Pages

Subscribe:

Senin, 04 Agustus 2014

Gatotkaca, Kesendirian Seorang Panglima

  Putra kedua Bima dengan seorang putri bangsa Raksasa dari negri Pringgandani. Kelahirannya dianggap sebagai buah dari sebuah rekayasa bangsa Dewa. Demi wibawa bangsa Dewa, Bima dijodohkan dengan Arimbi, dengan sebuah pamrih akan melahirkan seorang bayi yang kuat dan berani seperti bangsa Raksasa, serta pandai dan cerdas seperti seorang bangsa Manusia.

Bangsa Dewa yang kala itu mendapat rongrongan wibawa dari Prabu Kalapracona, raja negri Gilingwesi. Gatotkaca pun dibuat cepat dewasa, agar segera bisa menjadi jago bangsa Dewa menghadapi serangan bangsa Gilingwesi. Gatotkaca juga diberi kesaktian yang luar-biasa. Kecepatan terbang yang jauh diatas rata-rata kecepatan terbang ksatria pada umumnya. Kulit dan badannya sekeras baja. Tak ada senjata tajam yang mampu melukainya.

Tapi pada saat yang sama, bangsa Dewa juga mencipta senjata Konta Wijayadanu, satu-satunya senjata yang bisa melukai Gatotkaca, dan hanya bisa digunakan sekali pakai.

Gatotkaca adalah seorang patriot. Dia begitu patuh pada negrinya, pada keluarganya, dan pada kebenaran yang dipegangnya. Dia juga tidak mau berkompromi dengan Sitija atas sengketa batas wilayah negrinya, Pringgandani dengan wilayah Trajutrisna. Sengketa di wilayah Tunggarana. Dia sangat berdisiplin dalam menjaga wilayah kedaulatan negrinya dan keluarganya, dari wilayah negrinya paling utara perbatasan Pringgandani, ke selatan ke wilayah Amarta, sampai wilayah Dwarawati paling selatan.

Dia juga membantu Arjuna menggagalkan penyerbuan Prabu Niwatakawaca, dari negri Imaimantaka, ke kahyangan Jonggring Saloka. Dia hanya diam, walaupun semua bangsa Dewa hanya tahu bahwa yang berjasa atas penggagalan penyerbuan itu hanya Arjuna seorang. Bangsa Dewa menganggap biasa saja peran Gatotkaca atas peristiwa itu, karena menurut mereka, memang demikianlah tujuan Gatotkaca dilahirkan.

Gatotkaca sendiri yang memadamkan pemberontakan di negrinya yang dipimpin oleh paman-pamannya sendiri, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, dan Brajawikalpa. Gatotkaca juga menanggung rasa bersalahnya sendiri, ketika tanpa sengaja membunuh pamannya yang lain Kalabendana, yang sangat mencintainya.

Gatotkaca belajar banyak tentang ilmu kautaman dengan Petruk dan Resi Hanoman. Pernah juga berguru kepada Resi Seta, seorang ksatria dari negri Wirata.

Menjelang perang Baratayudha, Gatokaca diangkat oleh Yudhistira menjadi panglima pasukan pihak Pandawa. Gatotkaca juga diberi kepercayaan untuk menjaga seluruh wilayah Kurusetra, tempat berlangsungnya perang, agar bisa dijaga bahwa perang akan dilakukan secara ksatria.

Gatotkaca juga patuh, ketika Kresna, penasihat perang pihak Pandawa, justru memintanya agar tidak mengeluarkan seluruh kesaktiannya saat perang di Kurusetra. Gatotkaca lebih banyak diminta menjaga dari udara, dan turun bila memang perlu benar. Dia juga patuh ketika diminta untuk mengeluarkan kesaktiannya justru disaat pihak Kurawa, di medan laga dipimpin langsung oleh sang panglima, Adipati Karna, yang telah dihadiahi senjata Konta Wijayadanu oleh Batara Indra, beberapa bulan sebelum perang.

Gatotkaca sadar betul bahwa saat diminta maju ke medan laga, bahwa itu berarti dia akan sengaja dikorbankan menjadi tumbal bagi pihak Pandawa. Agar senjata Konta yang hanya bisa dipakai sekali itu, terhujam ke tubuhnya, sehingga Arjuna selamat dari ancaman Karna.

Dihari menjelang kematiannya, Gatotkaca menggempur prajurit pihak Kurawa secara luar biasa, Hari itu adalah hari dimana Kurawa kehilangan prajuritnya dalam jumlah yang sangat luar biasa besar dibanding dengan hari-hari lain selama Baratayudha. Membuat Karna geram, dan berkeputusan melepas Konta. Gatotkaca mati dengan Konta menembus dadanya.

*******

   1.Kisah Wayang : Narayana Ngalalana(berpetualang)

“Kelahiran Narayana” merupakan awal peristiwa dari sebuah tanda akan adanya bahaya kekacauan dunia yang disebabkan oleh perilaku makhluk-makhluk jahat, seperti: Kangsa, Bomanarakasura, Duryudana, Dasasukma, dan sebagainya.

  2.Alap-Alapan Rukmini

“Alap-Alapan Rukmini” merupakan kisah yang menceritakan tentang penculikan Rukmini, anak raja Kumbina, Arya Prabu Rukma, oleh Narayana, anak raja Mandura, prabu 

Perkawinan Jembawati dengan Kresna, memiliki 2 orang putra, yaitu Samba, dan Gunadewa, yang hidup bersama kakeknya , Jembawan di padepokan Gadamadana.
 

4.Pembebasan Jerusalem di Masa Umar bin Khattab

Kota ini juga merupakan tempat tinggal beberapa nabi, seperti: dari Nabi Sulaiman dan Nabi Daud hingga Nabi Isa ‘alahimussalam.
Di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau pun pernah menginjakkan kaki di tanah para nabi ini. Dalam
 

Gatotkaca Gugur (Suluhan atau Jambakan)


 Resi Krepa menjadi tempat bertanya karena Prabu Salya mas.nrj sedih mengmgat kematian anaknya, ia mengatakan kalau saja tidak ada pengkhianat maka Kurawa pasti menang. Karna merasa disindir, marah dan membunuh Krepa. Aswatarna marah atas tindakan Kama, yang telah membunuh pamannya (Dewi Krepi, isteri Durna, adalah kakak Krepa); namun Sengkuni bisa meredakannya. Walaupun setuju namun Aswatama bertekad akan tetap mengawasi gerak-gerik Kama dalam perang.Kemarahan Karna mereda setelah Duryudana mengatakan bahwa ia tidak percaya atas ucapan Krepa itu, dan mengingatkan sumpah setia Karna yang pemah diucapkannya: ‘boten namung badhe ngraosaken muktinipun, nanging pahit getiring Negara Ngastina ugi bade tumut nyanggi.” Karna diangkat menjadi senapati agung dan ia segera maju perang. Namun karena hari sudah gelap maka tentara Astina terpaksa membawa obor atau suluh, hal mana sebenarnya menyalahi salah satu aturan main Baratayuda.

Prabu Kismaka, anak Sitija menanyakan pada patih Bancana siapa ayahnya dan dimana ia sekarang. Setelah tahu bahwa ayahnya telah tewas dibunuh Kresna (kakeknya sendiri). maka ia ingin nyaur ngiwul ngudi tuwuh.

Gatotkaca diangkat sebagai senapati. Ibunya (Arimbi) dan paman-pamannya sangat bangga dan bersedia membantu. Dengan obor raksasa Pringgadani bertempur dengan reksasa Ngawangga. Karna matak aji Kalalupa, dan keluartah beribu-ribu raksasa sehingga melumpuhkan tentara Pringgadani. Gatotkaca matakaji Narantaka, dan lenyaplah semua raksasa Karna. Panah Nrocobala dibidik, namun Gatotkaca kebal karena ber tiwikrama, dan dapat mengeluarkan berbagai senjata dari badannya. la mengamuk dan menewaskan banyak prajurit Astina, termasuk Prabu Kismaka.



Merasa ngeri, Karna segera melepas Kuntawijayadanu, namun karena Gatotkaca terbang begitu tinggi sehingga tak terjangkau oleh Kunta. Kunta kemudian dibawa oleh arwah Kala Bendana, dan berkata: “…miturut wansiting Jawata, samengko wus dungkap wancine jeneng para kondur menyang suwarga.”

Gatotkaca segera membuka udhet yang dibalutkan Arimbi untuk menutupi puser pengapesannya. Kunta segera masuk ke puser dan bertemu dengan rangkanya, yang telah berada disitu ketika lakon Laire Gatotkaca. Darahnya bercucuran meracuni para prajurit Astina, dan badannya menimpa kereta Karna. Karna bisa menghidar tetapi beribu-ribu prajurit tewas karenanya. Arwah Gatotkaca bersama Kalabendana naik ke sorga, dan Dewi Arimbi ikut bela pati.

Bima marah dan mengejar Kama. Dursasana dan adiknya (Wikata dan Wikataleng) yang ada di Pakuwon Watugajah melempar limpung ke arahnya. la berhasii menghindar dan meloncat sehingga menewaskan Wikata dan Wikataleng. Dursasana lari menyusur dusun Pasugihan sampai ke jurang Silongsor di tepian kali Serayu. Dursasana ingin melompat namun dijegal oleh arwah Sarka dan Tarka dan bisa dijambak Bima. Dursasana dipoteng-poteng badannya dan dihisap darahnya setelah tewas. Kunti kemudian datang ingin memenuhi sumpahnya karena pernah dipermalukan oleh Dursasana dalam lakon Rebutan Lenga Tala.

[R.M. Pranoedjoe Poespaningrat - Nonton Wayang dari berbagai Pakeliran - KR]

sumber : http://www.wayangpedia.com/gatutkaca-gugur-suluhan-atau-jambakan.html