Kerajaan Singosari / Singhasari (1222 M – 1293 M)
Adalah sebuah Kerajaan di Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi Kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Dan merupakan
cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit (1293 M – awal abad ke 6 M).
Nama resmi Kerajaan Singosari sendiri sesungguhnya ialah Kerajaan
Tumapel. Menurut Kitab Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan
tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Seperti yang
tertulis pula pada Prasasti Kudadu.Menurut Kitab Pararaton, Tumapel
semula hanya sebuah daerah bawahanKerajaan Kadiri/Kediri. Yang menjabat
sebagai akuwu (setara jabatan Camat jaman sekarang) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu
baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama
Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kerajaan
Kediri.Pada tahun 1222
terjadi perseteruan antara Kertajaya (Raja Kediri) melawan kaum
brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang
mengangkat dirinya menjadi Raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kediri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh pihak Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok.
Keberadaan Kerajaan Singosari
dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur
yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra
peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari
serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang
penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau
dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja
dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai
Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya,
karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia
berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana
Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M
/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami
kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat
dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah
kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi
Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton
menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan
oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250
M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M).
Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M.
Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari
adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya
adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir
adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula
Malurung.
Prasasti Mula Malurung
Kejayaan Kerajaan Singasari
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 – 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luarJawa.Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Sumber sejarah :
Adapun
sumber sejarah dalam mempelajari kerajaan Singasari dapat diperoleh dari
berbagai prasasti, karyasastra, catatan, maupun bangunan candi. Sumber
tersebut meliputi :
A. Kitab Pararaton
Kitab ini berisi cerita mitos daririwayat Ken Arok yang penuh keajaiban hingga riwayat raja-raja Singasari.
B. Kitab Negarakertagama
Kitab ini
merupakan karya Mpu Prapanca (1365) yang berisi perkembangan kehidupan
kerajaan Majapahit dan memuat pula raja yang berkuasa di Singasari.
C. Kidung Harsawijaya
Kidung ini
menyebutkan raja Jayakatwang sebagai samantharaja (raja bawahan) yang
patuh kepada Kertanegara. Namun dalam perkembangannya, Jayakatwang pada
akhirnya menyerang kedudukan Kertanegara.
Perkembangan kerajaan Singasari banyak diwarnai dengan pembunuhan. Hal ini dapat dilihat dari raja yang memerintah :
1. Ken Arok (1222–1227 M)
Pendiri
Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya
suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra
(Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227
M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati
(anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan
Siwa–Buddha.
2. Anusapati (1227–1248 M)
Dengan
meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati
tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan
kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang).
Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan
aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu
Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian,
meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
Candi Kidal
3. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta
Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah
Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama
Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo
dan kemudian menduduki singgasana.
4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari
pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa
Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai
ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni
membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M
Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar
di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di
Candi Waleri sebagai Siwa.
Candi Jago
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari
terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan
seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh
tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan
mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan
Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru,
seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide
dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah
Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain.
Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama
Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini
ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas
perintah Raja Kertanegara.
Arca Amoghapasa
Selain menguasai Melayu, Singasari juga
menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun
(Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja
Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan
dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan
termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara
menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan
Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud
menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka
Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan
pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin
langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan
Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga beserta
pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja
berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya
berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta
perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria
Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada
Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik
oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka
Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya
kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya,
Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi
Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang
sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
KEHIDUPAN KERAJAAN
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat
Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di
Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak
daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan
Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena
ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam
negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri :
- Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
- Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya.
- Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri :
- Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
- Menguasai Bali.
- Menguasai Jawa Barat.
- Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan
candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan
candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung
Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung
Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga
merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung
Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama
Buddha beraliran Tantrayana).
Kehidupan Politik
Kerajaan Singosari yang pemah mengalami
kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu di Indonesia pernah diperintah
oleh raja-raja sebagai berikut.
Raja Ken Arok Setelah kemenangannya dalam
pertempuran melawan Kerajaan Kediri, Ken Arok memutuskan untuk membuat
dinasti Bhattara serta membangun kerajaan baru dengan nama Kerajaan
Singasari.
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan
Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi dan
dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa).
Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang siapa
sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Di
samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi
raja besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang
pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun
1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia
dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak
Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul Ametung).
Raja Anusapati Dengan meninggalnya Ken
Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung dipegang oleh Anusapati. Dalam
jangka waktu pemerintahan yang cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati
tidak melakukan pembaruan-pembaruan, karena Anusapati larut dengan
kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai kepada putra Ken Arok dengan Ken Umang yang
bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung ayam,
karena itu Anusapati diundang untuk menyabung ayam di Gedong Jiwa
(tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik melihat aduan
ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring yang
dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung Anusapati hingga ia
meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya
Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah
Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra
Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal kematian Anusapati.
Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta
kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk
menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui
oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri
sebelum pasukan Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian
Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya mengirim pasukan di bawah
pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa yang
berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni, maka ia berbalik memihak
Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka
dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya.
Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta
atas Kerajaan Singasari dengan gelar Sri JayaWisnuwardhana dibantu oleh
Mahesa Cempaka dengan gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama
Kerajaan Singasari (1248-1268 M). Wisnuwardhana sebagai raja,
Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya. Pemerintahan kedua penguasa
tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M,
Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan
maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara menjadi
seorang raja besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana
meninggal dunia (dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak terbunuh
di Kerajaan Singasari), tahta KerajaaSingasari beralih kepada
Kertanegara.
Raja Kertanegara Raja Kertanegara
(1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan
Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa
kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan
Raja Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang
tegas dan berani. Setelah keadaaan Jawa Timur dianggap baik, Raja
Kertanegara melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita
persatuan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara
dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam dan luar negeri. Dalam
rangka mewujudkan Stabilitas politik Kerajaan Singasari, Raja
Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut.
a.Kebijakan dalam negeri
- Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
- Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
b.Kebijakan Luar Negeri
- Menggalang persatuan ‘Nusantara’ dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali,
Pahang.
- Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan Campa.
Dari tindakan-tindakan politik
Kertanegara tersebut, di satu sisi Kertanegara berhasil mencapai
cita-citanya memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang
lain muncul beberapa ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari.
Ancaman yang muncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina
Mongol karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan
menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya serangan
dari Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya
Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya. Kertanegara
terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan Jayakatwang dari
Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka didharmakan/diberi
penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi Singasari
sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama
permaisurinya Bajradewi. Untuk memperjelas pemahaman Anda, tentang candi
Singosari tempat Kertanegari di muliakan,
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak
ditemukan sumber secara jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan
pada pertanian dan perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang
subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai
sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Kehidupan Budaya
Gambaran perkembangan kebudayaan sejak
berdirinya kerajaan Singosari terlihat dari di temukannya peninggalan
berupa candi – candi dan patung yang di bangun dari zaman kekuasaan
Singosari. Diantaranya seperti candi Kidal, Jago, dan candi Singosari.
Sedangkan patung yang di temukan adalah patung Ken Dedes sebagai dewi
Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
bentuk Joko Dolok yang di temuksn dekat Surabaya dan patung Amoghapasa
juga perwujudan dari raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu
kota kerajaan Melayu. Kedua perwujudan patung tersebut dapat di ketahui
bahwa raja Kertanegara beragama Budha beraliran Tantrayana (Tantriisme).
Peniggalan – peninggalan Kerajaan Singasari
- Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan
Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan
Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab
Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di
halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat “pendharmaan” bagi
raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada
tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin
oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti
teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya
hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar
petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi
ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu
andesit.
3. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan merupakan
satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6
km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan
Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di
sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga
yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
4. Arca Dwarapala
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar.
Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda
masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara
pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.
5. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip
yang dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada
awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum
Nasional Jakarta.
6. Prasasti Mula Malurung
Prasasti Mula Malurung adalah
piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk tokoh
bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang
diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kadiri,
atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja Singhasari.
Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung
ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng
ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan
pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual
barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan
lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia,
Jakarta.
7. Prasasti Singosari
Prasasti Singosari, yang bertarikh
tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan
sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang
pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh
Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan
tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda
angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai
pariwara pembangunan sebuah caitya.
8. Candi Jawi
Candi ini terletak di pertengahan
jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen dan Pringebukan.
Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan
Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan
abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu
tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada
hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja
Kertanegara.
9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah
prasasti yang isinya memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah
tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut Prasasti Wurare).
Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka atau
21 November 1289. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi
Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh
keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan
tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
10. Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi
warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk
penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang
memerintah selama 20 tahun (1227 – 1248). Kematian Anusapati dibunuh
oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari,
juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan
kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait
dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang
kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan
Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya
Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292
terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam
serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari,
Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat
Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.