Pages

Subscribe:
Tampilkan postingan dengan label cerpen horor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen horor. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Mei 2015

Biar Kami Yang Melanjutkan Kisah Cinta Kalian




Juwita gadis cantik berambut hitam bergelombang ia duduk di kursi halte menunggu bus datang ,ia baru pulang dari les bimbel geografi.umur Juwita sekitar 16 tahun ai sekolah di smp 76 surabaya,sebenarnya ia murid pindahan dari smp 20 surabaya barat yang dekat rumahnya tapi karena ia terkenal nakal & suka membolos ia di pindahkan bahkan sekolahan di sana menolaknya hingga ia terpaksa sekolah di smp 76 kota Surabaya
Gemericik air hujan yang jatuh di atas atap halte tua yang atapnya baru di ganti dengan seng di cat merah kemarin sian sungguh membuat Juwita terusik,ia tak bisa menenangkan diri meski hanya sejenak untuk menambah ke sabaranya menunggu bus datang.seorang pemuda berpayung kuning menerjang derasnya hujan di kala sore itu menuju ke halte tua tersebut,wajah pemuda itu tak terlihat jelas karena hujan deras menghalangi pandangan Juwita.
"mbak sekarang jam berapa?"
"jam 17.30 wib"
"oh sudah jam 17.30 wib ya,sudah hampir malam,si mbak ngapain sendirian di sini?"
"hmm lagi nungguin banjir nenggelamin kamu mas"
"lo kok nunggu banjir nenggelamin aku,aku kan bertanya serius,galak banget mbak"
"biarin,lagian sudah jelas ini halte pasti nunggu bus,masak sedang mancing ikan lele"
"bukan gitu mbak,tapi aku kira sedang jualan buah"
"emangnya wajahku kayak penjual buah"
"iya,kayak penjual buah di perempatan sana"
sambil menunjuk nenek penjuah buah,Juwita berdiri & melihat nenek tersebut berjualan di selatan perempatan,Juwita pun hanya mengangguk ngangguk saja.
merekapun akhirnya bisa akrab.kejenuhan Juwita menunggu bus mulai sirna berka kehadiran Farid yang lucu.tak berapa lama bus yang di tunggu datang iapum meninggalkan Farid sendiri di halte tua itu.pintu bus telah tertutup juwita menuju ke tempat duduk. Juwita duduk di samping kiri ia melambaikan tanganya di jendela ke Farid tapi ia sudah tiada di sana,mungkin motor yang barusan lewat di sisi kanan bus tadi adalah saudara atau temanya yang menjemputnya pulang.
            bus mulai berjalan di sore yang mulai gelap & hujan yang tadi mulai reda kini mulai berangsur deras kembali,derasnya hujan di malam hari membuat samar pandangan Juwita yang melihat suasana keramaian di luar jendela bus.
mata Juwita mulai mengantuk,ia memejamkan mata & tertidur lalu tak berapa lama bus berhenti di halte menjemput para penumpang,tidur Juwita terganggu mata yang terkantuk kantuk itu terusik oleh bus yang berhenti & suara penumpang yang baru naik.
duduk seorang gadis di samping kanan Juwita.tubuh Juwita menggigil karena dinginya angin malam,gadis di sampingnya meminjamkan jaketnya pada Juwita
"pakailah jaketku ini" sambil menyodorkan jaketnya ke Juwita
"oh,terima kasih,tapi tidak usah"
"tidak apa apa kok"
"tapi nanti kamu yang malah kedinginan"
"tenang,aku tidak akan kedingina,aku membawa 2 jaket"
Juwita memakai jaket tersebut "oh iya,namamu siapa"
"namaku Laras,kalau kamu"
"aku juwita"
mereka berdua bercanda selama perjalanan hingga mengganggu beberapa penumpang lain.mereka saling bertukaran nomor handphone tiba tiba seolah seperti tertabrak sesuatu tubuhnya seakan tersentak ke belakang,ia melihat sebuah kejadian di depan matanya seolah ia tidak ada di dalam bus.terlihat farid sedang duduk di halte tua tadi memutar mutar payung kuning miliknya setelah di tinggal Juwita masuk bus,sebuah motor hitam lewat di sisi kiri bus melaju perlahan lalu orang yang di gonceng menodongkan pistol & menembak kepala Farid,iapun jatuh tersungkur bersamaan dengan tertutupnya pintu bus orang yang menembak segera mengambil mayad Farid & membawanya pergi.payung kuning bersimbah darah menggelinding tertiup angin.
"Fari....d!" teriak Juwita
Juwita melihat Laras & penumpang lain duduk tenang seolah tak mendengar teriakanya tadi.Juwita bertanya pada Laras apakah ia tadi mendengar teriakanya tadi,ternyata Laras tidak mendengarnya
"ta,emang kamu tadi teriak apa?"
"apa kamu benar benar tidak mendengarnya?"
"sungguh aku tidak dengar,dari tadi kamukan cuma diam sambil smsan"
"o...h gitu ya"
"emang ada apa?"
"tidak ada apa apa,cuma mimpi buruk"
"ha mimpi buruk! kamu smsan bisa mimpi  buruk?"
Laras mengerutkan dahinya lalu tertawa terbahak bahak,Juwita berbicara dalam hatinya mungkin itu hanya mimpi buruk saja & berharap bukan pertanda buruk. bus berhenti,Juwita mengambil tas di bawah kakinya dia menunggu penumpang di depanya keluar dari bus,Juwita melambaikan tanganya ke laras.
"ta, di luar masih hujan deras kamu berteduh saja di sini bersamaku"
“iyaaku mau tapi besok kamu yang bayar busnya,rumahmukan jauh dari rumahku coba besok kalau gak ada bus bisa sempor kakiku pulang jalan kaki”
“kan masih ada ojek”
“ojek? Gak level”
Juwita melambaikan tanganya lagi pada Laras & iapun langsung lari ke halte baru beberapa langkah sebuah payung meneduhinya dari derasnya hujan iapun melirik ke atas
"payung kuning!"
tubuhnya seakan kembali tersentak ke belakang lalu ia sekali lagi melihat peristiwa tadi namun kini lebih cepat dari yang tadi.sebuah tangan memegang tangan Juwita lalu ia kaget & tersadar sambil berteriak "Farid !" Ari kaget dengan teriakan pendek namun keras dari Juwita
"parit? parit apa Farid?"
"Ari"
"o...h! kamu ternyata memanggil namaku,tapi tadi kayak ada rit ritnya"
"itu cuma kamu yang salah dengerin"
"hmm mungkin karena suara mesin bus tadi aku jadi salah denger"
Juwita menarik napas lega,Juwita berjalan di payungi oleh Ari.
"wit kamu beli jaket baru ya"
"waduh aku lupa mengembalikan jaket Laras"
 sambil menepuk dahinya dengan tangan kiri
"gak apa apa,besok aku antarin kamu ke rumahnya"
"tapi aku gak tahu rumahnya,oh iya! aku punya nomor handphonenya nanti aku tanya alamatnya,besok kamu antarin aku ya"
"iya wit" sambil tersenyum pada Juwita
Ari membukakan pintu mobilnya mempersilakan Juwita masuk dahulu.selama perjalanan di mobil Ari & Juwita bernyanyi mengikuti alunan lagu di radio yang mereka dengar.Ari jengkel & menepuk stir mobilnya karena macet di tambah lagi lagunya berhenti karena ada breaking news,Ari memperhatikan wajah Juwita yang nampak sangat cemas,Ari mengelus kepala Juwita & menyakinkan kalau dia tidak akan di marahi orang tuanya.sebenarnya Juwita cemas setelah mendengar berita dari radio, pikiranya melayang ke mana mana & mengandai andai kalau mayat yang di temukan di jalan merpati Surabaya timur itu Farid seperti bayangan yang tiba tiba ia lihat & menghilang begitu saja.
malam makin larut Juwita semakin tenggelam dalam kecemasan antara menyakini apa yang ia lihat dalam bayangan tadi atau tidak menyakininya Ari terbawah atmosfer kecemasan Juwita iapun terus mencoba menenangkan Juwita selama di perjalanan.
"wit,Juwita sayang tenang ya,rumahmu sudah dekat kok"
Ari mengelus kepala Juwita lagi dengan tangan kirinya
                                                           "iya,Ar"
mengangguk namun pandangan matanya kemana mana Ari menggelengkan kepalanya melihat tingkah Juwita.
5 menit kemudian mobil Ari telah sampai di depan rumah Juwita,Juwita langsung membuka sendiri pintu mobil lalu berlari masuk rumah,ibunya Juwita yang melihat wajah pucat putrinya langsung menyuruhnya mandi dengan air hangat dari termos karena ibunya tadi kehabisan elpigi untuk membuatkan air hangat untuk mandi.Ari berjalan pelan dengan sedikit malu & takut kalau ia akan di labrak ayah Juwita.
pak Nardi & bu Fatimah adalah orang tua Juwita mereka mempersilakan Ari masuk rumah & duduk di ruang tamu,mata pak Nardi terus melototi Ari karena terlambat menjemput putriknya hingga ia pulang ke malaman. sambil menunduk Ari menjelaskan kepada pak Nardi kalau dia tadi sudah menunggu di halte 2 jam lebih,tapi ayahnya Juwita makin marah & Ari berbohong buktinya putrinya pulang dengan jaket baru, Ari langsung di suruh pulang oleh ayahnya Juwita kemudian ia berpamitan & bersalaman dengan wajah pucat & tangan yang bergetar.
hingga tengah malam Juwita tetap tidak bisa tidur ia terus di hantui bayangan kematian teman barunya,ia mencoba memastikanya dengan menonton berita di tv handphonenya,ia memakai earphone agar tidak mengganggu orang tuanya tidur. beberapa berita telah lewat tidak ada berita tentang penemuan mayat yang kepalanya tertembak seperti yang ada di radio tadi.berita tinggal 5 menit lagi akan selesai ia memindah dari chanel ke chanel lain tapi tidak ada juga saat hampir putus asa akhirnya akhirnya ia menemukan berita yang ia cari tapi ini berbeda tempat mayatnya di temukan di madiun.
dalam kecemasan ia terus berharap yang ia lihat tadi hanya mimpi buruk saja,Juwita mematikan tv handphonenya lalu melepas earphone & mencoba tidur lagi.rasa cemas membuatnya membolak balikan tubuhnya hanya untuk bisa tidur seperti ikan sedang di goreng. Juwita duduk di atas tempat tidurnya lalu ia mengambil handphone di atas bantalnya ia sms Ari agar tidak mengantarnya sekolah karena tidak enak badan.sms balasan dari Ari langsung datang, Ari meminta Juwita untuk cepat tidur & selalu menjaga kesehatanya karena sebulan lagi UNAS smp,Juwita membalas sms terima kasih & akan mencoba segera tidur,sms balasan dari Ari "slamat bobo' cyank"
pagi hari sekitar jam 05.30 wib Juwita sulit di bangunkan oleh ibunya untuk berangkat sekolah,bu Fatimah yang melihat wajah putrinya yang pucat dengan perasaan khawatir memegang dahi putrinya yang sedang tidur, dahi Juwita terasa panas Bu Fatimah segera mengambilkan kompres lalu mengompres putrinya sedangkan suaminya pergi untuk membeli bensin.jam 08.23 wib Juwita di antar ayahnya ke rumah sakit. pak dokter yang memeriksa Juwita mengatakan ia tidak sakit tapi cuma kelelahan pak dokter memberi resep obat & menyarankan Juwita lebih banyak istirahat.
seminggu kemudian setelah pulang les bimbel matematika,Juwita di antar Ari ke rumah Laras,saat di perjalanan Juwita sms ibunya dia akan pulang malam,isi sms balasan dari ibunya adalah Juwita harus pulang sebelum magrib sesudah berbalasan sms Juwita dengan ibunya ia melihat Farid sedang membeli jeruk di timur perempatan,hai Juwita lega ternyata yang ia lihat dult hanya mimpi buruk lalu ia teringat saat pertama mereka bertemu di halte tua yang barusan terlewati
kesombongan Ari yang mengaku hafal seluk beluk Surabaya timur telah sirna setelah hampir 2 jam nyasar tidak menemukan rumah Laras
"katanya hafal semua tempat di sini"
"beneran aku hafal,tapi kalau rt & rw aku gak hafal"
"iya aku percaya kamu gak hafalin semua rt & rw sebanyak itu tapi kalau cewek cantik pasti hafal rt & rw berapa rumahnya"
"he he kamu tahu aja" Ari meringis karena di sindir pacarnya.
Ari menengok kanan kiri sambil menggaruk garuk kepalanya ke bingungan mau belok ke mana,malahan sekarang mereka tidak tahu arah mata angin.kebingungan mereka menambah kacau suasana di mobil & di dalam mobil mereka terus bertengkar. setelah bolak balik ke sana sini Juwita melihat Laras di warung,mobil memutar balik ke warung melaju perlahan menghampiri Laras tapi ia menolak menumpang naik mobil karena rumahnya sudah dekat.
Juwita & Ari masih bertengkar saat di rumah Laras,setengah jam lagi sudah isya Juwita pasti di marahi lagi.Juwita mengeluarkan jaket dari dalam tasnya mengembalikan & berterima kasih pada Laras karena telah meminjaminya jaket. Juwita berpamitan tapi neneknya Laras memintanya untuk menunggu sebentar,dengan tongkatnya nenek itu berjalan ke lemari di belakang kursi yang di duduki Ari ia mengambil sebuah bungkusan yang di tutup kain batik berwarna coklat.
"cah ayu,apa kamu putrinya pak Nardi?"
"iya benar nek" Juwita menerima bungkusan tersebut
"aku ini nenek buyutmu,jadi kamu harus sering mengunjungi aku di sini"
"iya terima kasih nek,aku mau pamit dulu
"cah ayu hati hati di jalan sudah malam & jangan lupa berikan bungkusan itu pada ibumu" "iya nek"
jam 20.05 wib Juwita telah sampai di rumah tapi Ari langsung pergi tunggang langgang karena takut pada ayah Juwita.pak Nardi berdiri dari kursinya yang ada di setelah melihat bungkusan yang di bawa putrinya sepertinya ia pernah melihat bungkusan itu entah di mana.
"cepat masuk!"kanan pintu rumah dengan mata melotot tapi ia menarik napas lalu menghembuskan napas dengan kesal
pak Nardi menarik cepat tanganya saat bersalaman dengan putrinya bu Fatimah terkejut melihat bungkusan yang mirip dengan bungkusan milik neneknya.
"bu ini ada titipan dari nenek buyut" menyodorkan bungkusan kepada ibunya
"hus! nenek buyut sudah mati" menerima lalu membuka bungkusan tersebut
"nenek buyut masih hidup" gertak Juwita pada ibunya
"nenek buyut sudah mati saat kamu umur 3 tahun"
"lalu siapa yang memberikan ini & mengaku sebagai nenek buyutku"
pak Nardi nampak cemas mendengar pembicaraan istri & putrinya
"Juwita! cepat tidur sana! kamu masih harus sekolah besok" perintahnya pada putri dengan menggertaknya
Juwita melihat pembicaraan serius ayah & ibunya di ruang tamu,entah apa yang mereka bicarakan tapi mungkin tentang orang yang mengaku sebagai nenek buyut tapi yang jelas di rahasiakan dari Juwita. tengah malam Juwita menyelinap ke kamar orang tuanya mencari bungkusan tadi namun tidak ada,suara perut keroncong terdengar dari perut Juwita ia lekas menuju ke dapur mencari makanan.karena nyasar mencari rumah Laras ia tidak sempat membeli makanan kini ia sangat lapar.Juwita mengambil sebungkus bakso yang sudah dingin di meja dapur lalu ia mengambil sepiring nasi kemudian membawanya ke kamar tidur.
bungkusan yang Juwita cari ternyata ada di atas lemari ruang tamu,Juwita menaruh sepiring nasi & baksonya di meja kamar tidurnya kemudian kembali ke ruang tamu mengambil bungkusan tersebut. sambil makan bakso Juwita membaca buku dari bungkusan tersebut dengan menyenteri tiap tulisan yang ia baca dengan center handphonenya.
tulisan berbahasa jawa cukup membuat kepala Juwita sedikit pusing tapi ia sedikit memahami isinya lalu ia menemukan gambar kotak dengan kalimat yang ia tidak mengerti maksudnya, Juwita mengulang ulang kalimat tersebut tapi ia tetap tidak paham kemudian ia mengembalikan buku itu ke atas lemari.Juwita melihat jam di handphonenya sudah jam 23.40 wib ia mengambil selimutnya lalu tidur.
jam 04.28 wib Juwita di marahi ayahnya karena lupa mencuci piring hingga nasi & mie sisa bakso mengering di piring ia segera bangun lalu mencuci piringnya.setelah sholat subuh Juwita menyiapkan buku & sragam sekolah karena selama 3 minggu menjelang UNAS ada les bimbel pagi
Juwita di antar Ari dengan mobilnya berangkat ke sekolahanya
"Ar kamu tahu gak?"
"tahu apa?"
"kata ibuku nenek buyutku.awas ada orang!" teriak Juwita
Ari mengerem mobilnya "bra...k!" kepaka Juwita terbentur ia menangis sambil memegangi kepalanya merintih kesakitan.Ari memaki maki anak perempuan yang menyebrang sembarangan yang langsung lari begitu saja.
Juwita terbaring lemas di kamar rumah sakit di surabaya barat,ia melihat melihat Ari bertengkar dengan nenek buyutnya
"Ar ari jangan begitu,kamu tidak sopan pada neneku" suara Juwita lirih hingga Ari tidak mendengarnya.
Juwita merasa jengkel dengan sifat Ari,seolah ia tertabrak sesuatu tiba tiba tubuhnya seolah tersentak ke belakang tapi kini bukan melihat sebuah kejadian melainkan tulisan di buku pemberian nenek buyutnya yang telah ia baca. mata kanan Ari tertusuk jarum suntik & paha kirinya tertusuk jarum suntik & gunting suster berteriak histeris ketakutan lalu beberapa dokter datang melihat ada kejadian apa di sana?
dokter membawa Ari ke ruang operasi ia harus segera di operasi.di ruang perawatan Juwita pingsan karena melihat peristiwa tadi & melihat tubuh Ari yang jatuh tersungkur bersimbah darah. di ruang operasi Ari di suntik obat bius lalu dokter mengeluarkan suntik & gunting dari tubuh Ari kemudian menjahit di perban.roh nenek buyut Juwita keluar dari tubuh Laras, Laras hanya ingat hari ini ia menjenguk Juwita tapi ia tidak tahu kenapa petugas kebersihan rumah sakit mengepel darah di lantai,darah siapa ini?apakah ini darah Juwita? Laras keluar ruang perawatan agar Juwita bisa istirahat tapi kemana Ari pergi mungkin dia sudah pulang atau pergi menjemput keluarga Juwita.
nenek buyut Juwita merasuki tubuh pak Nardi lalu memberitahu bu Fatimah bahwa putrinya sekarang ada di rumah sakit,awalnya bu Fatimah tidak percaya & menganggap suaminya sedang bercanda tapi ia mulai percaya saat suaminya berjalan seperti neneknya.
"cu ini semua ini salah nenek"
"gak mungkin itu salah nenek"
"iya cu ini salah nenek,dulu nenek kena sumpah dari mantan kekasih nenek"
"sumpah apa itu nek""sekitar 50 tahun yang lalu nenek di lamar oleh fatah ia di terima sebagai menantu oleh ayahku,saat itu mantan kekasihku menjenguku yang sakit tipes ia mendengar langsung kalau Fatah menjadi tunanganku karena kesaktian yang di turunkan oleh ayahnya yang seorang dukun hebat di kampung ia menyumpahi nenek"
"siapa dia nek? & sumpahnya itu apa?
"dia adalah samsul,ia menyumpahi nenek jika kami menikah kami akan selalu tertimpa musibah & salah satu dari kami akan mati setelah anak kami lahir tidak cukup di situ sumpahnya jika kami tidak menikah kami tetap tertimpa musibah jika kami bersama"
"lalu apa hubunganya dengan putriku nek?"
"itu karena Ari adalah buyut dari adik Fatah"
"lalu aku harus bagaimana nek? agar sumpah itu tidak menimpa putriku nek,tolonglah nek ia buyutmu juga nek"
"itu catatan milik nenek yang ku berikan padamu" lalu keluar dari tubuh pak Nardi
"ada apa bu?kenapa kamu menangis?"
"putri kita di rumah sakit"
"siapa yang bilang & di rumah sakit mana"
bu Fatimah tidak menjawab pertanyaan suaminya ia langsung pergi ke kamar mengambil uang di balik kasurnya & mengambil buku pemberian neneknya lalu mengajak suaminya berangkat ke rumah sakit.20 menit kemudian pak Nardi & istrinya sampai di rumah sakit,mereka bertemu Laras tapi ia kurang tahu kejadian apa yang menimpa Juwita karena Ari sudah pergi dulu.pak Nardi langsung naik pitam ia sangat marah seandainya ia bertemu ia akan menghajarnya.
"bocah itu hampir mati!" suara Laras berubah seperti nenek nenek ia juga membungkuk mengintip Juwita yang sedang terbaring lewat jendela kaca.
"bocah itu hampir mati! karena kekuatan yang ku berikan pada buyutku Juwita"
"apa itu kamu nek?"
"iya cu ini aku" Laras menangis tersedu sedu
"hey jangan bercanda kamu ya! putriku sedang kritis tahu!"
"hus! pak ini roh nenek yang merasuki Laras"
"putrimu tidak apa apa ia cuma pingsan tapi kekasihnya yang sedang sekarat”
"maaf, apa maksud nenek Ari,di mana dia?" tanya pak Nardi sedikit takut,para pembesuk yang menjenguk keluarga & temanya langsung pergi melihat gelagak anek Laras sore itu bahkan rumah sakit terasa dingin hingga bulu kuduk mereka berdiri.
"bocah itu ada di sana" menjuding ke arah ruang operasi
Laras setelah roh nenek bu Fatimah ke luar dari tubuhnya.
seminggu kemudian Ari sudah siuma ia menoleh ke kiri ia melihat setangkai bunga mawar & tulisan "tidak ini salahku yang mengerem mendadak"
"bukan,ini salahku yang membuatmu kaget & kini aku membuatmu cacat"
"apa maksudmu sayang" Juwita mencoba menguatkan dirinya & menahan tangisanya.
"kau seperti ini karena kekuatanku,tapi tenanglah aku sudah bisa mengendalikanya,lihatlah ini" Juwita menerbangkan segelas air putih untuk Ari.
"minumlah sayang"
"wo...w kau hebat!sebenarnya aku sudah tahu kau bisa lihat roh tapi aku tidak tahu kalau kau juga bisa telekinesis"
"maafkan aku Ar"
"tidak apa apa justru aku bangga punya pacar hebat sepertimu"
Juwita  Fatah  yang memelas meminta bantuan ayahnya untuk mencabut sunpah Fatah .kata ayahnya sumpah itu bisa hilang jika mereka tidak saling bertemu bahkan mencintai tapi jika itu terjadi merekaa harus melarung benda yang paling berharga bagi mereka dengan di ikatkan kelapa 3 warna.setelah Juwita selesai UNAS ia pergi bersama Ari ke pantai lamongan mereka melarungkan benda paling berharga mereka,Juwita melarung smartphone pemberian pamanya sepulang dari korea & Ari melarung tv hitam putih peninggalan alm kakeknya.Selama mereka pacaran sudah banyak musibah yang menimpa mereka bahkan keluarga mereka tidak akur.
 4 tahun kemudian tepatnya setahun setelah Juwita lulus sma ia meminta di inikahkan dengan Ari karena dirinyalah yang membuat Ari cacat selamanyaia akan menjadi mata & kaki Ari untu seumur hidupnya.saat hari pernikahan para tamu membicarakan kejadian yang menimpa Ari,tapi karena cinta mereka sudah kuat mereka bisa memaklumi para tamu.Juwita & Ari meliha kakek & nenek buyut mereka hadir bahkan Farid juga hadir,Ari menahan tawanya saat Farid menjaili bayi yang di gendong ibunya yang duduk di sebelah Farid berdiri hingga bayi itu menangis.

bersambung