuwailid, al-Hârits bin Amir, Thaîmah bin Adi, an-Nadhr bin Harits, Zam`ah bin al-Aswad, Abu Jahl bin Hisyam, Umayah bin Khalaf dan lainnya.” Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada para Sahabatnya: “Mekah telah mencampakkan para tokohnya ke hadapan kalian.”[4] Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan beberapa tempat yang akan menjadi tempat tewasnya beberapa tokoh Quraisy.
Malam itu Allah Azza wa Jalla menurunkan hujan untuk mensucikan kaum Muslimin dan meneguhkan telapak kaki mereka di atas bumi. Allah Azza wa Jalla jadikan hujan tersebut sebagai bencana yang besar bagi kaum Musyrikin.[5] Tentang ini Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ
Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu) [al-Anfâl/8:11]
Di antara nikmat Allah Azza wa Jalla kepada kaum Muslimin saat itu adalah Allah Azza wa Jalla menjadikan para Sahabat mengantuk sebagai penenteram jiwa.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa pasukannya mendekati mata air Badar mendahului orang-orang Musyrik agar musuh tidak bisa menguasai mata air. Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menentukan satu posisi, al-Habâb bin Mundzir Radhiyallahu anhu mengeluarkan pendapatnya, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bagaimanakah pendapat anda tentang posisi ini ? Apakah posisi ini diwahyukan oleh Allah Azza wa Jalla sehingga kita tidak boleh maju atau mundur ? Ataukah ini hanya pendapat, siasat dan takti perang saja”? Beliau menjawab: “Ini hanya pendapat, siasat dan taktik perang saja.” al-Habâb Radhiyallahu anhu mengatakan : “Wahai Rasulullah, posisi ini kurang tepat, bawalah orang-orang ini ke sumur yang paling dekat dengan posisi musuh. kita kuasai sumur itu lalu yang lainnya kita rusak. Kita membuat telaga besar lalu kita penuhi air. Kemudian baru kita perangi mereka, kita bisa minum sementara mereka tidak bisa.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada al-Habâb Radhiyallahu anhu , “Engkau telah menyampaikan pendapat yang jitu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetujuinya dan melakukannya.[6]
Ketika sudah menguasai tempat yang ditunjukkan oleh al-Habbab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuatkan `arisy (tenda) [7] oleh para Sahabat sebagai tempat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla dan memantau jalannya peperangan.
Dari beberapa nash tentang perang Badar dapat dipahami bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta dalam perang. Beliau tidak terus-menerus di dalam tendanya atau tidak terus-menerus berdoa. Di antara kisah yang membuktikannya adalah ucapan Ali Radhiyallahu anhu, “Aku memperhatikan diri kami pada saat Badar. Saat itu, kami berlindung dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan orang yang paling susah.”[8] Dalam riwayat lain diceritakan, “Ketika peperangan sudah berkecamuk, kami berlindung dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau adalah orang yang paling menderita. Tidak ada seorang pun yang lebih dekat posisinya dengan orang Musyrik dibandingkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”
Di antara buktinya juga, sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya saat perang Badar, “Janganlah sekali-kali ada salah seorang di antara kalian yang maju kepada sesuatu, sampai aku berada di dekat sesuatu itu.”[9] Ibnu Katsîr [10] mengatakan, “Sungguh beliau telah berperang dengan sungguh-sungguh. Demikian pula Abu Bakar Radhiyallahu anhu. Sebagaimana keduanya berjihad di tenda dengan berdo’a, mereka juga keluar, memberikan motivasi untuk berperang dan mereka juga ikut berperang dengan fisik.”
Setelah melakukan semua persiapan fisik yang memungkinan untuk mewujudkan kemenangan di lapangan, malam itu beliau bertadarru` (memohon) kepada Allah Azza wa Jalla agar menolongnya. Di antara doa yang beliau ucapkan adalah:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ
Ya Allah Azza wa Jalla , penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla , jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763]
Dalam riwayat ini juga disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bermunajat kepada Rabbnya hingga selendang beliau jatuh dari pundak. Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang dan mengambil selendang tersebut kemudian meletakkan kembali di pundak beliau. Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Nabi Allah Azza wa Jalla , sudah cukup engkau bermunajat kepada Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji-Nya.” Kemudian turunlah firman Allah Azza wa Jalla :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.[al-Anfâl/8:9]
Setelah itu Abu Bakar Radhiyallahu anhu memegang tangan beliau dan berkata, “Cukup wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , engkau telah berkali-kali memohon kepada Rabbmu”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur seraya membaca firman Allah Azza wa Jalla :
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. [al-Qamar 54 : 45]
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Golongan manakah yang akan dikalahkan? Dan golongan apa yang akan dimenangkan?” Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu melanjutkan, “Tatkala perang Badar aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerjang musuh dengan baju besinya, seraya mengucapkan ayat ini. Ketika itu tahulah aku maksud ayat ini.”
(Disadur dari as-Sîratun Nabawiyah Fî Dhau’il Mashâdiril Ashliyah, hal. 342-347)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Disebutkan oleh Ibnu Hisyam-tanpa sanad- mungkin bagian dari hadits tentang perang badar yang shahîh- Ibnu Hisyâm 3/304
[2]. Diriwayatkan Ibnu Hisyâm dengan sanad yang terputus –Ibnu Hisyâm 2/306-307
[3]. Lihat kisahnya dalam Muslim 3/1404 hadits 1779.
[4]. Lihat ar-Rahîqul Makhtûm, hlm. 164
[5]. Lihatlah kabar tentang hujan ini dalam Ahmad 2/193 dan Ibnu Hisyâm 2/312
[6]. Disebutkan oleh Ibnu Hisyâm dengan sanad yang terputus-Ibnu Hisyâm 2/312-313 dan dengan sanad yang mursal mauquf pada Urwah sebagaimana dalam Ishâbah 1/302
[7]. Semacam kemah sebagai tempat untuk mengomando pasukan dan berteduh bagi panglima
[8]. Ahmad dalam Al-Musnad 2/63
[9]. HR. Muslim 3/1510 hadits no 1901. Pentahqiq kitab Jâmi’ul Ushûl (8/182) menyebutkan bahwa yang terdapatkan naskah aslinya : … sampai aku mengidzinkannya.” Sedangkan dalam naskah kitab Shahih Muslim yang dicetak : … sampai aku berada didekat sesuatu itu.”
[10]. Bidâyah Wan Nihâyah 3/306

Sejarah Perang Tabuk – Perang Terakhir Rasulullah SAW


Sejarah Perang Tabuk menjadi sejarah peperangan terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW. Rasulullah memimpin langsung perang yang terjadi pada 630 M atau 9 H antara tentara Muslim dan pasukan Bizantium (Romawi Timur). Memang, tidak ada pertempuran yang terjadi kerena diadakan perundingan diantara keduanya. Namun pada perang ini lah umat Islam diuji, apakah mereka mau bersatu untuk berperang membela agama Allah, atau malah menikmati kekayaan yang saat itu sedang mereka rasakan.

Pasukan Binzantium awalnya percaya diri dengan 100 ribu pasukan lebih. Hal ini membuat Rasulullah SAW menurunkan 30 ribu pasukan. Jumlah ini menjadi jumlah pasukan terbanyak yang dilalui Nabi sepanjang perang.

Para sahabat lalu menyumbangkan hartanya untuk perang kali ini. Utsman Bin Affan menyedekahkan 900 Unta, 100 kuda dan 1000 Dinar. Abdurahman bin Auf yang menyumbang 200 uqiyah perak, yang satu uqiyah sama dengan 40 dirham, tak lupa Umar Bin Khattab yang menyumbang setengah hartanya, juga Abu Bakar yang seluruh hartanya untuk peperangan ini.

Ternyata ada saja kaum munafik yang saat itu memilih untuk tetep tinggal di Madinah yang saat itu sedang menikamati panen raya. Akhirnya yang tinggal adalah kaum munafik, orang-orang udzur, wanita, anak-anak dan sebagian kecil sahabat yang tak mendapatkan tunggangan padahal mereka sangat ingin berperang. Tiga sahabat Rasulullah juga memilih untuk tinggal menikmati kenikmatan dunia ketimbang ikut berperang. Salah satunya adalah Ka’ab Bin Malik.

Perjalanan untuk menempuh perang pun dimulai. Rasulullah SAW dan pasukan kemudian meninggalkan Madinah menuju Tabuk yang wilayahnya berjarak 800 km dari Madinah. Perjalanan ini memakan waktu hingga 20 hari. Medan yang mereka lakoni juga sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, kaum muslimin juga harus menghadapi panasnya gurun pasir yang diatas rata-rata. Perang  ini bahkan dijuluki “Pasukan Jaisyul Usrah” yang artinya pasukan yang dalam keadaan sulit.

Sesampainya di Tabuk, Rasulullah SAW tidak menemukan satu pun kaum musrikin. Romawi dan sekutunya merasa takut dan kuatir setelah mendengar Rasulullah SAW menggalang pasukan. Mereka berpencar ke batas-batas wilayahnya.

Rasulullah SAW menghabiskan 10  hari Tabuk. Namun Ia tidak tinggal diam begitu saja, ekspedisi ini dimanfaatkan Nabi Muhammad SAW untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang ada di sekitar Tabuk dan menyebarkan ajaran Islam.

Rasulullah SAW didatangi oleh Yuhanah bin Rubbah dari Ailah untuk menawarkan perjanjian perdamaian dengan beliau dan siap menyerahkan jizyah kepada beliau. Rasulullah menulis selembar surat perjanjian dan memberikan kepada mereka yang kemudian mereka pegang. Akhirnya peperangan pun tidak jadi terjadi. Setelah 30  hari meninggalkan Madinah, akhirnya umat Islam kembali tanpa terjadi peperangan.

Kisah Hanzhalah bin Abu Amir Pejuang Islam yang Dimandikan Malaikat

       Kenikmatan dunia tidak sebanding nikmatnya menghadap sang Khalik dalam keaaan syahid. Begitulah prinsip yang dipegang oleh salah seorang sahabat Rosulullah saw, Hanzhalah Bin Abu Amir
Ia pemuda sedehana. Namun berkat ajaran suci Rosulullah saw, juga latar belakangnya yang bersahaja, ia pun tumbuh menjadi sosok yang tidak pernah minder, dn gampang putus asa. Ia tek pernah merasa gentar kala harus membela kebenaran risalah suci yang dibawa Nabi saw.
Pribadinya juga istimewa, karena Hanzhalah adalah Abu Amir Bin Syafy, yang biasa dipanggil Abu Amir. Abu Amir merupakan salah satu tokoh pemuka suku Aus pasa masa jahiliyah. Ketika ajaran islam mulai menerangi Madinah, t4empat ia tinggal, ia berada di garis terdepan barisan kaum penentang. Tak heran, Rosulullah saw menyebut Abu Amir dengan panggilan “Si Fasik”.
Abu Amir kemudian memilih meninggalkan Madinah agar bias menghindari seruan islam yang dibawa Rosulullah saw, sekaligus mencari teman yang bias diajak menumpahkan dendam. Ia pun bergabung dengan kaum kafir Quraisy pimpinan Abu Shufyan. Di tengah-tengah kaum Quraisy Makkah ini Abu Amir gencar melancarkan propaganda tentang perlunya membendung tumbuh-kembangnya islam, serta memusuhi Rosulullah saw
Sementara itu de Madinah dalam keadan siaga penuh. Kaum muslimin sudah mengetahui rencana penyerangan pasukan Abu Shufyan. Madinah genting.
Dalam situasi seperti itu, Hanzhalah dengan tenang hati melangsungkan pernikahan. Sungguh tindakannya utu merupakan gambaransosok yang senantiassa tenang menghadapi berbagai macam keadaan.
Sebagaimana layaknya pengantin baru, malam pertama Hanzhalah pun dilewati dengan penuh kebahagiaan. Penuh cinta, kasih sayang juga kemesraan. Semua itu seakan menjadi bumbu penyedap di setiap degup jantung di malam indah yang tidak mengharapkan pagi segera datang. Memng, saat seperti itu, hal-hal yang sebelumnya diharamkan bagi seorang laki-laki dan perempuan, berubah menjadi halal. Bahkan berpahala besar. Sebanding sengan membunuh 70 Yahudi!
Ketika kedua insane itu tengah asyik bercengkrama memadu kasih, tiba-tiba dari kejahuan terdengar seruan. Suara itu lama-lama terdengar makin keras. “Hayya’alal jihad, hayya’alal jihad…,” kian semangat.
Suara itu terdengar sangat tajam menusuk telinga Hanzhalah dan terasa menghunjam dalam di dadanya. Suara itu seolah-olah irama surgawi yang ia nanti-nanti. Hanzhalah pun segera melepaskan pelukan diri dari sang istri, kemudian bergegas mengambil peralatan perang yang memang telah lama dipersiapkan. Sejurus kemudian ia lari menuju medan perang.
Di daerah Uhud kaum muslimin mempertaruhkan nyaqwa menghadapi pasukan Abu Shufyan. Di gurun pasir yang kering dan tandus itu Hanzalah mencabut pedangnya lalu berkelebat mencari mangsa. Dengan gagah berani ia terobos pasukan musuh, yang jumlah mereka lebih banyak dari pasukan kaum muslimin. Satu persatu tubuh orang Quraisy terluka bersimbah darah dan juga tewas berkalang tanah terkena sabetan pedang Hanzhalah.
Kemahirannya bertempur benar-benar terbukti di perang Uhud ini. Hanzhalah bahkan berhasil menerobos brikade pasukan pengawal Abu Shufyan. Ia pun berhadap-hadapan langsung dengan tokoh Quraisy yang satu itu.
Menurut kesaksian bebrapa orang, Hanzhalah bertarung sengit melawa Abu Shufyan. Bahkan ia tampak lebih unggul dan hamper meraih kemenangan. Sejengkal lagi pedangnya yang tajam hendak menebas tubuh Abu Shufyan, pada saat itu juga, Syadad bin al-Aswad, seorang tokoh Quraisy lainnya, tiba-tiba menikam Hanzhalah dari belakang. Sengguh tindakan seorang pengecut. Cara bertarung yang tidak jantan. Namun semua sudah ditakdirkan Allah SWT, sang pengantin baru itu pun gugur sebagai syuhada.Hanzhalah meninggal dengan senyum penuh kemenangan.
Perang Uhud memang mengakibatkan kerugian besar bagi umat islam. Salah satunya adalah gugurnya Hamzah bin Abu Mutholib, pelindung Nabi saw dan pembela islam yang gigih. Termasuk Hanzhalah dan para sahabat yang lainnya.
Saat Rosulullah saw dan para sahabat lainnya melakukan pengecekan jenazah, beliau menemukan jasad Hanzhalah. Betapa beliau terkejut, atas ijin Allah SWT, beliau melihat jasad Hanzhalah tengah dimandikan para malaikat. Sebuah peristiwa yang belum pernah beliau saksikan sebelumnya.
Peristiwa luar biasa itu pun beliau kabarakan kepeda para sahabat. Membuat Abu Sa’ad as-Saidi penasaran dan mendekati jasad Hanzhalah, hendak mencari tahu banyak. Kedua matanya pun terbelalak. Ia melihat ada bekas tetesan air di kepala jenazah Hanzhalah yang menyunggingkan senyum itu.
Apa yang terjadi pada jenazah Hanzhalah itu memebuat para sahabat bertanya-tanya. Di rumah Hanzhalah, seorang sahabat menceritakan peristiwa tersebut kepada istri Hanzhalah. Perempuan shalihah yang cantik dan anggun itu pun menjawab, “Dia pergi ke medan perang ketika mendengar seruan jihad. Padahal pada waktu itu dia masih dalam keadaan junub.”
Rosulullah pun menjelaskan, “Sebab itulah ia dimandikan para malaikat.”
Hanzhalah bin Abu Amir kemudian dikenal dengan sebutan “Ghoisulmalaikat”    (orang yang dimandikan para malaikat)

Rabu, 25 Mei 2016

TES BL;OG

SERATUS MUJAIR

bukti cinta nabi Muhammad SAW kepada umatnya



    Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata: Bila hari berangin dan mendung wajah Rasulullah saw. tampak Gelisah, mondar-mandir. Dan bila hujan turun, beliau berseri-seri dan hilanglah kegelisahan itu. Aisyah berkata: Aku menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau menjawab: Aku sangat khawatir hujan itu akan menjadi azab yang menimpa umatku. Jika melihat hujan turun beliau berkata: (Hujan adalah) rahmat. (Shahih Muslim No.1495) li>

hadis " haram puasa wishal(tanpa buka dan sahur)



    Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Bahwa Nabi saw. melarang puasa sambung (terus-menerus tanpa berbuka). Para sahabat bertanya: Bukankah baginda sendiri melakukan puasa wishal? Nabi saw. menjawab: Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Aku diberi makan dan minum. (Shahih Muslim No.1844) li>

hadis "waktu berbuka puasa"



    Hadis riwayat Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di bulan Ramadan. Ketika matahari terbenam, beliau bersabda: Wahai fulan, singgahlah dan siapkanlah hidangan buat kami! Orang yang disuruh berkata: Wahai Rasulullah, bukankah sebaiknya baginda tangguhkan sebentar? Rasulullah saw. bersabda: Singgahlah dan siapkan hidangan buat kami! Kemudian ia singgah dan menyiapkan hidangan, lalu ia memberikannya kepada beliau. Nabi saw. meminumnya, kemudian bersabda sambil memberikan isyarat kedua tangannya: Jika matahari sudah terbenam di arah sana dan malam sudah datang dari arah sana, maka orang yang berpuasa boleh berbuka. (Shahih Muslim No.1842) li>

hadis " menyegerakan berbuka puasa



    Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang itu senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (Shahih Muslim No.1838) li>

hadis "waktu sahur hingga berhenti sahur"


    Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra., ia berkata: Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab: Selama bacaan lima puluh ayat. (Shahih Muslim No.1837) li>

hadis"penentuan awal puasa dan awal idul fitri"



    Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari). (Shahih Muslim No.1795) li>

hadis " keutamaan ramadhan"



    Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. (Shahih Muslim No.1793) 

hadis Tentang tanda izin nikah wanita janda ialah ucapan sedangkan gadis perawan ialah diam



    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai persetujuan. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana tanda setujunya? Rasulullah saw. menjawab: Bila ia diam. (Shahih Muslim No.2543))

hadis"Pengharaman melamar wanita yang sudah dilamar orang lain kecuali setelah lamaran sebelumnya di tolak"


    Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Janganlah sebagian kamu menjual atas penjualan orang lain dan janganlah sebagian kamu melamar atas lamaran orang yang lain. (Shahih Muslim No.2530) )

hadis "larangang kebiri"



    Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata: Kami pergi berperang bersama Rasulullah saw. tanpa membawa istri lalu kami bertanya: Bolehkah kami mengebiri diri? Beliau melarang kami melakukan itu kemudian memberikan rukhsah untuk menikahi wanita dengan pakaian sebagai mahar selama tempo waktu tertentu lalu Abdullah membacakan ayat: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Shahih Muslim No.2493) )

hadis tentang nikah 02


    Hadis riwayat Sa`ad bin Abu Waqqash ra., ia berkata: Rasulullah saw. melarang Usman bin Mazh`un hidup mengurung diri untuk beribadah dan menjauhi wanita (istri) dan seandainya beliau mengizinkan, niscaya kami akan mengebiri diri. (Shahih Muslim No.2488) )

hadis tentang menikah 01



    Dari Alqamah ia berkata: Aku sedang berjalan bersama Abdullah di Mina lalu ia bertemu dengan Usman yang segera bangkit dan mengajaknya bicara. Usman berkata kepada Abdullah: Wahai Abu Abdurrahman, inginkah kamu kami kawinkan dengan seorang perempuan yang masih belia? Mungkin ia dapat mengingatkan kembali masa lalumu yang indah. Abdullah menjawab: Kalau kamu telah mengatakan seperti itu, maka Rasulullah saw. pun bersabda: Wahai kaum pemuda! Barang siapa di antara kamu sekalian yang sudah mampu memberi nafkah, maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan melindungi kemaluan (alat kelamin). Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penawar bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)

hadis tentang syair



         Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: 
     Rasulullah saw. bersabda: Perut seseorang itu lebih baik penuh dengan cairan nanah yang dapat merusak tubuh daripada penuh dengan syair. (Shahih Muslim No.4191)

Selasa, 17 Mei 2016

Amalan 40 Hari Menuju Kaya dan Rezeki Melimpah

       Uztadz Yusuf Mansur mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin selama kita berusaha. Demikian juga keinginan menjadi orang kaya, banyak uang dan rezeki berlimpah, bukankah Muslim itu wajib kaya? Karena itu berikut ini diajarkan riyadhah atau amalan yang jika rutin dilaksanakan selama terus menerus, Insya Allah akan mendapatkan rezeki berlimpah. Untuk tahap pembelajaran dimulai selama 40 hari terlebih dahulu. Diharapkan setelah 40 hari masih terus melaksanakan amalan tersebut bahkan lebih ditingkatkan intensitasnya. Seperti halnya Allah melatih kita melakukan ibadah di bulan Ramadhan selama 30 hari dengan harapan kita tetap bisa melanjutkan di hari-hari selanjutnya. Intinya sebenarnya merutinkan ibadah sehingga menjadi kebiasaan. Apa saja itu yang harus dilakukan selama 40 hari menuju kaya dan rezeki melimpah? # 1. Rutinkan shalat berjamaah di masjid dan tepat waktu Sedapat mungkin lakukan shalat fardhu di masjid berjamaah disertai dengan shalat sunat qabliyah dan ba'diyahnya. Qabliyah adalah shalat sunat sebelum shalat wajib yaitu 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Dhuhur, sebelum ashar, 2 rakaat sebelum magrib, sebelum Isya dan sebelum subuh. Sementara Ba'diyah adalah shalat sunat sesudah shalat fardhu, yaitu 2 rakaat setelah dhuhur, setelah magrib dan setelah isya. Jangan lupa shalat tahiyatul masjid sebagai penghormatan kepada masjid. Jangan pernah menunda melakukan shalat. Begitu azan berbunyi segeralah ke masjid terdekat. # 2. Rutinkan shalat tahajud 8 rakaat dan shalat witir 3 rakaat Shalat tahajud adalah salah satu shalat sunat yang paling utama, dikerjakan pada sepertiga malam, minimal 2 rakaat, tapi Uztadz Yusuf Mansur menganjurkan 8 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Sepertiga malam itu juga adalah waktu mustajab (waktu terkabulnya doa). # 3. Baca Surah Al Waqiah Inilah surah yang bisa memperlancar rezeki " Barangsiapa membaca Surah Al Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kefakiran selamanya (H.R.Ibn Sunni). Jangan lupa membaca surah ini sesudah shalat subuh atau sesudah shalat isya. # 4. Rutinkan shalat dhuha Mengapa dhuha bisa melancarkan rezeki? Alasannya sudah saya tulis di sini. Shalat sunat dhuha adalah shalat sunat 2 rakaat yang dilaksanakan saat matahari beranjak naik sampai sebelum dhuhur. Rutinlah melaksanakan dhuha 6 rakaat, bagi yang kuat bisa sampai 12 rakaat itu lebih baik. (2 rakaat salam, begitu seterusnya). # 5. Baca zikir sesudah shalat Setelah shalat jangan langsung berdiri tapi bacalah zikir yang biasa anda baca ditambah dengan membaca asmaul husnah Ya Fattah ya Razaak 11 kali, dilanjutkan dengan membaca ayat kursi 1 kali dan Surah Al Ikhlas 3 kali. Rutinkan setiap selesai shalat. Khusus selesai shalat subuh dan ashar ditambah dengan membaca 4 ayat terakhir Surah Al Hasyr. # 6. Rutin membaca zikir ini Rutinkan membaca Laa hawla wala quwwata illaa billah sebanyak 300 kali, bisa juga 100 kali setiap hari dan bisa dibagi membacanya setelah shalat fardhu (100 / 5 = 20 kali di setiap selesai shalat fardhu). # 7. Rutin mohon ampun Bacalah istighfar sebanyak 100 kali setiap hari. Karena bisa saja setiap hari kita berbuat dosa yang kita sadari maupun tidak. # 8. Rutin membaca zikir pagi dan petang Jangan lupa setiap hari membaca subhanallahi wabihamdihii subhanallahil adzhiem 100 kali di waktu pagi dan 100 kali di waktu petang (sore hari). Boleh dilakukan habis shalat dhuha dan sorenya bisa setelah melakukan ibadah shalat ashar atau menjelang magrib # 9. Rutin baca yasin Rutinkan membaca surah ke 36 dari Al Quran ini, waktunya bebas, lakukan kapan saja dan baca sebanyak 1 kali setiap hari. # 10. Tutup malam dengan shalat sunat 2 rakaat Begitu kantuk menyerang jangan langsung tidur tapi lakukan shalat sunat 2 rakaat sebelum tidur, baca Surah Al Kafiruun di rakaat pertama dan Al Ikhlas di rakaat kedua. Setelah itu jangan lupa membaca Surah As Sajdah, Al Mulk atau Ar Rahman (pilih salah satu). Lakukan 10 amalan ini rutin selama 40 hari. Usahakan jangan bolong. Bisa dibuat check list untuk membantu mengecek apakah salah satu amalan sudah dilaksanakan atau belum. Bagi wanita yang lagi haid bisa berhenti sejenak dan melanjutkan setelah suci. Niatkan dan mohonkan rezeki yang banyak dan bermanfaat untuk diri dan orang lain. Jika setelah 40 hari masih ingin dilanjutkan silakan. Jika sudah menjadi kebiasaan bisa menjadi ladang pahala buat kita. Wallahu alam. - See more at: http://lancarrezeki.blogspot.co.id/2015/05/inilah-amalan-40-hari-menuju-kaya-dan.html#sthash.4TFniIfb.dpuf

niat sholat ashar


Jumat, 08 April 2016

Arya Sukahet

Arya Sukahet | atau yang juga disebut I Gusti Sukahet, yang ketika masih berada di Jawa disebut Ksatrya dan leluhurnya adalah Raja Lasem. Setelah berada di Bali sesuai dengan jabatan yang diberikan bergelar Arya atau I Gusti (Arya Sukahet / I Gusti Sukahet).

Ketika Raja Majapahit Tribuwana Tunggadewi memerintahkan pasukannya menyerang Raja Bali Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten atau Sri Tapa Hulung yang dalam serangan tersebut Patih Gajah Mada dan Arya Damar memimpin pasukan para Kesatrya dan Arya Majapahit, yaitu Arya Sura Wang Bang Lasem, Arya Kuta Waringin, Arya Belog dan lain-lain. Untuk menyingkat cerita akhirnya Raja Bali dapat ditaklukkan (pada tahun 1343 M); 
Selanjutnya Patih Gajah Mada mengatur para Kesatrya dan Arya yang patut mengayomi Pulau Bali untuk mengamankan wilayah masing-masing, yaitu Kesatrya Lasem (Arya Sura Wang Bang Lasem di Sukahet), Arya Kuta Waringin di Gelgel, Arya Belog di Kaba-Kaba, Arya Kenceng di Tabanan dan lain-lain.
Karena sudah lama Bali tidak ada pemimpin tetap, Bali sangat sepi dan menjadi tidak stabil. Kemudian Raja Majapahit dan Patih Gajah Mada menobatkan Dalem Kresna Kepakisan menjadi Adipati Bali pada tahun saka 1274 (tahun 1352 M), dengan patih Agung Arya Kepakisan, dan para Menteri yaitu Arya Sura Wang Bang Lasem, Arya Wang Bang keturunan Kediri, Arya Wang Bang Mataram, Arya Sentong dan lain-lain.

Selanjutnya situasi di Bali cukup aman dan stabil, rakyat Bali tunduk dengan Baginda Raja. Entah sudah berapa lama Arya Sura Wang Bang Lasem mengabdi pada Baginda Raja, akhirnya menurunkan putra 3 orang, pertama Arya Sukahet, yang kedua Arya Pering dan yang ketiga Arya Cagahan, ketiga-tiganya diberikan kedudukan sebagai menteri. Selanjut-nya Arya Sukahet kawin dengan putrinya I Gusti Ler (I Gusti Kaler Prandawa) berputra 3 orang, 2 orang diantaranya pria, yang sulung I Gusti Ngurah Sukahet, yang kedua I Gusti Ngurah Pering Cemeng dan 1 orang putri bernama I Gusti Ayu Peling yang diambil rabi oleh Dalem Dimade (masih bersepupu).
Dari istri yang lain Arya Sukahet (I Gusti Sukahet) menurunkan 1 orang putri bernama I Gusti Ayu Raras, keambil rabi oleh Dalem Ketut Kresna Kepakisan. (sumber dari : Jro Mangku Gde Ketut Soebandi).
I Gusti Ngurah Sukahet berputra 3 orang, yang pertama I Gusti Ngurah Sukahet Jugig, kedua I Gusti Ayu Ratih (I Gusti Ayu Belong) dan yang ketiga I Gusti Ayu Sukahet. Kemudian I Gusti Ayu Sukahet diambil rabi oleh I Dewa Sumretta yang melahirkan Kesatrya Sukahet yang menyungsung Merajan Sukahet di Klungkung.

Selanjutnya diceritakan I Gusti Ngurah Pering Cemeng mempunyai putra I Gusti Ngurah Putih, I Gusti Ngurah Putih mempunyai 3 orang putra, yang pertama bernama I Gusti Tohjiwa, kedua bernama I Gusti Kemoning yang ketiga bernama I Gusti Nataran. Kemudian I Gusti Ngurah Putih kawin lagi dengan I Gusti Ayu Belong atau I Gusti Ayu Ratih. Pada suatu hari I Gusti Ngurah Sukahet diminta datang oleh I Gusti Ngurah Sidemen, menanyakan keberadaan putrinya yang akan dipinang sebagai calon istri, untuk itu I Gusti Ngurah Sukahet memberikan informasi bahwa putrinya bernama I Gusti Ayu Belong. Setelah dipertimbangkan dan dengan mendengar dari namanya dipikir I Gusti Ayu Belong pasti tidak cantik maka, diambillah keputusan oleh I Gusti Ngurah Sidemen tidak jadi meminangnya dan akhirnya dikirim utusan untuk membatalkan peminangan tersebut.

Oleh karena I Gusti Ngurah Sidemen tidak jadi meminang, akhirnya I Gusti Ngurah Sukahet mengawinkan anaknya dengan I Gusti Ngurah Putih, masih saudara sepupu. 
Entah berapa lama pernikahannya I Gusti Ngurah Putih dengan I Gusti Ayu Belong berlalu, pada suatu saat ketika I Gusti Ngurah Sidemen menghadap dengan Dalem di Istana Gelgel dengan sejumlah pengiring melewati desa Sukahet, banyak orang menonton iring-iringan tersebut, kebetulan I Gusti Ayu Belong menonton, maka dilihatnya ada orang yang sangat cantik sampai kaget dan menanyakan siapa nama orang itu, dikatakan itulah yang bernama I Gusti Ayu Belong, yang tidak jadi dipinang.
Akhirnya seketika I Gusti Ngurah Sidemen tidak sadarkan diri, hingga rombongan balik lagi ke Sidemen. Setelah sadar lalu ia memanggil orang kepercayaannya untuk memperdaya, dan mencari kesalahan-kesalahan I Gusti Ngurah Putih. Diceritakan setelah I Gusti Ngurah Putih diketahui menikah dengan I Gusti Ayu Belong, maka diupayakan strategi jitu serta dengan kesalahan yang dibuat-buat, lalu I Gusti Ngurah Putih diasingkan di Bukit Buluh Wangsean. Perlakuan atas dirinya sebenarnya I Gusti Ngurah Putih sudah menyadari lantaran mengawini I Gusti Ayu Belong, tapi dia tidak bisa mengelak karena I Gusti Ngurah Sidemen memegang kekuasaan.

Entah sudah berapa lama I Gusti Ngurah Putih hidup di pengasingan, diceritakan Beliau mempunyai 2 orang putra laki-laki yang pertama bernama Wayan Wresaba, dan adiknya bernama Made Leheng, dari perkawinannya yang tanpa proses Widhi Widana. Kemudian ada utusan (duta) datang, lalu I Gusti Ngurah Putih menyadari ajalnya telah tiba, dia sempat mengutuk duta tersebut yang bernama I Gst. Pt. Mencur diutus oleh I Gusti Ngurah Sidemen. Tanpa perlawanan tanpa ada yang membela akhirnya I Gusti Ngurah Putih dapat dibunuh.

Kemudian setelah I Gusti Ngurah Sukahet beserta seluruh warganya mendengar bahwa I Gusti Ngurah Putih meninggal karena dibunuh, maka segera di perintahkan bala yuda untuk melacak orang yang berbuat jahat terhadap menantunya, namun tidak diketemukan jejaknya. Maka seluruh warga, sanak keluarga beserta istrinya I Gusti Ngurah Putih sangat sedih dan berduka atas musibah yang menimpanya. Selanjutnya pada hari (dewasa) yang baik dilaksanakanlah upacara Pelebon, sesuai dengan tata-cara adat dan agama, yang dipuput oleh Ida Pedanda Siwa dan Budha. 
Sesuai dengan pyagam anugrah dari Dalem, berdasarkan Ketriwangsaan Treh Arya Wang Bang patut (wenang) memakai Badhe, megunung Tajak, Mekapas Mewarna, Mekarang Bucu, lengkap saha upacara Bade. Mepetulangan Merupa Lembu Putih (yang masih manggeh) yang sudah surud wangsa/rered memakai Petulangan Singa wenang Mebale Selunglung serta Surat Kajang dan meukur patut memakai Tirtha Pemanah. Daksinenya Nista, Madya, Utama, Geng Artha (besar uang) 16 tali (16.000) Utama, kutus tali (8.000) Madya, petang tali (4.000) Nista, Nistaning Nista sepaha satus (1.700). 
Tirta Pebersihan, muah tirtha pengentas, Daksinanya sama dengan di atas. 
Hendaknya jangan sampai melupakan apa yang tertera di atas terkait dengan besar daksina (uang daksina) yang menyebabkan Sang Pitara tidak menemukan Swarga (kebahagiaan di akherat/Amanggih Ngkon), kepanasan Sang Pitara Atma. Demikian Penugrahan Dalem terhadap I Gusti Ngurah Sukahet treh Wang Bang sejak dahulu.
Diceritakan setelah I Gusti Ngurah Putih meninggal dan proses upacara Pitra Yadanya juga telah selesai, pada suatu saat datanglah I Gusti Ngurah Sidemen menghadap I Gusti Ngurah Sukahet untuk meminang I Gusti Ayu Belong. Namun I Gusti Ngurah Sukahet tidak sepakat, dengan alasan merasa bersalah mengawinkan anaknya yang sudah menjanda. Karena itu I Gusti Ngurah Sidemen sangat marah, akhirnya dia terpaksa memakai jalan kekerasan, lalu I Gusti Ayu Belong diambilnya, sehingga timbullah yuda besar. I Gusti Ngurah Sidemen memerintahkan bala yudanya dalam jumlah besar untuk menyerang purinya I Gusti Ngurah Sukahet, pertempuranpun terjadi dengan sengit, hingga tidak sedikit korban berjatuhan.

Entah berapa lama perang berlangsung, akhirnya banyak pasukan kedua-belah pihak yang gugur, dan warga I Gusti Ngurah Sukahet sempat meloloskan diri. Diceritakan sanak keluarga I Gusti Ngurah Putih, banyak meninggalkan puri, I Gusti Ngurah Jiwa dan I Gusti Ngurah Kemoning, beserta pengiring (rakyat) sambil membawa seperangkat alat-alat upacara Merajan antara lain: Gong, gambang dll menuju daerah Mengwi, karena di sana ada Brahmana asal dari Griya Manara Sidemen, lama kelamaan akhirnya tinggal di desa Munggu (Badung). 
Kemudian I Gusti Ngurah Nataran pergi bersama sanak keluarga menuju Poh Tegeh, Abang, Karangasem. I Gusti Ngurah Sukahet Jugig menghindari gempuran musuh bersembunyi di tengah hutan bernama alas Pakel (Wangsean).
Diceritakan bahwa Dalem di istana Sweca Lingarsa Pura bertanya-tanya bahwasannya I Gusti Ngurah Sukahet Jugig sudah cukup lama tidak pernah menghadap ke istana, demikian Beliau bersabda kemudian ada berita di dengar oleh Dalem bahwa I Gusti Ngurah Sukahet Jugig habis diserbu oleh bala tentara I Gusti Ngurah Sidemen Gunung Agung menyebabkan hancurnya Puri Sukahet, semua warga kocar-kacir pergi menyelamatkan diri. Keberadaan Puri I Gusti Ngurah Sukahet dihancurkan. 
 
Begitu cerita rakyat kepada Dalem, lalu dalem bersabda ah sangat durhaka Kiyayi Sidemen tidak ingat dengan tata-tertib kepatihan. Kemudian dengan cara rahasia Dalem merencanakan melenyapkan jiwa I Gusti Ngurah Sidemen, sebagai balas budi terhadap leluhur I Gusti Ngurah Sukahet yakni Sri Arya Wang Bang. 
Perencanaan pembunuhan dimulai dengan mengutus tiga orang tahanan yaitu : I Togog dari Pekandelan, Nang Bunglun dari Bendul, Pan Patut dari Satria, dengan strategi meminta ayam kurungan kesayangan I Gusti Ngurah Sidemen. Diawali dari percakapan Nang Bunglun meminta ayam kesayangannya I Gusti Ngurah Sidemen untuk dipersembahkan kepada Dalem, lalu I Gusti Ngurah Sidemen marah dan memukulnya dengan palu, kemudian Nang Bunglun marah juga lalu menghunus keris dan menusuk I Gusti Ngurah Sidemen yang akhirnya meninggal.
Setelah didengar oleh sanak keluarga dan semua warga I Gusti Ngurah Sidemen bahwa beliau telah meninggal dibunuh oleh utusan Dalem, maka para pengawal puri serempak mengepung tiga utusan tersebut. Dengan sigap pasukan pengawal puri yang bernama Pan Byakta dapat membunuh 2 orang utusan tersebut dan satu orang lagi dapat lolos sampai di Swecapura, langsung menghadap Dalem menyam-paikan bahwa tugas telah dilaksanakan dan I Gusti Ngurah Sidemen dibunuh oleh Nang Bunglun. Sabda Dalem: “berbahagialah kamu masih hidup dan sudah sepantasnya I Gusti Ngurah Sidemen meninggal”.

Diceritakan I Gusti Ngurah Sukahet Jugig dipanggil menghadap Dalem, sabda beliau: “kembalilah kamu ke Sukahet, menjabat kepatihan seperti dahulu karena musuhmu Kyai Anglurah Sidemen telah terbunuh, sekarang kuberikan sejumlah artha dan seisi puri serta keris (curiga) bernama Si Kaparabon, janganlah kamu ragu-ragu. 
 
Banyak pratisentana I Gusti Ngurah Sukahet masih manggeh kewangsaannya walaupun ada yang rered (surud kewangsaan) mungkin disebabkan nyineb wangsa dan winasa wangsa”, itulah Swa Dharmaning Ksatria. Jawab I Gusti Ngurah Sukahet Jugig: “Hamba tidak menolak segala titah Dalem”. Sabda Dalem: “janganlah bimbang kamu akan kuberikan rakyat.” 
Mulai saat itulah I Gusti Ngurah Sukahet Jugig kembali ke Sukahet dengan membawa Pyagam Penughrahan Dalem.
Tiba di desa Sukahet I Gusti Ngurah Sukahet Jugig mendapati Puri Sukahet dalam keadaan rusak dan sangat sepi. Mulailah I Gusti Ngurah Sukahet Jugig membuat Puri baru. Pada waktu itu I Gusti Ngurah Sukahet Jugig kembali menduduki jabatan Anglurah Sukahet, damai tenteramlah wilayah kekuasaannya.

Kembali sekarang diceritakan I Gusti Ngurah Sukahet Jugig mempunyai putra yang ber ibu prami, wanita 2 orang yang paling sulung bernama I Gusti Ayu Wanasara kawin ke Puri Karangasem, yang nomor dua bernama I Gusti Ayu Wanasari, dan yang ber ibu penawing adalah laki-laki, antara lain : Pertama bernama I Gusti Aan, kedua bernama I Gusti Kebon, yang ketiga bernama I Gusti Wesan. 
Sesuai tatakrama Kerajaan yang dapat memegang jabatan (madeg Anglurah) jadi Raja adalah putra yang ber ibu prami, oleh karena putranya yang ber ibu prami adalah wanita maka diadakan rembug keluarga, lalu disepakati untuk minta saran kepada penguasa Sidemen karena dia (ngawengkurat) sebagai penguasa jagat (penguasa daerah). Beliau menyarankan agar I Gusti Ngurah Sukahet Jugig mencari sentana prami. 
Setelah diadakan musyawarah maka I Gusti Ayu Wanasari kawin dengan I Gusti Dauh, yaitu anak dari I Gusti Dauh Purnamaning Kapat asal dari Selekak, Sidemen, yang selanjutnya membangun puri di Talibeng oleh I Gusti Ngurah Sidemen.
Setelah I Gusti Ngurah Sukahet Jugig meninggal dunia (wafat), kekuasaan wilayah Sukahet diserahterimakan kepada I Gusti Dauh (menantunya), sebagai Anglurah Sukahet atas petunjuk I Gusti Ngurah Sidemen. Sebelum I Gusti Ngurah Sukahet Jugig wafat Beliau memberi nasihat kepada menantunya, nanti pada saat memegang kekuasaan agar senantiasa berlaku baik (rukun-rukun) terhadap keturunan I Gusti Ngurah Sukahet. Seyogyanya bagi yang nyentana mengikuti garis keturunan I Gusti Ngurah Sukahet dalam garis dimana dia nyentana.

Lama kelamaan tidak diceritakan yang menyebabkan I Gusti Ngurah Sukahet membangun empat Merajan, oleh karena Puri yang dulu sudah rusak.

I Gusti Kebon membangun Merajan Kawitan di Sukahet banjar Kebon, I Gusti Aan membangun Merajan Kawitan bernama Merajan Batan Wani di Br. Tengah Sukahet sekarang dikenal dengan Merajan Arya Sukahet, I Gusti Wesan di Talibeng banjar Sari. 
Kemudian IGusti Ngurah Kebon, I Gusti Aan bersama I Gusti Dauh (menantunya I Gusti Ngurah Sukahet Jugig) membangun Kahyangan Merajan di Talibeng bernama Merajan Umadesa. Dulu letak Puri Sukahet itu berada di sebelah timur Pura Dalem Talibeng sekarang, dan kuburannya terletak di pinggir Griya Wanasari sekarang, demikian ceritanya.
Dikisahkan kembali keturunan I Gusti Dauh (menantu) yang berkuasa di Sukahet, makin menjauhkan diri dengan warga I Gusti Ngurah Sukahet. Oleh sebab itu keturunan I Gusti Dauh mantu berhenti menghaturkan bakti di Merajan Umadesa.

Diceritakan pada waktu I Gusti Ngurah Sukahet memegang kekuasaan ada Brahmana Buda dari Swecapura, berencana pergi ke Budakeling melewati desa Sukahet, Sang Brahmana mampir di Puri Sukahet, sembari menceritakan kepergiannya dari Swecapura. I Gusti Ngurah Sukahet berkata menawarkan apakah Sang Brahmana berkenan membangun geriya di Sukahet. 
Ida Brahmana sangat gembira dan mau membangun geriya di Sukahet. Itulah awal mulanya ada Sang Brahmana antara desa Sukahet dengan desa Talibeng. Lama kelamaan Sang Brahmana membangun Griya di dekat kuburan, I Gusti Ngurah Sukahet senang itulah sebabnya ada Griya Wanasari di sebelah utara desa Sukahet sekarang.
Kemudian diceritakan bahwa I Gusti Ayu Belong mempunyai keturunan seorang wanita bernama I Gusti Ayu Dijaba, dan setelah dewasa kawin dengan I Dewa Dangin di Jero Sidemen. Diceritakan kembali setelah I Gusti Ngurah Sukahet Jugig meninggal, yang diberi kuasa dalam memimpin daerah Sukahet I Gusti Dauh (menantu), pada awalnya keberadaannya sangat mantap, keamanan dan kesejahteraan warganya termasuk dengan saudara-saudaranya yang lain ibu yaitu I Gusti Aan, I Gusti Kebon dan I Gusti Wesan rukun dan damai. Entah berapa lama sudah berjalan dalam menjalankan tugas sebagai penguasa daerah Sukahet, dikarenakan jumlah warga makin berkembang, maka terjadilah pengelompokan dari masing-masing warga yang membangun tempat pemujaan atau Merajan untuk memuja leluhur, seperti tersebut di atas. 
 
Disamping itu dalam kelompok tertentu juga membangun sejenis Pura Kahyangan (Panti), yaitu Pura Manik Bingin di Wanasari, Pura Witsari (kini sudah rusak bahkan sudah dijadikan obyek pariwisata), terletak di br. Kebon, Sukahet. Ada lagi kelompok yang membangun pura bernama Pura Gunung Sari, Pura Telaga Sari di desa Sukahet Br. Kebon dan Br. Tengah dan masih ada beberapa Pura-Pura yang belum disebutkan. Sejalan dengan perkembangan jaman pada waktu itu makin lama situasi dan kondisi cepat berubah, masing-masing kelompok tadi makin lama makin larut dengan kelompoknya sendiri.
Disatu sisi terjadi lagi pengelompokkan baru, bahwa mulanya sentana (keluarga besar) I Gusti Dauh (menantu) tergabung dalam kelompok Merajan Umadesa (Talibeng) ikut sembahyang bersama-sama, entah apa sebabnya kemudian putus hubungan hingga kini tidak pernah lagi sembahyang di Merajan Umadesa. Diceritakan bahwa sentana I Gusti Dauh (menantu) membuat tempat pemujaan sendiri yaitu bernama Merajan Arapsari di Talibeng. Demikianlah perkembangan warga keturunan Arya Sukahet treh Arya Sura Wang Bang Lasem, untuk memuja Bhetara-Bhetari Leluhur melalui kelompok Merajan masing-masing.

Ke empat Merajan yaitu; Merajan Kawitan Arya Sukahet Br. Tengah mencakup kelompok Merajan yang ada di Gianyar, Merajan Kebon, Merajan Dangin, dan Merajan Dauh adalah sebagai pengemong Pura Pedharman Arya Sukahet di Besakih. 
Dimana upacara piodalannya dilaksanakan pada hari Purnama Kedasa (April) dan hari Purnama Ketiga (September). Umumnya para pemedek yang tangkil ngaturang puja bhakti di Pura Pedharman Arya Sukahet, dari semua pratisentana I Gusti Ngurah Sukahet (Arya Sukahet) treh Arya Wang Bang Lasem dari seluruh Bali bahkan ada dari luar Bali.
Seiring dengan adanya pengelompokkan warga keturunan Arya Sukahet sebagai langkah positif untuk mewujudkan rasa bhakti terhadap leluhur, karena jumlah warga makin lama makin bertambah, maka terjadilah pemekaran keturunan Arya Sukahet tidak hanya di wilayah Bali, juga sampai di luar wilayah Bali.

Demikian juga adanya pratisentana I Gusti Ngurah Sukahet di Kabupaten Gianyar, berawal dari datangnya I Gusti Lempung, I Gusti Nyoman Tilem di desa Bona, kemudian turun-temurun dan berkembang membuat kelompok-kelompok selanjutnya mendirikan Merajan, demikian juga yang di desa Selat, Blahbatuh. Ada lagi keturuna Arya Sukahet berawal dari datangnya I Gusti Made Sari ke desa Lodtunduh selanjutnya turun-temurun berkembang membangun sebuah Merajan di Banjar Tengah Desa Lod Tunduh sampai saat ini.

Khusus pada kelompok Merajan Kawitan Banjar Tengah Dusun Kebon Desa Adat Sukahet Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem mencakup Merajan-Merajan yang ada di Kabupaten Gianyar (Desa Bona, Desa Selat Blahbatuh dan Desa Lodtunduh) termasuk yang ada di luar Bali (Lombok) serta beberapa kelompok warga lainnya yang berada dibeberapa tempat di Bali seperti ; Desa Tohjiwa, Desa Telunwayah/Ds. Lambang, Desa Yehembang, Desa Angantelu/Antiga, Desa Menira, Desa Nyuhtebel, Nusa Penida dan lain-lain, adalah prati sentana Arya Sukahet yang setiap puja wali pedek ke Merajan Kawitan Arya Sukahet, yang diadakan pada setiap Purnama Sasih Desta. (Sasih Kedasa Di Pura Pedharman Besakih)

Rabu, 23 Maret 2016

Surah QAAF

سُوۡرَةُ قٓ
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قٓ‌ۚ وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡمَجِيدِ (١) بَلۡ عَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ۬ مِّنۡهُمۡ فَقَالَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا شَىۡءٌ عَجِيبٌ (٢)


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Qaaf [1] Demi Al Qur’an yang sangat mulia. (1) [Mereka tidak menerimanya] bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari [kalangan] mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib". (2)

Selasa, 22 Maret 2016

haram menyentuh orang bukan muhrimnya

ما مست يد رسو ل ألله صلي الله عليه و سلم يد امراة في المبايعه قظ ،و إنما مبا يعتها كا نت كلا ما
"dalam melakukan baiat,tangan rosulullah saw,belum pernah menyentuh tangan wanita,adapun pembaiatan di lakukan melalui ucapan saja"(HR Muslim)

saudara sesusuan haram untuk di nikahi

أر ضعيه خمس رضا ت
"Susuilah ia 5 kali" (HR Abu dawud )

يحر م من الرضاعه ما يحرم من النسب 
"saudara sesusuan haram untuk di nikahi sebagaimana di haramkanya menikahi saudara seketurunan"(HR Muslim & Ashhabus sunan)

Senin, 29 Februari 2016

Lirik Lagu Andra and TheBackBone - Tak Ada Yang Bisa + CHORD GITAR



Intro : D
D
Saat ku pejamkan kedua mataku
F#m
Dan kubayangkan
Bm
Di sampingmu

G
Kurasakan slalu
Em
Hangatnya pelukmu
D
Itu
D
Dan ku genggam lembut kedua tanganmu
F#m Bm A5
Seakan takut Kehilanganmu
G
Kuingin selalu
Em A
Hatimu untukku
Reff :
D Bm G E-A
Tak ada yang bisa
D Bm G E-A
Menggantikan dirimu
Bm A
Tak ada yang bisa
E G
Membuat diriku
D
Jauh darimu�
Interlude : Bb C D 4x
G A
Back to : Reff
D Bm G E-A
Menggantikan hatimu
Bm A
Tak ada yang bisa
E G
Membuat diriku
D
Jauh darimu�
Coda : Bb C D 6x

Lirik Lagu Andra and The Backbone Jalanmu Bukan Jalanku Chord Gitar andra and the backbone


[intro] D A/C# Bm A/C# 2x
D            A/C#          Bm  A/C#
Tak bisakah kau lihat diriku
D            A/C#          Bm  A/C#
Tak cukupkah bahasa tubuhku
Bm      A      E/G# G
Katakan padamu
Bm      A          E/G# G
Bahwa ku tlah bosan
D           A/C#            Bm A/C#
Tak bisakah kau baca hatiku
D           A/C#                   Bm A/C#
Bahwa diriku tak menginginkanmu lagi
Bm      A      E/G# G
Katakan padamu
Bm      A          E/G# G
Bahwa ku tak tahan
[chorus]
D              A
Kini ku tak mampu lagi
Em
tuk ikuti caramu
G
Hanya membuatku sakit hati
D             A
Kini ku tak mau lagi
Bm
Jalanmu bukan jalanku
G
Dan kau tlah memilih
Gm
Kau tlah memilih
[bridge]
A            Bm
Tak mudah bagiku untuk
G               D
Meninggalkan dirimu
A            Bm
Tapi ku tak tahan lagi
G            Gm
Denganmu oh denganmu
[solo] D A Em G
D A Bm G
[chorus]
D              A
Kini ku tak mampu lagi
Em
tuk ikuti caramu
G
Hanya membuatku sakit hati
D             A
Kini ku tak mau lagi
Bm
Jalanmu bukan jalanku
G
Dan kau tlah memilih
D       A           Em
Kini ku tak mampu lagi
G
Hanya membuatku sakit hati
D       A         Bm
Kini ku tak mau lagi
G               Gm
Dan kau tlah memilih
[outro] D A/C# Bm A/C# D

Sabtu, 21 November 2015

Ajay Bhatt - Penemu Port USB



Ajay Bhatt (intel)

Ajay V. Bhatt adalah seorang arsitek komputer India - Amerika yang membantu mendefinisikan dan mengembangkan beberapa teknologi yang digunakan secara luas, diantaranya USB (Universal Serial Bus), AGP (Accelerated Graphics Port), PCI Express, Platform Power management architecture (Landasan Kekuatan arsitektur manajemen) dan berbagai perbaikan chipset (various chipset

Jumat, 20 November 2015

John Stith Pemberton - Penemu Formula Coca-Cola



John Stith Pemberton adalah seorang ahli Farmasi Amerika yang dikenal sebagai penemu Coca-Cola.


Biografi

Pemberton lahir 8 Juli 1831, di Knoxville, Crawford County, Georgia. Ayahnya adalah James Clifford Pemberton, saudara Konfederasi Jenderal John Clifford Pemberton. Pemberton dibesarkan di Roma, Georgia. Ia masuk Reformasi Medical College of Georgia di Macon, dan pada tahun 1850 saat

Rabu, 11 November 2015

Michael S. Hart - Penemu eBook Pertama di Dunia



Michael Stern Hart adalah seorang Penulis Amerika, yang dikenal sebagai penemu buku elektronik (eBook) dan pendiri Proyek Gutenberg (PG), proyek pertama untuk membuat eBook yang tersedia secara bebas melalui Internet. Ia menerbitkan eBooks sebelum internet ada melalui ARPANET, jaringan BBS dan server Gopher.

Hart mengabdikan hidupnya setelah mendirikan PG pada tahun 1971 untuk digitalisasi dan