Pages

Subscribe:

Minggu, 04 September 2016

Khairuddin Barbarossa, Sang Mujahid ‘Bajak Laut’ Momok Bagi Ero

Khairuddin Barbarossa (1478-1546 M)

  Di Eropa, namanya tercatat sebagai bajak laut kejam berjenggot merah penguasa samudera. Tapi dalam sejarah Islam, namanya harum mewangi sebagai laksamana penjaga wilayah Khilafah Utsmani yang perkasa.

Saat-saat itu kaum muslimin Andalusia memang sedang mengalami keruntuhan setelah pemerintahan Islam berhasil tegak megah selama tujuh abad di Eropa. Sedang kaum muslimin kala itu tinggal sedikit di bawah penguasa Bani Ahmar di Kota Granada. Dalam kondisi seperti ini, seluruh kerajaan Kristen bersatu menggalang kekuatan untuk mengusir kaum muslimin dari Spanyol selama-lamanya.

Pada akhirnya, Granada benar-benar runtuh, jatuh ke tangan kaum Salibis. Raja kecil Abu Abdullah menyerah kepada Raja Kristen Ferdinand dan Ratu Isabella. Kunci istana al Hambra dan Granada diserahkannya kepada pasukan Kristen pada bulan Rabiul Awwal, tahun 897 H (1492 M). Kaum muslimin yang tersisa di Spanyol mendapat perlakuan amat keji dari orang-orang Nashara.

Tak lama setelah berhasil mengusir kaum muslimin dari pijakan terakhimya di Granada, Spanyol, pada tahun 1492, orang-orang Portugis dan Spanyol, para conquistador1 yang haus kekuasaan ini, segera menyerbu pantai­-pantai Afrika Utara. Raja-Raja Maghrib, Tunisia, dan sekitarnya yang lemah, tak punya cukup kemampuan dan kemauan untuk mengusir orang-orang Kristen yang penuh semangat dari tanah-­tanah mereka. Orang-orang Spanyol merebut tempat-tempat strategis, seperti Ceuta di Maroko dan Aljir di Aljazair. Mereka membangun benteng yang  menyulitkan penguasa Muslim setempat merebut kembali wilayah-wilayahnya.
***
Khairuddin atau Khizr, demikian orang Barat menyebutnya, saat itu masih menginjak 14 tahun usia. Tiba-tiba saja ia disergap perasaan dendam membara. Ia terkesima dengan situasi jiwanya. Selama ini dia adalah orang yang tak peduli dengan pertikaian antara kaum muslimin dengan Salibis di Andalusia. Barangkali berita-berita besar yang dibawa oleh para pelaut yang baru datang dari pesisir Afrika Utara itulah penyebabnya. Ia dengan seksama terus mengikuti berita-berita itu dari para pelaut yang mampir di kedai ayahnya di tepi pantai Lesbos, sebelah barat Asia kecil. Sungguh, berita itu langsung menggugah kepahlawanan Khairuddin remaja. Matanya bagai terbuka lebar-lebar dan telinganya menjadi peka atas berita pembantaian kaum muslimin secara kejam-keji-biadab di Andalusia. Di usia 14 tahun, ia dimatangkan oleh berita-berita tragis kaumnya. Berita runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia.
***
Khairuddin lahir pada tahun 1478 di pulau Lesbos2 di desa Palaiokipos. Ia memiliki dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Ketiga saudara laki-lakinya bernama Ishak, Aruj, dan Ilyas. Mereka dilahirkan di Pulau Lesbos (Mytilene/Madlali) yang saat itu menjadi wilayah Turki Utsmani. Ayah mereka, Ya’kub bin Yusuf merupakan veteran perang pada masa kekuasaan Sultan Muhammad al-Fatih sedangkan ibu3 mereka merupakan penduduk asli pulau itu. Keluarga itu menetap di Lesbos tak lama setelah penaklukkan pulau itu oleh pasukan al-Fatih di tahun 1462. Ayah Khairuddin mengisi masa pensiunnya dengan membuka sebuah kedai dan membina keluarga. Keluarga itu tumbuh dalam budaya pesisir dan kelak muncul sebagai  pelaut-pelaut yang tangguh, khususnya Aruj dan Khizr.

Khairuddin dan saudara-saudaranya tumbuh pada salah satu era paling menentukan dalam sejarah umat manusia. Mereka hidup di tengah benturan peradaban yang keras di wilayah  Mediterania. Benturan peradaban antara Timur dan Barat, antara Islam dan Kristen. Hanya sekitar satu atau dua dekade sebelum kelahiran anak­-anak ini, peradaban Islam terpenting saat itu, Turki Utsmani, di bawah pimpinan Muhammad al-Fatih pada tahun 1453, telah berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Kejatuhan kota yang merupakan  ibukota Romawi Timur, Byzantium, sekaligus pusat Kristen Ortodoks itu menimbulkan jeritan putus asa dan kemarahan di belahan Eropa lainnya. Sebaliknya, hal itu  meningkatkan semangat jihad dan kebanggaan di belahan dunia Islam mengingat Nabi Muhammad SAW sendiri telah meramalkan kejatuhan kota itu dalam haditsnya.

Keempat bersaudara itu menjadi pelaut, terlibat dalam urusan kelautan dan perdagangan laut internasional. Saudara laki-laki pertama yang terlibat dalam ilmu pelayaran adalah Aruj, yang bergabung dengan saudaranya Ilyas. Kemudian, setelah mendapatkan kapal sendiri, Khizr juga memulai karirnya di laut. Mereka pada awalnya bekerja sebagai pelaut, tapi di kemudian hari mereka menjadi ‘privateers‘ karena alasan tertentu. Kelompok ‘pejuang swasta’ penyerang kapal-kapal musuh. Orang Eropa kemudian menyebut mereka sebagai ‘Bajak Laut’.
Pada masa runtuhnya kekuasaan Islam di Granada (Andalusia) tahun 14924, tak ada penguasa Muslim yang berani melawan penguasa Kristen Spanyol Raja Ferdinand dan Ratu Isabella secara terbuka. Raja Kristen Eropa semakin percaya diri meluaskan invasi di kawasan Mediterania. Pasukan-pasukan Kristen kerap menganggu kapal para pedagang-pedagang muslim. Kenyataan getir itu tak mampu dihadapi oleh penguasa-penguasa Muslim, bahkan Turki Utsmani yang besar kekuasaannya saat itu setelah menguasai Konstantinopel pun tak berdaya. Di tengah ketidakberdayaan itu muncullah Aruj dan Khairuddin yang membentuk kelompok ‘pejuang swasta’ untuk tampil menghadapi ancaman penjajah Kristen Eropa.

Keputusan Aruj (kakak Khairuddin) menjadi privateer, bermula saat ia merasakan pengalaman buruk dengan pelaut-pelaut Kristen Eropa. Kapal dagang Aruj pernah dibajak oleh ordo militer Saint John dan ia sendiri tertawan oleh mereka. Namun, ia berhasil meloloskan diri setelah dibantu adiknya, Khairudin. Peristiwa itu menguatkan tekadnya untuk bangkit melawan orang-orang Eropa itu. Ia mengajak adiknya, Khizr (nama asli Khairuddin), untuk ikut serta dalam perjuangan itu. Aruj dan Khizr (Khairuddin) memulai ‘karir’ jihad mereka dengan sebuah kapal dan  persenjataan terbatas. Namun, keterampilan keduanya menjadikan kekuatan mereka tumbuh semakin kuat dan muncul sebagai armada yang ditakuti di perairan Mediterania. Jenggot mereka yang berwarna merah kemudian membuat mereka lebih dikenal dengan nama yang menggetarkan: Barbarossa, Si Janggut Merah.5

 Barbarossa Bersaudara perlahan tapi pasti, lama-kelamaan berkembang menjadi sosok yang menakutkan orang-orang Eropa. Kendati pada awalnya hanya berjuang dengan satu kapal dan  tak mendapat dukungan dari pemerintahan Muslim mana pun, mereka mampu mengembangkan armada mereka menjadi sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan di Mediterania, Laut Tengah.

Negeri-negeri di Selatan Eropa, seperti Spanyol, Italia dan Yunani, membangun benteng-benteng pertahanan di wilayah pesisir mereka untuk mengantisipasi  serangan Barbarossa. Orang-orang Italia menamai Barbarossa dengan sebutan Il Diavolo atau si Setan. 

Para ibu di Eropa menakut-nakuti anak mereka yang nakal dan sulit  diatur dengan menyebut nama Barbarossa. Dan seorang penyair menggelarinya sebagai ‘pemilik segala kejahatan’ dan ‘perompak yang tak ada bandingannya di dunia’. Kenyataannya, Barbarossa bersaudara adalah pejuang-pejuang Muslim yang tidak menyerang kecuali kapal-kapal Eropa yang memerangi negeri-negeri Islam.

Kedua pejuang ini terus mengkonsolidasikan kekuatan mereka dan mulai menjalin hubungan dengan beberapa penguasa setempat. Mereka menjadikan beberapa pulau yang  strategis di perairan Mediterania sebagai pangkalan rahasia mereka, di antaranya Pulau Jarbah di Teluk Gabes yang diberikan oleh Sultan Tunis dengan imbalan Kerajaan  Tunis akan menerima seperlima dari rampasan perang Barbarossa bersaudara. Pulau Giglio di Barat Laut kota Roma juga disebut-sebut sebagai salah satu markas angkatan  laut Barbarossa. Dari basis-basis pertahanan rahasia tersebut kedua bersaudara dan para anak buahnya berhasil mengacaukan pelayaran kapal-kapal Kristen di Mediterania serta menyerang wilayah-wilayah Afrika Utara yang mereka duduki. Sepanjang tahun 1510-an, armada di Janggut Merah berhasil membebaskan beberapa kota penting di  pesisir Aljazair, seperti Aljir, Bajayah, dan Jaijil. Pada masa-masa ini mereka juga berhasil membantu orang-orang Andalus yang melarikan diri dari kekejaman orang- orang Spanyol. Tidak sedikit dari kaum pelarian ini yang kemudian bergabung dengan armada Barbarossa bersaudara.

Hubungan kedua bersaudara ini dengan para sultan Afrika Utara yang wilayahnya mereka bantu bebaskan tidak sepenuhnya mulus. Sebagian dari para sultan ini rupanya merasa terancam dengan kekuatan Barbarossa yang semakin lama semakin besar. Sultan Salim al-Toumy, penguasa Aljazair, mulai merasa terganggu dengan aktivitas Aruj dan Khairuddin dalam membebaskan Aljir dan beberapa kota pantai Aljazair lainnya. Sang Sultan kemudian mengusir Aruj dan anak buahnya dari Aljazair pada tahun 1516. 

Pengusiran tersebut menyebabkan Aruj mengambil sebuah keputusan penting. Ia menganggap Aljazair terlalu penting sebagai basis perjuangan melawan Spanyol dan para sekutunya, sementara sultan negeri itu tidak memiliki komitmen yang jelas terhadap kaum Muslimin. Maka ia pun menggulingkan Sultan al-Toumy dan bertindak sebagai  penguasa Aljazair. Tahun ini menandai era baru perjuangan Barbarossa bersaudara, dari perjuangan yang sepenuhnya bersifat militer, kini mulai merambah wilayah politik  dan kenegaraan.

Pada tahun yang sama di Eropa, cucu Ferdinand yang bernama Charles, diangkat menjadi Raja Spanyol. Walaupun pada saat itu usianya baru 16 tahun, ia segera akan  menjadi penguasa terpenting di Eropa, sekaligus menjadi musuh utama Turki Utsmani dan Barbarossa bersaudara. Keadaan di Mediterania semakin memanas pada tahun-tahun  berikutnya. Pada 1517, Sultan Salim mengirim pasukan Turki Utsmani memasuki Mesir dan merebut wilayah itu dari kekuasaan Dinasti Mamluk. Sementara itu, Barbarossa bersaudara mulai menjalin hubungan dengan pihak Turki dalam jihad mereka menghadapi orang-orang Eropa Barat.

Pada tahun 1518, Aruj dan pasukannya bergerak ke Tlemcen (Tilmisan) untuk menghadapi penguasa setempat yang berhasil dihasut oleh pihak Spanyol. Khairuddin, sang  adik, diperintahkan oleh kakaknya untuk memimpin Aljir selama kepergiannya. Aruj dan anak buahnya berhasil merebut Tlemcen selama beberapa waktu, tapi mereka segera  dikepung oleh tentara Spanyol dan penduduk wilayah itu. Aruj dan pasukannya berhasil meloloskan diri. Namun, pejuang yang biasa dipanggil Baba Aruj oleh anak buahnya  ini akhirnya gugur sebagai syuhada dalam pertempuran menghadapi musuh di tempat yang tak terlalu jauh dari kota itu. Kini Khairuddin Barbarossa, sang adik, terpaksa  memimpin armada dan pasukan yang telah mereka bangun selarna beberapa tahun tanpa sang kakak.
Ketiadaan Aruj ternyata tidak melemahkan Khairuddin. Ia segera memperlihatkan kepiawaiannya dalam memimpin. Sejak masa mudanya ia telah memperlihatkan kepribadian  yang menonjol. Sebagaimana kakaknya, fisik Khairuddin sangat kuat. 

Ia berani sekaligus penuh perhitungan. Selain itu, ia juga cerdas dan mampu berbicara dalam  berbagai bahasa yang biasa digunakan di Mediterania, seperti bahasa Turki, Arab, Yunani, Spanyol, Italia, dan Perancis. Setelah Aruj gugur di medan pertempuran, Khairuddin mempertimbangkan lebih serius hubungan dengan kesultanan Turki. Masyarakat Aljazair dan sekitarnya memang mengharapkan kehadiran Khairuddin dan pasukannya,  tapi beberapa penguasa setempat cenderung memusuhinya. 

Maka ia meminta penduduk Aljazair untuk mengalihkan loyalitas mereka pada Sultan Turki. Masyarakat Aljazair  setuju, dan suatu misi diplomatik pun diutus ke Istanbul. Misi tu berjalan dengan baik. Pada tahun 1519, Khairuddin Barbarossa secara resmi ditetapkan menjadi semacam  gubernur Turki di Aljazair. Pada tahun berikutnya, Sultan Salim meninggal dan digantikan oleh Sulaiman The Magnificent yang kemudian dikenal sebagai salah satu sultan terbesar Turki Utsmani. Hubungan Barbarossa dengan Turki menjadi semakin erat pada masa Sulaiman yang memerintah selama empat puluh enam tahun.

Kendati telah ditetapkan sebagai penguasa Aljazair, Khairuddin Barbarossa lebih sering berjuang di lautan sebagaimana masa-masa sebelumnya. Ia dan armadanya sempat  menyelamatkan tujuh puluh ribu Muslim Andalusia yang tertindas di bawah pemerintahan Charles V. Orang-orang Islam ini dipaksa masuk Kristen dan diancam dengan  penyiksaan inkuisisi yang sangat kejam sehingga terpaksa melarikan diri ke gunung dan melakukan perlawanan. Kekuatan mereka jelas sangat tidak seimbang dibandingkan kekuatan pasukan Charles. Maka mereka pun meminta bantuan Barbarossa yang segera menolong dan memindahkan mereka secara bertahap ke Aljazair.

 

Pada tahun 1529, Khairuddin Barbarossa berhasil merebut kembali Pulau Penon yang terletak di seberang Aljir dan selama bertahun-tahun dikuasai oleh tentara Spanyol. Ia dan pasukannya membombardir benteng pulau itu selama dua puluh hari. Dua puluh ribu tentara Spanyol yang berlindung di balik benteng itu berhasil ditawan dan  dipekerjakan untuk membangun benteng di pesisir Aljir. Tujuh kapal Spanyol yang kemudian datang untuk memberikan bantuan akhirnya juga jatuh ke tangan Barbarossa.  Pada tahun yang sama, Sultan Sulaiman menyerang dan mengepung kota Wina, Austria, untuk yang kedua kalinya. Walaupun serangannya yang kedua ini juga gagal sebagaimana  sebelumnya, hegemoni tentaranya di darat, bersama dengan kekuatan armada Barbarossa di Laut Tengah, telah menimbulkan tekanan dan kekhawatiran yang besar di Eropa  Barat.

Pada tahun 1533, Khairuddin diundang ke Istanbul oleh Sultan Turki. Ia pun berangkat dengan 40 kapal, dan sempat berpapasan dan memenangkan pertempuran melawan armada Habsburg di perjalanan ke Istanbul. Setibanya di ibu kota Turki Utsmani itu ia disambut dengan meriah dan diangkat sebagai Kapudan Pasha (Grand Admiral), posisi tertinggi di angkatan laut Turki. Ia menyandang gelar itu hingga tahun kematiannya, 1546. Tentu saja ini merupakan sebuah puncak karir yang luar biasa untuk seorang ‘bajak laut’. Tapi Barbarossa memang dianggap sangat layak untuk posisi itu oleh para petinggi Turki Utsmani. Kemampuannya di bidang angkatan laut sangat  diperlukan untuk membangun armada Turki yang tangguh. Bahkan seorang konsul Prancis menyatakan bahwa puncak kesuksesan Dinasti Umayah di lautan telah dimulai ketika  Khairuddin menghentakkan kakinya di pelabuhan Istanbul.

Ketegangan dengan pihak Spanyol semakin serius setelah itu. Pasukan gabungan Spanyol yang sangat besar jumlahnya berhasil merebut Tunisia dari tangan Barbarossa pada  tahun 1535. Barbarossa kemudian membalasnya dengan menyerang Puerto de Mahon di Kepulauan Baleares, Spanyol, dan merebut beberapa kapal Spanyol dan Portugis yang baru  saja kembali dari benua baru Amerika dengan membawa emas dan perak yang telah mereka rampas dari penduduk setempat.

Tiga tahun setelah itu, terjadi sebuah pertempuran besar antara armada Kristen dan Muslim di Preveza, Yunani. Armada Kristen yang terdiri dari 600 kapal Spanyol, Holy Roman Empire, Venesia, Portugis, Genoa, Vatikan, Florence, Malta, dan negara-negara Eropa lainnya yang dipimpin oleh Andre Doria berusaha melumatkan armada Barbarossa yang jumlahnya hanya sepertiga dari kekuatan musuh. Setelah saling mengintai di perairan Ionian, Yunani, armada Barbarossa memasuki Selat Preveza yang sempit dan menunggu di teluk besar yang terdapat di bagian dalamnya, sementara musuh menunggu mereka di luar. Ini terjadi pada hari Jum’at, 27 September 1538. 

Barbarossa  mengumpulkan pasukannya untuk mengatur strategi dan memutuskan untuk bergerak keluar dan menghadapi musuh secara langsung. Armadanya melintas keluar Selat Preveza  pada hari Sabtu sebelum fajar. Kedua armada besar itu saling berhadap-­hadapan pada saat matahari baru saja naik. Barbarossa dan armadanya berhasil menerapkan strategi  perang secara jitu. Kendati jumlah kapal mereka lebih sedikit, tapi kapal-kapal mereka lebih lincah dan meriam-meriam mereka mampu menjangkau jarak yang lebih jauh.  Setelah bertempur selama beberapa jam, armada Barbarossa mampu melumpuhkan separuh armada Kristen. Kekalahan telak yang tak disangka-sangka ini membuat armada  pimpinan Andrea Doria itu terpaksa mengundurkan diri. Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran besar itu.

Setelah 1538, beberapa pertempuran masih terjadi antara pihak Kristen dan Muslim, dan lebih sering dimenangkan oleh pasukan Muslim. Ketika Charles V berusaha  menguasai Aljazair dengan 200 kapal perangnya pada tahun 1541, mereka malah disergap badai di perairan Aljir, dan terpaksa kembali pulang dengan kerugian besar. 

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Barbarossa sempat ditugasi membantu pasukan Prancis yang pada masa itu bermusuhan dengan Spanyol di bawah kepemimpinan Charles dan  memilih untuk bersekutu dengan Turki. Ia membantu Prancis merebut kota Nis pada tahun 1543, kemudian menetap di kota Toulon selama musim dingin, sebelum pergi ke Genoa untuk menegosiasikan pembebasan salah satu anak buah terbaiknya, Turgut Reis.

Khairuddin Barbarossa meninggal dunia dengan damai di Istanbul pada hari ini, tanggal 5 Juli tahun 1546 silam. Ia tetap dikenang sebagai seorang pejuang lautan yang tangguh dan seorang mujahid kendati orang Eropa menyebutnya sebagai ‘Bajak Laut’. Selama masa hidupnya, sebagian besar wilayah Afrika Utara berhasil dibebaskan dari penjajahan Eropa dan perairan Me­diterania berhasil diamankan. Setelah wafatnya, kedudukan Khairuddin Barbarossa sebagai Kapudan Pasha dipegang oleh Turgut Reis hingga yang terakhir ini syahid pada tahun 1565 dalam pertempuran menghadapi ordo Saint John di Pulau Malta.  

Disusun oleh Tim Redaksi Muslimdaily.net

Sumber:

Alwi Alatas. 2009. Khairuddin Barbarossa: Bajak Laut atau Mujahid? Sabili No. 13 TH. XVI 15 Januari 2009 / 18 Muharram 1430, hal. 124-132 [Edisi Khusus “The Great Muslim Traveler”]Alwi Alatas, Gereja dan Inkuisisi Spanyol pada http://alwialatas.multiply.com/journal/item/83/Gereja-dan-Inkuisisi-SpanyolJohn Foxe, 2001. Foxe’s Book of Martyrs, Kisah Para Martir tahun 35-2001, Andi
Muhammad Ali Quthub. 1993. Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia. Solo: Pustaka Mantiq
http://www.andalucia.cc/adn/0697per.htmhttp://www.hrionline.ac.uk/johnfoxe/intro.html
http://www.ccel.org/f/foxe/martyrs/home.html
Wikipedia.org

Footnote:
1 Kelompok tentara, penjelajah, dan petualang yang melayani Kerajaan Spanyol dan Kerajaan Portugis dalam usaha penaklukan wilayah Semenanjung Iberia yang telah dikendalikan oleh berbagai negara Muslim Mereka berlayar di luar Eropa, untuk menaklukkan wilayah dan membuka rute perdagangan, dan membuka wilayah penjajahan untuk Spanyol dan Portugal.

2 Pulau Lesbos saat ini merupakan sebuah pulau di Yunani yang terletak di Laut Aegea. Pulau ini terletak 320 km dari pantai barat Yunani. Pada tahun 2001, pulau ini memiliki jumlah penduduk 90.643 jiwa dan memiliki luas wilayah 1.632 km².

Istilah “lesbian” yang mendunia berasal dari pulau Lesbos ini. Itu bermula dari kisah dewi dan penyair dari mitologi Yunani, Sappho. Kata “lesbian” diambil dari kata Lesbos, tempat kelahiran penyair Sappho. Ia banyak menulis syair-syair cinta terhadap sesama perempuan pada abad ketujuh sebelum Masehi. Kata-katanya yang penuh luapan emosi dinyanyikan, dengan iringan kecapi. Di zaman Yunani purba sangatlah jarang seorang perempuan menulis puisi. Lebih jarang lagi seorang perempuan menulis puisi, apalagi mengungkapkan perasaan terhadap sesama perempuan. Konon, Shappo, kala itu, dipuji-puji oleh pemikir Yunani seperti Plato yang menyebutnya ‘dewi kesenian kesepuluh’. Dari cerita ini, tiba-tiba Shappo diyakini sebagai cikal-bakal lahirnya kelainan seksual dan penyuka sesama jenis. Munculnya istilah “lesbian” tak lain mengambil nama tempat di mana Shappo lahir dan tinggal, yakni Pulau Lesbos. Sejak itu hingga kini, Pulau Lesbos menjadi semacam menjadi tempat ziarah bagi kaum perempuan menyimpang penganut sesama jenis, lesbian.

3 Menurut sebuah sumber, ibu Khairuddin merupakan wanita muallaf Yunani lokal dari Mytilene, yang sebelumnya memeluk Kristen. Ia janda seorang pendeta Kristen Ortodoks. Kakek Khairuddin dari jalur ibunya bernama Vardari Yakup Aga yang disebut sebagai pemberontak Yunani dari Mytilene.

4 Baca kisahnya memilukan ini pada artikel berikut: Jatuhnya Granada & Awal Mula Penindasan Kristen Terhadap Umat Islam di Andalusia  

5 Nama Barbarossa sering diidentikkan dalam stigma negatif oleh Barat dalam cerita-cerita modern. Dalam film Pirates of Caribean, ada sosok fiktif Barbarossa yang menjadi tokoh antagonis. Ia diperlihatkan sebagai bajak laut yang ganas dan kejam. Di Komik Asterix dan Obelix, Barbarossa juga digambarkan sebagai bajak laut perampok. Nama “Barbarossa” lain juga biasa digunakan untuk menyebut julukan bagi kaisar Jerman Friedrich I yang tewas dalam Perang Salib abad ke-12. Nama Barbarossa terakhir kemudian dijadikan sebagai nama operasi militer Hitler dalam salah satu operasi militernya.

Kematian Nabi Sulaiman


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian Allah SWT menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda- tanda kebesaran Allah SWT yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahwa kematiannya sesuai dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah SWT berfirman tentang kematian Sulaiman :
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. ” (QS. Saba’: 14)
Ibnu Jarir, Ibnu Hatim dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw, beliau bersabda, ” Sulaiman, nabi Allah, setiap kali shalat, ia melihat sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu, siapa namamu?’ pohon menjawab, namaku ini dan itu. Sulaiman kemudian berkata, ‘ untuk apa kau (tumbuh)? jika memang untuk tanaman, tumbuhlah, dan jika untuk (makanan) hewan, tumbuhlah.
Suatu ketika saat ia tengah shalat, ia melihat sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu, siapa namamu, pohon itu menjawab, ‘kharub,(si peruntuh). Sulaiman bertanya, ‘untuk apa kamu (tumbuh)? pohon menjawab, untuk meruntuhkan rumah itu. Sulaiman kemudian berdoa, Ya Allah! sembunyikanlah kematianku untuk para jin, agar manusia tahu bahwa jin tidak mengetahui hal ghaib.’
Sulaiman kemudian membuat tongkat dari pohon itu, ia bertumpu pada tongkat itu selama setahun lamanya sementara jin terus bekerja. Tongkat itu kemudian dimakan rayap.”Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan selama setahun”. Sa’id bin Jubair berkata! ‘seperti itulah qiraah ibnu abbas. Jin kemudian berterima kasih kepada rayap dan memberinya air. Demikian matan riwayat Ibnu Jarir
Pada suatu hari Sulaiman memasuki mihrabnya untuk i’tikaf, ibadah, dan sholat. Tak seorang pun berani mengganggu khalwatnya di mihrabnya. Mihrab Sulaiman terletak di puncak gunung dan dindingnya terbuat dari permata. Pada suatu hari Sulaiman duduk bersandar pada tongkatnya dan ia tampak tenggelam dalam tafakur.
Beliau berzikir kepada Allah SWT hingga rasa kantuk menguasainya lalu setelah itu malaikat maut menemuinya di mihrabnya. Sulaiman pun meninggal. Beliau bersandar kepada tongkatnya. Jin melihatnya dan mengira bahwa beliau sedang sholat sehingga mereka pun terus melanjutkan pekerjaannya. Berlalulah hari-hari yang panjang. Kemudian datanglah rayap, yaitu semut kecil yang memakan kayu. Hewan itu pun mulai memakan tongkat Sulaiman.
Rayap-rayap itu tampak lapar. Sebagian dari tongkat Sulaiman dimakan beberapa hari oleh rayap- rayap itu. Ketika yang dimakannya semakin bertambah, maka tongkat itu pun menjadi rusak dan jatuh dari tangan Sulaiman. Tubuh mulia itu kehilangan keseimbangan dan terhempas di bumi. Tatkala tubuh suci itu tersungkur, maka manusia segera menuju ke sana. Mereka menyadari dan mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal dalam waktu yang lama. Jin menyadari bahwa mereka tidak mengetahui hal yang ghaib dan manusia pun mengetahui hakikat ini. Seandainya jin mengetahui hal yang ghaib, niscaya ia tidak akan meneruskan siksa yang hina, mereka tidak akan bekerja. Ada yang berpendapat waktu meninggal nabi Sulaiman sampai diketahui adalah selama 1 tahun.
Setelah itu para setan berkata kepada rayap, “andai saja kau memakan makanan, tentu kami akan memberimu makanan paling enak. Andai kamu meminum minuman, tentu kami akan memberimu minuman paling enak. Namun, kami akan selalu memberimu air dan tanah. Setan- setan selalu membawakan air dan tanah untuk rayap- rayap dimanapun mereka berada”. Ibnu abbas mengatakan: ‘Tidakkah engkau melihat tanah yang ada di dalam kayu. Itulah yang diberikan setan untuk rayap sebagai ucapan terima kasih.
Demikianlah Nabi Sulaiman meninggal dalam keadaan duduk dan sholat di mihrabnya. Lalu berita itu tersebar bagaikan api di bumi. Manusia, burung, dan binatang buas menghantarkan jenazah Nabi Sulaiman . Sekawanan burung tampak sedih dan menangis. Semua makhluk bersedih. Akhirnya, tak seorang pun mengetahui bahasa burung di bumi. Meninggallah seseorang yang memahami pembicaraan burung. Burung- burung itu berkata: “Betapa beratnya kehidupan di tengah-tengah orang yang tidak mengetahui pembicaraan kita.
Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq dari Zuhri dan lainnya bahwa Sulaiman hidup selama 52 tahun dan kekuasaannya berlangsung selama 40 tahun. Dari Ibnu Abbas: Sulaiman berkuasa selama 20 tahun. Wallahu a’lam.
Setelah Sulaiman wafat, kekuasaan dipegang anaknya, Rahab’am selama 17 tahun menurut riwayat yang disampaikan Ibnu Jarir, ia menyatakan, ” setelah itu kerajaan bani israil terpecah belah.
Allahu a’lam

Selasa, 30 Agustus 2016

SEJARAH JAKA TINGKIR & ARYA PANANGSANG


Sepeninggal Raden Patah, kerajaan Demak dipenuhi dengan kekisruhan dan intrik-intrik kekuasaan. Anak sulung Raden Patah, yaitu Dipati Unus, meninggalkan kerajaan dan memilih memerangi Portugis di Malaka. Pemerintahan diserahkan kepada Raden Trenggana, adiknya, anak ketiga Raden Patah. Anak kedua Raden Patah, yaitu Pangeran Suryawiyata / Pangeran Sekar Seda Lepen, telah lebih dulu meninggal karena dibunuh. Dipati Unus pun akhirnya gugur di medan perang tanpa meninggalkan ahli waris. Sultan Trenggana sendiri pun akhirnya gugur juga ketika memimpin serangan penaklukkan ke wilayah Panarukan, Jawa Timur.

Setelah wafatnya Sultan Trenggana, maka putra sulung Sultan Trenggana, yaitu Pangeran Prawata atau Sunan Prawata, terpilih sebagai penggantinya. Tetapi kemudian Sunan Prawata pun mati dibunuh. Walaupun tidak tampak di permukaan, setelah wafatnya Sultan Trenggana, dalam birokrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata Demak sudah terpecah ke dalam dua kubu. Kubu pertama mendukung Sunan Kudus dengan Jipang Panolan-nya. Sedangkan kubu kedua mendukung Jaka Tingkir atau Adipati Adiwijaya dengan Pajang-nya. Pendukung Sunan Kudus adalah mereka yang berhaluan keras, yang memiliki misi untuk membangun suatu kekhalifahan Islam di Jawa yang dipimpin oleh para Wali, yang terkenal sebagai aliran Islam putihan. Sedangkan pendukung Jaka Tingkir adalah mereka yang dulu mendukung Sultan Trenggana dan para pembesar dan bangsawan di bekas wilayah Majapahit di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka tidak mau tunduk kepada Demak dan mereka juga membentengi diri, tidak mau termakan kelicikan para Wali yang ingin memaksakan kekuasaan dengan membawa-bawa nama agama. Walaupun mereka tidak berada di bawah kekuasaan Jaka Tingkir dan Pajang, tetapi mereka siap mengirimkan bantuannya kapan saja jika diminta.

Mereka merapatkan barisan di belakang Jaka Tingkir, putra Ki Ageng Pengging yang sangat mereka hormati, dan berharap kejayaan Majapahit akan kembali berkibar. Di pihak Sunan Kudus, Raden Arya Penangsang, putra Pangeran Suryawiyata, telah dipersiapkan sebagai pemimpin perang kubu Putihan. Arya Penangsang tumbuh menjadi seorang pemuda yang sakti ahli olah kanuragan di bawah bimbingan Sunan Kudus dan orang-orang sakti lainnya. Nama Arya Penangsang sangat ditakuti, karena keras perangainya dan tingginya kesaktiannya. Arya Penangsang adalah putra dari Pangeran Suryawiyata yang merasa berhak mewarisi tahta, yang diangkat anak dan murid oleh Sunan Kudus dan sudah menjadi Adipati di Jipang Panolan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi pada kesaktiannya dan keris saktinya Setan Kober, dan dukungan Sunan Kudus di belakangnya, Raden Arya Penangsang diam-diam membunuhi orang-orang yang berhubungan dengan hak tahta kerajaan Demak, sebagiannya juga karena ia ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya, Pangeran Sekar Seda Lepen.

 Pembunuhan-pembunuhan oleh Raden Arya Penangsang terutama ditujukan untuk menumpas habis keturunan Sultan Trenggana sampai kepada menantu-menantunya. Bahkan pembunuhan terakhir dilakukan oleh Arya Penangsang terhadap Sunan Prawata sang Raja Demak dan permaisurinya. Bahkan Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawata, sepulang dari Kudus, setelah gagal mendapatkan keadilan dari Sunan Kudus, sehubungan dengan pembunuhan kakaknya itu oleh Arya Penangsang, bersama suaminya pun diserang oleh para prajurit suruhan Arya Penangsang. Suaminya dan para pengawalnya tewas terbunuh. Untungnya, ia sendiri berhasil meloloskan diri. Situasi politik Demak semakin memanas. Bahkan beberapa daerah telah diserang oleh Jipang Panolan dan yang berhasil ditaklukkan, dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Jipang Panolan. Jipang Panolan rupanya ingin menduduki tahta Kesultanan Demak atau ingin mendirikan sebuah kesultanan baru yang lepas dari Kesultanan Demak Bintara.

Jaka Tingkir yang telah menjadi menantu Sultan Trenggana dan menjadi Adipati Pajang (Adipati Adiwijaya), juga menjadi sasaran pembunuhan. Raden Arya Penangsang mengutus 4 orang prajurit khusus andalannya, yang sakti dan belum pernah gagal menjalankan tugasnya sebagai pembunuh gelap untuk membunuh Jaka Tingkir. Sesampainya di keraton Pajang, setelah sebelumnya menyirep para penjaga istana, keempat orang itu berhasil masuk ke dalam tempat tidur Jaka Tingkir yang baru saja tidur. Mereka menusuk Jaka Tingkir dengan keris Kyai Setan Kober bekal khusus dari Arya Penangsang. Tetapi ternyata Jaka Tingkir tidak mempan ditusuk, meskipun telah berkali-kali ditusuk dengan keris tersebut. Walaupun dalam kondisi tidur, kesaktian ilmu Lembu Sekilan Jaka Tingkir selalu melindunginya, karena sudah matang dan sempurna menyatu dengan dirinya. Ketika mereka sedang berusaha keras membunuh Jaka Tingkir, muncullah 2 orang pengawal khusus istana kadipaten yang berhasil lolos dari serangan sirep dan membuntuti mereka.

Maka terjadilah pertarungan antara mereka di dalam ruang tidur tersebut. Karena kegaduhan yang terjadi, terbangunlah Jaka Tingkir. Hanya dalam segebrakan saja keempat orang pembunuh gelap itu sudah jatuh terkapar. Jaka Tingkir menyita keris Kyai Setan Kober. Keempat orang pembunuh itu diperintahkannya pulang kembali kepada Raden Arya Penangsang dengan pesan supaya Arya Penangsang mengambil sendiri keris Kyai Setan Kober miliknya di Pajang. Kegagalan para pembunuh gelap tersebut telah membuat marah besar sekaligus malu bagi Arya Penangsang, terutama karena kerisnya ada di tangan Jaka Tingkir, disita, sehingga ia tidak dapat lagi menyembunyikan rahasia usaha pembunuhan tersebut. Bagaimana pun juga semua orang sudah tahu bahwa Jaka Tingkir adalah orang keturunan Majapahit yang tua-tua dan saudara-saudaranya sudah habis dibunuhi. Jaka Tingkir harus dilenyapkan untuk mengamankan jalannya ke tahta Demak.

Tetapi Jaka Tingkir terkenal sebagai menantu Sultan Trenggana yang kesaktiannya sangat tinggi dan dari sekian banyak perkelahian dan pertarungan, belum pernah sekalipun ia terkalahkan. Bagaimana lagi cara yang harus dilakukan untuk membunuh Jaka Tingkir, sedangkan keris Kyai Setan Kober andalannya, pusaka milik Sunan Kudus yang telah diwariskan kepadanya, pusaka yang paling sakti di daerahnya, tidak mampu membunuhnya, melukai saja tidak. Malah sekarang berada di tangan Jaka Tingkir. Keris Kyai Setan Kober adalah sebuah keris ciptaan seorang empu jawa di jawa barat. Keris yang dibuat sangat sakti, walaupun tidak sesakti sepasang keris pusaka kerajaan Demak, keris Nagasasra dan Sabuk Inten, tetapi kesaktiannya sudah cukup sulit untuk dicari tandingannya. Sebuah keris yang ditujukan untuk dimiliki oleh seorang pemimpin daerah sebagai sarana tolak bala, dan mengamankan wilayahnya dari adanya gangguan mahluk halus atau pun serangan gaib.

Keris yang berwatak keras, berhawa panas dan angker menakutkan, membuat merinding siapapun yang melihatnya. Kasus kegagalan Arya Penangsang tersebut juga membuat Sunan Kudus menjadi khawatir dan cemas. Bagaimana kalau Jaka Tingkir datang untuk menuntut balas ? Siapa yang mampu menghadapi ? Sunan Kudus tak habis pikir betapa tinggi ilmu kanuragan yang dimiliki Adipati Adiwijaya itu sampai-sampai keris Kyai Setan Kober pun tidak mampu melukai tubuhnya sedikitpun. Arya Penangsang mendesak Sunan Kudus agar diberi ijin untuk mengadakan penyerangan ke Kadipaten Pajang, karena sudah kepalang basah. Daripada diserang duluan oleh Pajang, lebih baik menyerang duluan.

Namun Sunan Kudus menghalanginya. Sunan Kudus masih memiliki satu cara lagi, masih ada satu siasat untuk memancing Adipati Adiwijaya keluar untuk dimusnahkan segala ilmu kanuragan yang dimilikinya, agar semakin mudah membunuhnya. Siasat dilaksanakan. Sunan Kudus dengan didampingi Sunan Bonang, mengundang Jaka Tingkir untuk dipertemukan dengan Arya Penangsang untuk upaya perdamaian. Tempat dan waktunya sudah mereka atur. Sunan Kudus sudah menyiapkan 2 tempat duduk dari batu. Sunan Kudus mewanti-wanti supaya Arya Penangsang tidak duduk di batu di sebelah kanannya, karena batu itu batu keramat, sengaja diambil dari sebuah candi dan akan melunturkan kesaktian siapapun yang duduk di atasnya. Batu itu disediakan untuk Jaka Tingkir supaya semua ilmu kesaktiannya luntur.

Tetapi pada saat datang ke tempat pertemuan tersebut, Jaka Tingkir sudah mengetahui lewat rasa batinnya bahwa batu yang akan didudukinya mengandung suatu energi gaib negatif yang kuat. Sekalipun kegaiban batu itu masih belum cukup kuat untuk berpengaruh kepadanya, tetapi ia tidak mau begitu saja termakan kelicikan mereka. Jaka Tingkir menolak untuk duduk sekalipun berkali-kali dipersilakan duduk, sampai-sampai Arya Penangsang pun mengejeknya karena dianggap takut duduk di batu tersebut. "Silakan saja kamu yang duduk disitu kalau berani ! ", begitu kata Jaka Tingkir kepada Arya Penangsang. Karena malu hati termakan oleh omongannya sendiri, akhirnya dengan menutup-nutupi kekhawatirannya, Arya Penangsang pindah duduk di batu tersebut. Sesaat duduk di batu tersebut terasa oleh Arya Penangsang bahwa ada energi dingin yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya dan terasa kekuatannya melemah, terhisap hilang ke dalam batu itu.

Kegaiban batu itu telah bekerja kepadanya. Para Sunan pun tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena terlanjur sudah terjadi. Jaka Tingkir datang memenuhi undangan tersebut dengan membawa keris Kyai Setan Kober sitaannya. Di hadapan Arya Penangsang dan Sunan Bonang, Jaka Tingkir menyerahkan keris tersebut kepada Sunan Kudus, sebagai bukti perbuatan jahat Arya Penangsang kepadanya. Kemudian sambil mengucapkan banyak nasehat, Sunan Kudus menyerahkan keris tersebut kembali kepada Arya Penangsang. Tetapi Arya Penangsang adalah seorang yang tinggi hati. Sudah terlanjur malu, ia tidak mau begitu saja menerima dirinya dipersalahkan. Sambil menghunus Setan Kober kerisnya ia menantang perang kepada Jaka Tingkir. "Perselisihan harus diselesaikan secara laki-laki ! ", begitu katanya. "Kalau aku sendiri yang menusukkan keris ini ke tubuhmu, belum tentu kamu masih akan bisa sombong". Secara refleks Jaka Tingkir juga mencabut kerisnya, berdiri siap bertarung dengan kerisnya di tangan kanannya.

Tetapi Sunan Kudus dan Sunan Bonang cepat-cepat melerai mereka dan memerintahkan Arya Penangsang menyarungkan kembali kerisnya. Akhirnya mereka masing-masing pulang dengan tidak ada perdamaian di antara mereka. Untunglah pada saat itu Arya Penangsang mau menyarungkan kerisnya. Kalau tidak, pastilah sudah tamat riwayatnya. Kesaktian Jaka Tingkir masih terlalu tinggi. Kesiuran pancaran hawa energi kesaktiannya terasa sekali ketika ia refleks mencabut kerisnya dan siap bertarung dengan keris di tangan kanannya. Jika sampai terjadi pertarungan, semua yang hadir disitu tidak ada yang mampu menahannya. Apalagi ternyata keris yang ada di tangan Jaka Tingkir adalah Kyai Sengkelat, keris yang jauh lebih sakti dibandingkan Kyai Setan Kober dan semua pusaka yang ada di Demak saat itu. Bersama keris Kyai Sengkelat di tangan Jaka Tingkir, yang entah darimana didapatkannya, telah menjadikan Jaka Tingkir seorang yang pilih tanding.

Perpaduan wahyu keris yang telah menyatu dengan pribadi Jaka Tingkir telah menjadikan efektivitas wahyu keilmuan dan wahyu spiritual yang telah ada pada dirinya berlipat-lipat ganda pengaruhnya. Jaka Tingkir dipenuhi dengan ilham untuk memperdalam, juga untuk menciptakan ilmu-ilmu baru. Ditambah lagi ia juga mewarisi ilmu-ilmu tua jaman Singasari dan Majapahit. Ketika telah matang usianya Jaka Tingkir menjadi salah seorang manusia sakti yang sulit sekali dicari tandingannya. Keris Kyai Sengkelat telah menemukan pasangannya, seorang manusia berpribadi ksatria dan berbudi pekerti tinggi yang sejalan dengan pribadi wahyu keris tersebut, yang juga memiliki wahyu raja di dalam dirinya, sesuai perkenan Dewa. Setelah kejadian itu Sunan Kudus memerintahkan Arya Penangsang untuk bertapa dan berpuasa 40 hari untuk memulihkan kembali kesaktiannya dan juga untuk ditambahkan dengan ilmu-ilmu baru yang lebih tinggi lagi.

Selasa, 09 Agustus 2016

Bisikan setan

Al-Hafiz Abu Ya'la  Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami Ziyad An-Numairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: «إِنَّ الشَّيْطَانَ وَاضِعٌ خَطْمَهُ  عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ الله خَنَسَ، وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الْخَنَّاسُ» Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat Allah, maka bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka itulah yang dimaksud dengan bisikan setan yang tersembunyi.

Gambaran al kautsar

Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui jalur Ali ibnu Mis-har dan Muhammad ibnu Fudail; keduanya dari Al-Mukhtar ibnu Fulfill, dari Anas. Menurut lafaz Imam Muslim, disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di hadapan kami di masjid, tiba-tiba beliau menundukkan kepalanya sejenak, kemudian mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau tertawa?" Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku barusan suatu surat. Maka beliau Saw. membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 1-3) Kemudian beliau Saw. bersabda: "Tahukah kamu, apakah Al-Kautsar itu?” Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda, فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كثير وهو حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عدد النجوم في السماء، فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي، فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ "Sesungguhnya Al-Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang telah dijanjikan oleh Tuhanku untukku, padanya terdapat kebaikan yang banyak. Al-Kautsar merupakan telaga yang akan didatangi oleh umatku kelak di hari kiamat, jumlah bejananya sama dengan bilangan bintang-bintang di langit, maka diusirlah darinya seorang hamba dari mereka, lalu aku berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari kalangan umatku.” Maka Dia berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu.

Jumat, 05 Agustus 2016

Kisah nabi Yunus AS

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah. Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya. Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka. Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami." Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu. Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami." Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu. Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan. Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu. Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka. Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka. Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami." Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya. Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan. Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain. Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat. Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba. Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim." Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya. Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t. Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus. Bahawasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ." Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya. Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.

Faqir

Majelis ke 2 FAQIR Majlis Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany 5 syawal 545 H di Madrasahnya.   Beliau mengatakan:  Kontramu dengan Allah swt, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari Allah. Kembalilah dirimu dari sikap kontramu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan dinistakan oleh ular-ular bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan, apalagi jika engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan apa karena apa yang ada di tangan anda pasti sirna. Allah Ta’ala berfirman: “Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami mengambil mereka seketika…” (Al-Qur’an) Meraih anugerah keuntungan dari Allah Ta’ala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman. Sedangkan para pecinta yang senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas sesuatu yang yang baru terjadi dari Allah Ta’ala. Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yang membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata yang terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan demi kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti. Kalau bukan demi berselaras dengan Allah ta’ala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan penduduk negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya’, kemunafikan dan kezaliman, bercampurbaurnya syubhat dan keharaman? Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa untuk menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian. Namun bagiku ada fondasi yang harus kubangun. Aku punya anak-anak yang butuh pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak yang menghancurkan. Karena itu tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu-pintu antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepadaNya atas keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa membahayakan, memberikan manfaat, yang memberikan anugerah, tidak ada yang bisa mencegah, kecuali Allah Ta’ala semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu. Wahai anak-anakku…. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yang dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya, kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya. Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangan-tangan lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup. Wahai anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi pribadi. Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan dengan tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Ta’ala. Anda akan selamat dari keburukannya. Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah, sementara anda benar-benar kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah kalian sia-siakan. Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya, karena siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya-foya dan sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmatNya dengan syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan taat. Terimalah kesukaran dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas kemudahanNya. Karena demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan orang-orang yang saleh, yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan. Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya, dan ketika datang kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran bertobatlah dari dosa-dosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimi Maka dari itu ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan pengawasanNya padamu.Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan hukumNya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa tidak mendidik dirimu dengan adab Qur’an dan sunnah? Anak-anak muridku…..Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari Allah Azza wa Jall. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid, memperbanyhak sholawat kepada Nabi SAW. Nabi saw, bersabda: “Seandainya neraka turun dari langit, tak ada yang selamat kecuali ahli masjid.” Jika kalian semua menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya kepada Allah Ta’ala, dan karena itu Rasulullah saw, bersabda, “Yang paling dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.” Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan? Orang yang mencari-cari takwil demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita merengkuh ‘azimah (pr insip), dan kita bergantung pada Ijma’, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun akan bersih bersama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah sirna? Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman ‘azimah. Inilah zaman riya’ dan kemunafikan, dimana harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi alam semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq. Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia. Padahal hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Azza wa Jalla. Hidupnya hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla. Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujianNya. Wahai anak muridku…Serahkan dirimu kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah hatimu. Jika engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah. Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang malam. Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala yang telah menerima amalmu yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah yang terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yang lebih benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui riya’ dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang dibenarkan. Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di sisiMu. Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.

Keistimewaan lailatul qadar

Asar yang aneh dan berita yang mengherankan berkaitan dengan malam kemuliaan (Lailatul Qadar) ini. Diriwayatkan oleh Imam Abu Muhammad ibnu Abu Hatim dalam tafsir ayat ini. Untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-Qatwani, telah menceritakan kepada kami Sayyar ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Sa'id Ar-Rasi, dari Hilal ibnu Abu Jabalah, dari Abu Abdus Salam, dari ayahnya, dari Ka'b. Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa sesungguhnya Sidratul Muntaha itu berada di perbatasan langit ketujuh dekat dengan surga, udaranya adalah campuran antara udara dunia dan udara akhirat. Dahan dan ranting-rantingnya berada di bawah Al-Kursi. Padanya terdapat malaikat-malaikat yang bilangannya tiada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt. Mereka selalu melakukan ibadah kepada Allah Swt. di semua dahannya dan di setiap tempat bulu pohon itu terdapat seorang malaikat, sedangkan kedudukan Malaikat Jibril berada di tengah-tengahnya. Allah memanggil Jibril untuk turun di setiap malam kemuliaan bersama dengan para malaikat yang menghuni Sidratul Muntaha. Tiada seorang malaikat pun dari mereka melainkan telah dianugerahi rasa lembut dan kasih sayang kepada orang-orang mukmin. Maka turunlah mereka di bawah pimpinan Jibril a.s. di malam kemuliaan di saat matahari terbenam. Maka tiada suatu tempat pun di bumi di malam kemuliaan melainkan telah terisi oleh malaikat; ada yang sedang sujud, ada pula yang sedang berdiri mendoakan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.Terkecuali jika tempat itu berupa gereja, atau sinagog (tempat peribadatan orang-orang Yahudi), atau tempat pemujaan api, atau tempat pemujaan berhala, atau sebagian tempat kalian yang dipakai oleh kalian membuang kotoran, atau rumah yang di dalamnya terdapat orang mabuk, atau rumah yang ada minuman yang memabukkan, atau rumah yang di dalamnya ada berhala yang terpasang, atau rumah yang di dalamnya ada lonceng yang tergantung atau tempat sampah, atau tempat sapu. Mereka terus-menerus sepanjang malam itu mendoakan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Jibril tidak sekali-kali mendoakan seseorang dari kaum mukmin melainkan ia menyalaminya. Dan sebagai pertandanya ialah bila seseorang yang sedang melakukan qiyam bulunya merinding (berdiri) dan hatinya lembut serta matanya menangis, maka itu akibat salam Jibril kepadanya (jabat tangan Jibril kepadanya). Ka'bul Ahbar menyebutkan bahwa barang siapa yang di malam kemuliaan membaca kalimah "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah" sebanyak tiga kali, Allah memberikan ampunan baginya dengan salah satunya, dan menyelamatkannya dari neraka dengan satunya lagi, dan dengan yang terakbir Allah memasukkannya ke dalam surga. Maka kami bertanya kepada Ka'bul Ahbar, "Hai Abu Ishaq, benarkah ucapanmu itu?" Ka'bul Ahbar menjawab, "Tiada yang mengucapkan kalimah 'Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah' kecuali hanyalah orang yang benar. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya Lailatul Qadar itu benar-benar terasa berat bagi orang kafir dan orang munafik, sehingga seakan-akan beratnya seperti bukit di punggungnya." Ka'bul Ahbar melanjutkan, bahwa para malaikat itu terus-menerus dalam keadaan demikian hingga fajar terbit. Dan malaikat yang mula-mula naik ke langit adalah Malaikat Jibril; manakala sampai di ufuk yang tinggi di dekat matahari, maka ia membuka lebar-lebar sayapnya. Ia memiliki sepasang sayap yang berwarna hijau, dan dia belum pernah membukanya kecuali hanya di saat itu. Karenanya maka cahaya matahari kelihatan redup. Kemudian Jibril memanggil malaikat demi malaikat, maka naiklah yang dipanggilnya sehingga berkumpullah nur para malaikat dan nur kedua sayap Jibril. Maka matahari di hari itu terus-menerus kelihatan cahayanya pudar. Dan Jibril beserta para malaikat bermukim di antara bumi dan langit di hari itu dalam keadaan berdoa dan memohonkan rahmat serta ampunan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, dan bagi orang-orang yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala Allah. Dan Jibril mendoakan orang yang hatinya mengatakan bahwa jika dia hidup sampai Ramadan tahun depan, maka ia akan puasa lagi karena Allah. Bila hari telah petang, mereka memasuki perbatasan langit yang terdekat, lalu mereka duduk dan membentuk lingkaran-lingkaran dan bergabung dengan mereka semua malaikat yang ada di langit terdekat. Maka para malaikat langit yang terdekat menanyakan kepada mereka tentang perihal laki-laki dan perempuan dari penduduk dunia, lalu para malaikat Sidratul Muntaha menceritakan keadaan orang-orang yang ditanyakan mereka kepada mereka. Hingga mereka bertanya, "Apakah yang dikerjakan oleh si Fulan dan bagaimanakah engkau menjumpainya di tahun ini?" Maka para malaikat yang bam datang itu menjawab, "Kami jumpai si Fulan di permulaan malam tahun lalu sedang ibadah, dan kami jumpai dia tahun ini dalam keadaan mengerjakan perbuatan bid'ah. Dan kami telah menjumpai si Fulan di tahun kemarin dalam keadaan berbuat bid'ah, sedangkan di tahun ini kami menjumpainya dalam keadaan beribadah." Maka para malaikat langit yang terdekat tidak lagi mendoakan ampunan bagi orang yang berbuat bid'ah dan memohonkan ampunan bagi orang yang beribadah. Dan mereka memberitahukan bahwa kami jumpai si Fulan dan si Anu dalam keadaan berzikir kepada Allah, dan kami jumpai si Fulan sedang rukuk, dan kami jumpai si Fulan sedang sujud, dan kami jumpai si Anu sedang membaca Kitabullah. Ka'bul Ahbar melanjutkan, bahwa mereka di siang dan malam hari itu tetap dalam keadaan demikian, hingga naiklah mereka ke langit yang kedua. Dan di setiap langit mereka singgah selama sehari semalam, hingga sampailah mereka ke tempat semula di Sidratul Muntaha. Maka Sidratul Muntaha menyambut mereka dan berkata, "Hai para pendudukku, ceritakanlah kepadaku tentang manusia dan sebutkanlah nama-nama mereka kepadaku, karena sesungguhnya aku mempunyai hak atas kalian, dan sesungguhnya aku menyukai orang-orang yang menyukai Allah." Ka'bul Ahbar menceritakan bahwa mereka menyebutkan kepada Sidratul Muntaha apa yang diinginkannya dengan menyebutkan nama tiap laki-laki dan perempuan yang diceritakannya, juga nama orang tua-orang tua mereka. Kemudian surga datang kepada Sidratul Muntaha dan mengatakan, "'Ceritakanlah kepadaku apa yang telah diceritakan oleh malaikat-malaikat yang menghunimu," lalu Sidratul Muntaha menceritakan hal itu kepadanya. Ka'bul Ahbar melanjutkan, bahwa setelah itu surga mengatakan, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada si Fulan dan semoga Allah melimpahkan pula rahmat-Nya kepada si Fulanah. Ya Allah, segerakanlah mereka kepadaku." Jibril lebih dahulu sampai di tempatnya sebelum para malaikat yang menyertainya, lalu Allah mengilhamkan kepadanya untuk berbicara, maka Jibril berkata, "Aku telah menjumpai si Fulan sedang sujud, maka ampunilah dia," kemudian Allah memberikan ampunan bagi si Fulan yang bcsangkutan. Suara Jibril terdengar oleh para malaikat pemikul 'Arasy, maka mereka memohon, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada si Fulan, dan semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada si Fulanah, dan semoga ampunan Allah diberikan kepada si Fulan." Jibril berkata, "Ya Tuhanku, aku menjumpai hamba'-Mu si Fulan yang telah kujumpai di tahun kemarin dalam keadaan menempuh jalan sunnah dan beribadah, sekarang di tahun ini aku menjumpainya telah melakukan suatu perbuatan bid'ah," lalu Jibril menolak untuk memohonkan ampunan dan rahmat bagi orang itu. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Jibril, jika dia bertobat dan kembali ke jalan-Ku tiga jam sebelum dia mati, Aku memberikan ampunan baginya." Maka Jibril berkata, "Bagi-Mu segala puji, ya Tuhanku, Engkau lebih penyayang daripada semua makhluk-Mu, dan Engkau lebih penyayang kepada hamba-hamba-Mu daripada hamba-hamba-Mu terhadap diri mereka sendiri." Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa lalu 'Arasy berguncang berikut semua yang ada di sekitarnya dan juga semua hijab (tirai). Semua langit dan para penghuninya mengatakan, "Segala puji bagi Allah Yang Maha Penyayang." Perawi mengatakan bahwa Ka'bul Ahbar telah mengatakan, "Barang siapa yang melakukan puasa Ramadan, sedangkan dalam dirinya ia berbicara bahwa apabila ia berbuka (yakni telah selesai dari puasa Ramadannya) ia bertekad untuk tidak akan berbuat durhaka kepada Allah Swt., niscaya orang itu masuk surga tanpa pertanyaan dan tanpa hisab." Demikianlah akhir tafsir surat Al-Qadar, segala puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya