Pages

Subscribe:

Rabu, 04 Januari 2017

Indonesia di Mata Tiga Penjelajah Dunia : Marcopolo, Ibnu Batutah, dan James Cook




Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 13.466 pulau menurut Badan Informasi Geospasial. Beberapa penjelajah dunia sempat mampir ke Indonesia. Dan berkat mereka nama beberapa kerajaan, pulau, dan kota sempat tercatat sebagai bagian dari sejarah dunia.
Ada banyak penjelajah dunia di masa-masa terdahulu. Banyak diantaranya yang singgah di Indonesia. Ada yang mencatatnya, ada yang hanya menyimpannya di kepala saja, ada pula yang mungkin tidak tahu nama daerah itu sesungguhnya.

Adalah tiga penjelajah dunia yang sempat mencatatkan kesannya tentang beberapa daerah di Indonesia, mereka adalah Marcopolo, Ibnu Batutah, dan James Cook.

1. Marcopolo (1254 – 1324)
Marcopolo adalah seorang pedagang dan penjelajah dunia yang berasal dari Italia. Ia terkenal dengan cerita-cerita uniknya tentang dunia timur. Saat itu bangsa barat tidak mengenal dunia timur sehingga banyak yang meragukan perjalanannya.
Selain menyusuri jalan sutra, Marcopolo juga sempat mengunjungi Tiongkok serta Indonesia. Berikut adalah penemuannya yang berkaitan dengan Indonesia yang diceritakan dalam buku berjudul “The Travels.”
# Pulau Jawa Besar (Pulau Jawa)
Diperkirakan sangat luas karena Marcopolo tidak sempat mengunjungi pantai selatannya. Marcopolo juga menceritakan tentang kegagalan penyerangan Kubilai Khan ke Jawa.
# Pulau Sondur dan Condur 
Diperkirakan merupakan pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan yang pernah digunakan sebagai patokan pelayaran.
# Pulau Pentam (Pulau Bintan)
Marcopolo menyebutkan letak pulau ini dari Selat Singapura.
# Kota Malaiur (Singapura atau Palembang)
Diceritakan mempunyai seorang raja.
# Pulau Jawa Kecil (Pulau Sumatera)
Diceritakan mempunyai 8 kerajaan dan 8 raja, masing-masing kerajaan punya bahasanya sendiri-sendiri.
# Kerajaan Ferlec dan Basma (Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai)
Kerajaan Perlak diceritakan Marcopolo sebagai kerajaan yang beragama Islam, terutama penduduk kotanya. Sementara orang gunungnya masih liar dan kanibal kemungkinan adalah suku Battas (Batak). Basma, yang kemungkinan adalah Samudra Pasai, digambarkan memiliki gajah liar, unicorn, dan monyet kecil yang berwajah seperti manusia. Belakangan unicorn yang disebutkan Marcopolo merupakan badak bercula satu.
Kerajaan Samara dan Dagroian (Kerajaan Samudera dan Poli/Pidie)
Di kerajaan Samara, Marcopolo menemukan kacang India sebesar kepala orang, yang enak dimakan ketika segar, rasanya manis dan putih seperti susu. Kacang yang dimaksud Marcopolo disini adalah kelapa (palem Melayu). Di kerajaan Dragoian terjadi praktek perdukunan dan kanibalisme keluarga yang meninggal.
# Kerajaan Lambri dan Fansur (Kerajaan Lamuri dan Barus)
Di kerajaan Lamuri Marcopolo menceritakan tentang manusia berbulu dan berekor yang kemungkinan besar adalah orang utan. Di kerajaan Barus ia menemukan yang kini disebut kapur barus dan sagu kelapa.
2. Ibnu Batuttah (1304 – 1377)
Bernama lengkap Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi, penjelajah dunia ini berasal dari Maroko. Berawal dari menunaikan ibadah haji, Ibnu Batutah memulai perjalanannya di usia 21 tahun. Geoge Sarton, sejarawan Barat, mencatat bahwa perjalanan Ibnu Batutah mencapai 120.000 kilometer melintasi 44 negara dalam waktu 30 tahun.

Ibnu Battuta, nationalgeographic.com
Ibnu Batutah sempat terdampar di Indonesia, tepatnya di Kerajaan Samudera Pasai yang saat itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik Zahir. Sultan Malik Al- Zahir merupakan salah satu dari 7 raja yang dikagumi olehnya, karena Sultan Malik Al-Zahir dinilai berpengetahuan luas dan mendalam. Berikut adalah penemuannya:
Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.
Kedatangannya mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai.
Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memiliki ghirah (semangat) belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada ulama.
Samudera Pasai saat itu menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Pusat studi Islam yang dibangun di lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama dan elit kerajaan.
Pedalaman Sumatra kala itu masih dihuni masyarakat non-Muslim. Ada beberapa perilaku masyarakat yang mengerikan, seperti bunuh diri massal yang dilakukan hamba ketika pemimpinnya mati.
3. James Cook (1728 – 1779)
James Cook merupakan seorang penjelajah dan navigator berasal dari Inggris. Ia menjelajah dunia hingga 3 kali untuk kepentingan kerajaan Ingris, yaitu menemukan daerah jajahan baru dan mengantar para ilmuwan ke Tahiti. Cook dikenal sebagai pribadi yang baik, patuh pada perintah, dan sangat memperhatikan kesehatan anak buahnya walau pada akhirnya ia tewas dibunuh oleh orang Hawaii.

Potrait Captain James Cook, gambar: wikipedia.org
Dalam perjalanannya, James Cook pernah singgah di Indonesia sekitar 2,5 bulan, tepatnya di Batavia atau Jakarta di masa kini. Persinggahannya di Indonesia tidak direncanakan. Hal itu terjadi karena kapal Endeavour mengalami kekurangan bekal dan kerusakan saat perjalanan pulang dari Australia.
Pada masa itu Indonesia sudah dijajah oleh Belanda lewat VOC. Berikut adalah catatannya mengenai Batavia dalam jurnalnya yang berjudul “Journal of the Proceedings of His Majesty’s Bark Endeavour, on a Voyage Round the World.”
Sebagian jalan Batavia memiliki kanal-kanal air yang kemudian bersatu sekitar setengah mil sebelum aliran itu ke laut. Komunikasi antara laut dan kota dilakukan lewat kanal, dan hanya siang hari. Ketika malam pintu penghubungnya ditutup batang kayu.
Sebuah jalan di Batavia dengan perahu-perahu di kanal dengan penanda sebuah kubah gereja. Di masa kini kawasan yang dimaksud Cook adalah sepanjang Kalibesar, sementara kubah gereja yang dimaksud kini menjadi Museum Wayang.
Batavia adalah tempat di mana orang Eropa tidak ingin untuk mengunjunginya. Tetapi, jikalau terpaksa ke kota ini, mereka akan melakukannya sesingkat mungkin, kalau tidak mereka akan segera merasakan efek dari udara tak sehat di Batavia. Hal ini terjadi karena di masa itu aturan membuang sampah dan tinja di kanal diperbolehkan, dan kanal mandek serta mendangkal akibat letusan Gunung Salak di tahun 1699.
Observatorium sangat elegan milik Tuan Mohr, dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti kebanyakan wahana astronomi di Eropa. Kubah observatorium tersebut merupakan penanda kota yang berlokasi di kawasan Glodok, tak jauh dari Klenteng Jin De Yuan.
Lewat catatan sejarah, kita bisa mengenal keadaan dan pribadi bangsa kita di masa lalu. Semoga kita bisa belajar dari catatan sejarah tersebut, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
Referensi:
http://id.wikipedia.org
https://ebooks.adelaide.edu.au/p/polo/marco/travels/book3.9.html
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,41371-lang,id-c,kolom-t,Ibnu+Batutah++Petualang+Legendaris+asal+Maroko-.phpx
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/james-cook-pernah-keluyuran-di-batavia

0 comments: