Siang ini tak begitu terik, hanya banyak awan kapas hitam
menggulung di setiap sisi kelam langit begitu pula sudut hatiku tat kala
aku melihat seorang wanita cantik berperawakan mungil sedang
menggandeng seorang pangeran dunia dongengku, semakin aku melihat
kearahnya semakin ingin aku menghardik setiap sisi dari dirinya.
“yang, malem ini jalan yuk..” ajak sang pria yang tingginya mungkin sekitar 179 cm itu, sang wanita yang sedari tadi di tunggu suaranya pun tersenyum dengan cerah “yuk, mau kemana?” jawabnya dengan rasa semangat yang berlebihan, seraya mereka berjalan rapat aku menungakkan kepala dengan gaya sok cool ku, ya kusadari apa yang kulakukan itu hal yang tidak baik karena aku mengikuti mereka, al hasil aku hanya bisa pasrah dengan keadaan karena Jojo hanya mencintai Indah tanpa mengizinkanku untuk menempati tempat yang spesial di hatinya.
Ah.. hari ini aku lebih pesimis dari biasanya akupun menyerah dan melengos pergi berlawanan arah dari best couple itu, namun langkahku terhenti tatkala terdengar bentakan dari seorang pria.
“ya udah kalau kamu kayak gini terus lebih baik kita udahan aja..” ketusnya yang membuatku separuh tidak percaya sebab sedari tadi yang ku lihat mereka sangat niat untuk menunjukkan kemesraannya di depan umum
“tapi, jo..” si wanita membela diri
“alah, udah deh jangan belagak pilon… kamu itu egois banget jadi orang, sudah satu tahun kita ngejalaninnya tapi kamu gak pernah berubah” sahutnya lagi
“ta-tapi, jo” ucapnya lagi dengan kalimat yang sama dengan sebelumnya
“ah, udah stop, ok mulai sekarang kita PUTUS-.. PUTUS-.. PUTUS” ketusnya dalam-dalam dan melengos pergi ke gedung belakang sekolah yang akhir-akhir ini sering kosong akibat kakak kelas sedang libur setelah menghadapi UAN, dengan rasa cemas akupun mengejarnya bak seorang pujangga mengejar cinta sejatinya, hosh- tak berapa lama berselang aku telah di sambut kaku oleh jejeran pohon pinus yang menghiasi sudut taman dekat gedung, aku berjalan dengan tegap tersenyum pada ubin-ubin yang seolah berbicara padaku, “aku harap dia tidak melakukan hal yang bodoh” ucapku menambah kecepatan menyusuri koridor sekolah dan betapa terkejutnya aku saat ku lihat priaku menangis hanya demi seorang wanita yang tak berprikemanusiaan sepertinya, rasanya batin ini juga menangis, aku memperlambat langkah yang sangat menyebalkan ini.
“kamu pria pertama yang menangis dihadapanku” ucapku sangat canggu tanpa memikirkan betapa merahnya wajahku saat itu
“oh-oh cherry, sedang apa kamu disini” tanyanya masih dengan air mata yang mulai beku karena dinginnya cuaca
Aku menggelengkan kepala dan mengambil jatah tissue bulananku “ti-tidak, hanya kebetulan lewat aja kok, hems… yang jelas sekarang hapus dulu air matamu itu! Apa kamu tidak malu jika sikap veminimmu itu di lihat oleh seorang wanita”
“oh- iya juga, aku tak menyadarinya, terima kasih” ucapnya datar sembari mengusapkan tissu itu ke pipinya, ah, bagaimana mungkin pria ini masih terlihat tampan pada saat menangis? Aku melihat ke arahnya dengan seksama mengamati setiap lekukan matanya yang indah dan hidungnya yang mancung menjuntai, sangat tampan
“hey… apa ada yang salah?” tanyanya mengernyitkan dahi
“ah-ah- ti-tidak”
“oh, apa kamu melihat yang tadi?” tanyanya
“sebenarnya ya,” aku mengangguk dengan latar belakang ia tersenyum pahit
“dia, sangat cantik tapi aku tak pernah mengerti tentang seorang wanita?” ujarnya dalam posisi duduk di susul denganku yang merapat disebelahnya mendengar kisahnya dengan seksama
“wanita itu memang egois, tapi yakin kok keegoisan kami pasti ada alasannya, demi kebaikan kalian…” ucapku berharap ia akan tahu secara perlahan apa yang ku maksud
“ma-maksudnya?” jawabnya membuatku ingin sekali mencubit pipinya itu
“aduh, polos banget sih… udah deh translate aja kata-kata aku tadi lewat Mr. Google, bereskan!” ketussku membuatnya tak dapat menahan tawanya yang semanis gula itu, namun beberapa saat kemudian ia berhenti tertawa dan mulai memasang wajah yang datar, aku menghela nafas mencoba menenangkan diri “ta-tapi sebenarnya kamu masih mencintainya kan?” tanyaku membuatnya sedikit tertegun
“y-ya” dia menjawab singkat membuat air mata ini rasanya ingin jatuh namun aku tak akan pernah menangis dihadapannya
“t-tapi, dia itu terlalu egois jadi cewek!” sambungnya membuatku menelain air liurku yang mulai mengering
“gini, nih jo, setiap orang itu pasti egois, egois itu relatif sesuai dengan kita yang menilainnya, makanya kamu selaku cowoknya harus menekan keegoisannya itu” rasanya mataku mulai perih, cherry ada apa denganmu kenapa kau harus berbohong tentang perasaanmu ini… batinku meringis “bu-bukan malah mutusin dia seenaknya” sambungku sedang dia hanya diam dalam bisunya berfikir keras “jika, masih mencintainya silahkan kejar dia, be-belum terlambat untuk membangunnya lagi dari awal” mungkin hati ini sudah sangat hancur, sehingga setelah kata-kata itu kurasakan seluruh panas merasuk ke dalam tubuhku dan badan ini gemetar hebat.
“o.k… cherry, makasih banget untuk nasehatnya, sudah aku putuskan aku akan ngajakin dia balikan” rasanya seperti tersambar petir untungnya cairan bening yang dimataku ini bisa ku tahan untuk beberapa menit kedepan
“kamu sangat membantu, kudo’a kan semoga kamu dapet cowok yang terbaik deh!” sambungnya sambil berlarian dan senyuman dimatanya
Akhirnya hanya tinggal aku sendiri disini, kuharap semua ini hanya mimpi. Untuk sepersekian detik kurasakan betapa pilunya hati ini, hembusan angin dingin membuatku merasa kan hawa yang menyeruput panas tadi berubah menjadi dingin sekejap dan menghilang, sepertinya tubuhku ini sudah mati rasa, tetesan bening yang sedari tadi ku tahan bergejolak membasahi ruang pipiku yang sendu.
“sekarang… gi-giliranku untuk menangis”
Aku sangat mencintainya, sangat mencintainya tapi dia pergi meninggalkanku dengan senyumnya, itu cukup membuat hatiku ini hancur tapi, jika ia bahagia aku akan lebih bahagia lagi, jika ia senang aku akan lebih senang lagi…
suara gemuru mulai terdengar bersahutan, sepertinya akan turun hujan aku mencoba untuk menghentikan tangisanku tapi ini tak akan mudah, ku coba mengelap air mataku itu dengan tissue tapi kenapa ini tak berhenti, hingga pada saat potongan tissue yang terakhir, ku coba membukakan mataku yang mulai menyipit namun betapa terbelalaknya mataku saat sebuah kalimat terukir jelas
“hey? Sudah berapa banyak tissue yang kau habiskan untuk seorang pria sepertinya?”
X.C
Dengan mata yang masih berbinar aku sesegera mungkin berlari menembus hujan yang mulai menampakkan wujudnya, kulangkahkan kaki menuju kelas yang menjadi sejarah bagi kami dulu, ya, Itu adalah kelas kenangan yang dulu pernah ku tempati, lebih tepatnya pernah kami tempati, ku selusuri bagian-bagian kelas hingga kudapati sebuah meja yang dulu tempatku untuk bermalas-malas diri, meja itu tampak agak berubah sekarang entah mengapa di atas meja itu terukir nama seseorang yang sangat familiar
“gray”
di samping tulisan itu terdapat seikat bunga mawar diselingi dengan amplop merah muda yang lucu dengan motif volcadot
“bahkan dia tau bahwa aku menyukai volcadot” ucapku sembari tersenyum manis, ku buka amplop itu perlahan hingga ku temui kertas cantik berwarna putih di dalamnya
Ehem- ah.. ku rasa aku tak bisa mengatakan apapun
aku sangat gerogi…
bunga mawar merah menata indah panggung hati ini
tutur lembut dari mawar itu membuatku jatuh hati padanya
dia cantik lebih dari sahabatnya mawar putih ataupun kuning
dia sangat indah melebihi anggrek sekalipun
tapi sayang bunga mawar merah itu tak pernah memandang kumbang lemah ini
yang dilihatnya hanya kupu-kupu jantan yang menawan
andai mawar itu sedikit melihat ke arah kumbang yang tak punya apa-apa
andai mawar mengizinkan kumbang ini mendekatinya, dan itu hanya bayanganku saja
Aku mendesah kagum membaca untaian kalimat yang ia buat, sejujurnya aku tak pernah menyangka bahwa gray itu- gray itu…
Suara rintik hujan mulai deras dan aku mulai berlari mengejar seseorang yang bahkan aku tak tahu apakah ia di tempat ini bersamaku atau tidak.
aku melangkahkan kaki di sebuah lapangan yang sangat basah akibat genangan air hujan…
“gray, ma-maafkan aku” ucapku gemetar di tengah hujan yang lebat itu…
. 1 detik..
. 2 detik..
. 3 detik..
“mawarnya sudah kamu ambil?” seseorang mengucapkan kalimat yang paling ingin ku dengar, pria yang selama ini mengagumiku tanpa aku tahu ia mengagumiku, berdiri tegak dibelakangku sambi membawa payung pelangi yang indah, aku tersentak kagum melihatnya..
“ku-kumbangnya ada dimana?” tanyaku, dia tersenyum manis bahkan lebih manis dari jojo sekalipun
“ada disini…” ucapnya sembari memegang tanganku dan meletakkan didadanya yang bidang…
_the end_
#K.O.S
Cerpen Karangan: Meri Andini
Facebook: Meri Andini
“yang, malem ini jalan yuk..” ajak sang pria yang tingginya mungkin sekitar 179 cm itu, sang wanita yang sedari tadi di tunggu suaranya pun tersenyum dengan cerah “yuk, mau kemana?” jawabnya dengan rasa semangat yang berlebihan, seraya mereka berjalan rapat aku menungakkan kepala dengan gaya sok cool ku, ya kusadari apa yang kulakukan itu hal yang tidak baik karena aku mengikuti mereka, al hasil aku hanya bisa pasrah dengan keadaan karena Jojo hanya mencintai Indah tanpa mengizinkanku untuk menempati tempat yang spesial di hatinya.
Ah.. hari ini aku lebih pesimis dari biasanya akupun menyerah dan melengos pergi berlawanan arah dari best couple itu, namun langkahku terhenti tatkala terdengar bentakan dari seorang pria.
“ya udah kalau kamu kayak gini terus lebih baik kita udahan aja..” ketusnya yang membuatku separuh tidak percaya sebab sedari tadi yang ku lihat mereka sangat niat untuk menunjukkan kemesraannya di depan umum
“tapi, jo..” si wanita membela diri
“alah, udah deh jangan belagak pilon… kamu itu egois banget jadi orang, sudah satu tahun kita ngejalaninnya tapi kamu gak pernah berubah” sahutnya lagi
“ta-tapi, jo” ucapnya lagi dengan kalimat yang sama dengan sebelumnya
“ah, udah stop, ok mulai sekarang kita PUTUS-.. PUTUS-.. PUTUS” ketusnya dalam-dalam dan melengos pergi ke gedung belakang sekolah yang akhir-akhir ini sering kosong akibat kakak kelas sedang libur setelah menghadapi UAN, dengan rasa cemas akupun mengejarnya bak seorang pujangga mengejar cinta sejatinya, hosh- tak berapa lama berselang aku telah di sambut kaku oleh jejeran pohon pinus yang menghiasi sudut taman dekat gedung, aku berjalan dengan tegap tersenyum pada ubin-ubin yang seolah berbicara padaku, “aku harap dia tidak melakukan hal yang bodoh” ucapku menambah kecepatan menyusuri koridor sekolah dan betapa terkejutnya aku saat ku lihat priaku menangis hanya demi seorang wanita yang tak berprikemanusiaan sepertinya, rasanya batin ini juga menangis, aku memperlambat langkah yang sangat menyebalkan ini.
“kamu pria pertama yang menangis dihadapanku” ucapku sangat canggu tanpa memikirkan betapa merahnya wajahku saat itu
“oh-oh cherry, sedang apa kamu disini” tanyanya masih dengan air mata yang mulai beku karena dinginnya cuaca
Aku menggelengkan kepala dan mengambil jatah tissue bulananku “ti-tidak, hanya kebetulan lewat aja kok, hems… yang jelas sekarang hapus dulu air matamu itu! Apa kamu tidak malu jika sikap veminimmu itu di lihat oleh seorang wanita”
“oh- iya juga, aku tak menyadarinya, terima kasih” ucapnya datar sembari mengusapkan tissu itu ke pipinya, ah, bagaimana mungkin pria ini masih terlihat tampan pada saat menangis? Aku melihat ke arahnya dengan seksama mengamati setiap lekukan matanya yang indah dan hidungnya yang mancung menjuntai, sangat tampan
“hey… apa ada yang salah?” tanyanya mengernyitkan dahi
“ah-ah- ti-tidak”
“oh, apa kamu melihat yang tadi?” tanyanya
“sebenarnya ya,” aku mengangguk dengan latar belakang ia tersenyum pahit
“dia, sangat cantik tapi aku tak pernah mengerti tentang seorang wanita?” ujarnya dalam posisi duduk di susul denganku yang merapat disebelahnya mendengar kisahnya dengan seksama
“wanita itu memang egois, tapi yakin kok keegoisan kami pasti ada alasannya, demi kebaikan kalian…” ucapku berharap ia akan tahu secara perlahan apa yang ku maksud
“ma-maksudnya?” jawabnya membuatku ingin sekali mencubit pipinya itu
“aduh, polos banget sih… udah deh translate aja kata-kata aku tadi lewat Mr. Google, bereskan!” ketussku membuatnya tak dapat menahan tawanya yang semanis gula itu, namun beberapa saat kemudian ia berhenti tertawa dan mulai memasang wajah yang datar, aku menghela nafas mencoba menenangkan diri “ta-tapi sebenarnya kamu masih mencintainya kan?” tanyaku membuatnya sedikit tertegun
“y-ya” dia menjawab singkat membuat air mata ini rasanya ingin jatuh namun aku tak akan pernah menangis dihadapannya
“t-tapi, dia itu terlalu egois jadi cewek!” sambungnya membuatku menelain air liurku yang mulai mengering
“gini, nih jo, setiap orang itu pasti egois, egois itu relatif sesuai dengan kita yang menilainnya, makanya kamu selaku cowoknya harus menekan keegoisannya itu” rasanya mataku mulai perih, cherry ada apa denganmu kenapa kau harus berbohong tentang perasaanmu ini… batinku meringis “bu-bukan malah mutusin dia seenaknya” sambungku sedang dia hanya diam dalam bisunya berfikir keras “jika, masih mencintainya silahkan kejar dia, be-belum terlambat untuk membangunnya lagi dari awal” mungkin hati ini sudah sangat hancur, sehingga setelah kata-kata itu kurasakan seluruh panas merasuk ke dalam tubuhku dan badan ini gemetar hebat.
“o.k… cherry, makasih banget untuk nasehatnya, sudah aku putuskan aku akan ngajakin dia balikan” rasanya seperti tersambar petir untungnya cairan bening yang dimataku ini bisa ku tahan untuk beberapa menit kedepan
“kamu sangat membantu, kudo’a kan semoga kamu dapet cowok yang terbaik deh!” sambungnya sambil berlarian dan senyuman dimatanya
Akhirnya hanya tinggal aku sendiri disini, kuharap semua ini hanya mimpi. Untuk sepersekian detik kurasakan betapa pilunya hati ini, hembusan angin dingin membuatku merasa kan hawa yang menyeruput panas tadi berubah menjadi dingin sekejap dan menghilang, sepertinya tubuhku ini sudah mati rasa, tetesan bening yang sedari tadi ku tahan bergejolak membasahi ruang pipiku yang sendu.
“sekarang… gi-giliranku untuk menangis”
Aku sangat mencintainya, sangat mencintainya tapi dia pergi meninggalkanku dengan senyumnya, itu cukup membuat hatiku ini hancur tapi, jika ia bahagia aku akan lebih bahagia lagi, jika ia senang aku akan lebih senang lagi…
suara gemuru mulai terdengar bersahutan, sepertinya akan turun hujan aku mencoba untuk menghentikan tangisanku tapi ini tak akan mudah, ku coba mengelap air mataku itu dengan tissue tapi kenapa ini tak berhenti, hingga pada saat potongan tissue yang terakhir, ku coba membukakan mataku yang mulai menyipit namun betapa terbelalaknya mataku saat sebuah kalimat terukir jelas
“hey? Sudah berapa banyak tissue yang kau habiskan untuk seorang pria sepertinya?”
X.C
Dengan mata yang masih berbinar aku sesegera mungkin berlari menembus hujan yang mulai menampakkan wujudnya, kulangkahkan kaki menuju kelas yang menjadi sejarah bagi kami dulu, ya, Itu adalah kelas kenangan yang dulu pernah ku tempati, lebih tepatnya pernah kami tempati, ku selusuri bagian-bagian kelas hingga kudapati sebuah meja yang dulu tempatku untuk bermalas-malas diri, meja itu tampak agak berubah sekarang entah mengapa di atas meja itu terukir nama seseorang yang sangat familiar
“gray”
di samping tulisan itu terdapat seikat bunga mawar diselingi dengan amplop merah muda yang lucu dengan motif volcadot
“bahkan dia tau bahwa aku menyukai volcadot” ucapku sembari tersenyum manis, ku buka amplop itu perlahan hingga ku temui kertas cantik berwarna putih di dalamnya
Ehem- ah.. ku rasa aku tak bisa mengatakan apapun
aku sangat gerogi…
bunga mawar merah menata indah panggung hati ini
tutur lembut dari mawar itu membuatku jatuh hati padanya
dia cantik lebih dari sahabatnya mawar putih ataupun kuning
dia sangat indah melebihi anggrek sekalipun
tapi sayang bunga mawar merah itu tak pernah memandang kumbang lemah ini
yang dilihatnya hanya kupu-kupu jantan yang menawan
andai mawar itu sedikit melihat ke arah kumbang yang tak punya apa-apa
andai mawar mengizinkan kumbang ini mendekatinya, dan itu hanya bayanganku saja
Aku mendesah kagum membaca untaian kalimat yang ia buat, sejujurnya aku tak pernah menyangka bahwa gray itu- gray itu…
Suara rintik hujan mulai deras dan aku mulai berlari mengejar seseorang yang bahkan aku tak tahu apakah ia di tempat ini bersamaku atau tidak.
aku melangkahkan kaki di sebuah lapangan yang sangat basah akibat genangan air hujan…
“gray, ma-maafkan aku” ucapku gemetar di tengah hujan yang lebat itu…
. 1 detik..
. 2 detik..
. 3 detik..
“mawarnya sudah kamu ambil?” seseorang mengucapkan kalimat yang paling ingin ku dengar, pria yang selama ini mengagumiku tanpa aku tahu ia mengagumiku, berdiri tegak dibelakangku sambi membawa payung pelangi yang indah, aku tersentak kagum melihatnya..
“ku-kumbangnya ada dimana?” tanyaku, dia tersenyum manis bahkan lebih manis dari jojo sekalipun
“ada disini…” ucapnya sembari memegang tanganku dan meletakkan didadanya yang bidang…
_the end_
#K.O.S
Cerpen Karangan: Meri Andini
Facebook: Meri Andini